My Life Story 13

17.1K 898 24
                                    

"Hentikan Mega..."

Dani menahan tangan Mega tepat sebelum wanita itu menyentuh putrinya.

Mega, Nada dan Sasha terlihat terkejut mendapati Dani sudah ada di sana.

Pulang tanpa memberitahu Sasha dan Nada karena berniat ingin memberi kejutan, Dani tidak menyangka jika yang akan terjadi justru sebaliknya. Ia memeluk putrinya sesaat, lalu beralih pada Sasha yang masih terduduk di atas rumput taman.

"Kamu ngga papa.?"

"Iya ngga papa, sedikit nyeri aja"

Dengan teliti dan cukup hati-hati, Dani terlihat menyetuh bagian pergelangan kaki Sasha, memastikan jika istrinya itu memang baik-baik saja. Tapi saat ia mencoba menekannya lebih keras, ekspresi wajah Sasha yang tengah meringis menahan sakit itu membuat Dani terlihat kesal. Ia berdiri, lalu kembali ke arah Mega.

"Sudah aku bilang, jangan temui Nada sebelum aku pulang"

"Ngga bisa, dari dua minggu lalu kamu bilangnya nanti, nanti, nanti lagi. Dia anak aku, aku yang ngurus dia dari kecil"

"Dan kamu lihat hasilnya sekarang.?"

Tidak kalah kesal, Mega terlihat berdebat dengan Dani tentang putri mereka.

Sejak keduannya berpisah dan Dani pindah ke rumah barunya, mereka memang baru saja kembali bertemu dan berkomunikasi kurang lebih tiga minggu yang lalu.
Itu juga karena Mega tiba-tiba saja datang menemuinya.

"Apa gara-gara dia kamu nahan aku ketemu sama Nada.? Gara-gara wanita itu kamu melarang aku ketemu sama anak kandungku sendiri.?"

"Jangan bawa-bawa dia..." gertak Dani cukup keras. Lalu terlihat menahan tangan mantan istrinya itu yang terlihat menunjuk ke arah Sasha.

"Dia cuma orang baru disini, dia ngga tau apapun tentang masalah kita"

Dalam diam, kalimat yang Sasha dengar dari mulut Dani itu seolah menyadarkannya dari mimpi. Sadar jika dirinya memang bukan siapa-siapa, hanya ketidaksengajaan saja yang tiba-tiba datang dan membawanya kesana.
Mungkin jika ia tidak ikut campur atau menahan wanita itu untuk bertemu Nada sejak tadi, keadaannya tidak akan seperti ini.

Sejenak beralih dari Mega, Dani terlihat kembali ke arah Sasha dan putrinya.

"Nada, bantu bunda masuk. Papa mau ngomong dulu sama Mama kamu"

Dani berpikir, semakin lama Sasha berada di sana, akan semakin banyak pula tuduhan-tuduhan yang tidak jelas dari mantan istrinya itu nanti. Dan Dani tidak mau itu terjadi.

Terlihat susah payah, Sasha akhirnya mampu kembali berdiri dan dengan sedikit pincang melangkah dengan Nada berada di sampingnya.
Dani terlihat khawatir, tapi ia juga harus cepat menyelesaikan perdebatannya dengan Mega.

Ada banyak hal yang membuat Sasha akhirnya dengan terpaksa meninggalkan Dani dan mantan istrinya itu berdua. Selain karena memang ia tidak berhak ikut campur di dalamnya, ada satu hal lagi yang ternyata baru Sasha sadari. Dani masih menganggapnya orang asing yang mungkin saja memang tidak di perbolehkan masuk sedikit saja ke dalam hidup pria itu. Dan di tambah lagi, Dani juga sudah kembali berhubungan dengan mantan istrinya tanpa sepengetahuannya. Entah apa itu, tapi ada satu rasa yang terasa sedikit mencubit hatinya.

Sasha dan Nada tiba di ruang tengah, dan dengan sangat hati-hati, Nada membantu melepas sepatu yang ibu tirinya itu kenakan.

"Bunda beneran ngga apa-apa.?"

"Iya ngga papa, udah mendingan"

Selain khawatir, Nada juga merasa bersalah karena apa yang terjadi pada ibu tirinya itu juga ia lah penyebabnya.

"Nada, tolong siapin es batu. Ibu bantu buat kompres, bisa bengkak kalo di biarin"

Sasha dan Nada sama-sama menoleh ke arah sumber suara yang tiba-tiba saja mereka dengar dari arah dapur, dan itu adalah Nani, mertua Sasha.

"Iya bu..."

Sama seperti Nada, Nani juga dengan hati-hati terlihat mengecek keadaan kaki Sasha.

"Ini yang ibu ngga suka. Dulu dia itu wanita baik-baik, sayang sama anak, suami, dan ngga macam-macam. Ibu juga ngga tau kenapa dia berubah"

Sasha diam, walaupun tanpa menyebut nama, dia tau siapa wanita yang di maksud ibu mertuanya itu.

"Dan ibu berharap kamu ngga sama kayak dia"

Sasha hanya tersenyum membalasnya. Entah ia harus menjawab kalimat apa, sedangkan suaminya saja belum tentu menganggapnya sebagai seorang istri.

Dari tempat lain, Dani dan Mega kini sudah duduk berdua di teras depan rumah. Banyak hal yang akhirnya membuat keduanya reda dari rasa kesal masing-masing. Selain karena sudah tidak ada gunannya lagi untuk berdebat tentang masa lalu, Dani lebih memilih menyelesaikan masalah Nada dengan kepala dingin.

"Maaf buat semua yang udah pernah aku lakuin sama kamu dan Nada. Aku sadar aku salah, dan ini mungkin salah satu hukumannya"

Dani diam. Melihat mantan istrinya itu terlihat tulus, Dani mencoba menerimanya walaupun sudah sangat terlambat sekarang.

"Aku juga seneng kamu udah seperti sekarang, setidaknya, aku tenang melepas Nada sama kamu untuk kedepannya"

Mega mencoba tegar, sadar jika putrinya itu tidak akan mudah menerimanya kembali.

"Kamu bisa datang lain waktu, nanti aku bantu ngomong sama Nada"

"Ngga papa, mulai sekarang, asal aku tau Nada bahagia, itu sudah lebih dari cukup"

Tidak ada kata lagi selain ikhlas bagi Mega sekarang. Walapun itu terasa berat, ia siap menerima hukumannya itu.

"Ya udah aku pulang, udah mau gelap soalnya"

Mega berdiri, tubuhnya terasa sedikit ringan sekarang. Itu karena beban yang selama ini ia pikul mulai sedikit berkurang, walaupun ia sadar,  sebagian besarnya akan ia bawa hingga mati nanti.

"Oh iya, tolong sampaikan maaf buat istri kamu. Semoga dia ngga papa karena kejadian tadi"

Mega sebenarnya sedikit terkejut saat Dani bercerita jika wanita yang bersama Nada tadi adalah istrinya.
Merasa bersalah tapi juga bersyukur, wanita itu sepertinya baik, dan ia berharap Nada bahagia dengan ibu tirinya itu.

"Iya nanti aku sampaikan. Mau aku antar pulang ngga.?" tanya Dani basa-basi.

"Ngga perlu, aku bawa mobil. Lagian ada orang yang lebih butuh kamu di dalam"

"Oke deh, salam juga buat suami kamu. Aku harap kita masih bisa berhubungan baik setelah ini"

Mega tersenyum lalu telihat memasuki mobilnya, dan segera pergi dari area rumah Dani.

"Suami.?" ucap Mega pelan.

Ingin sekali Mega menertawai dirinya sendiri saat mendengar kata suami dari mantan suaminya itu.

Bukan tanpa alasan, pria yang dulu pernah sekejap hadir memberi Mega kebahagiaan palsu itu bahkan entah dimana keberadaannya sekarang.
Ia sadar, statusnya sebagai istri kedua itu membuat ia tidak mungkin menuntut sesuatu yang lebih dari pria itu.

Kata menyedihkan mungkin tidak buruk untuk di sematkan pada hidup Mega sekarang. Ia bisa saja mempunyai apapun yang ia inginkan dulu, tapi satu hal, bahagianya hilang satu persatu berganti kecewa, senyumnya pudar sedikit demi sedikit berganti luka, dan tawanya perlahan lenyap berganti duka.

Apa yang bisa di harapkan dari hidupnya sekarang.

Libur dua hari grgr weekend ada Thailand Open. 😂

Ada yg suka badminton disini.?

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang