MANTAN 4

74.6K 1.1K 24
                                    

Nana memeluk tubuh Reyner erat, begitu juga dengan Reyner yang memeluk wanita itu juga tidak kalah erat. Mereka berdua mencurahkan perasaan masing-masing lewat ciuman itu. Ciuman yang semakin lama semakin dalam, dan itu sukses memancing gairah keduanya timbul kepermukaan.

Reyner membawa tubuh yang masih dalam dekapannya itu menuju ranjang setelah sebelumnya menutup pintu dan menguncinya. Melepas ciuman, Reyner terlihat begitu gugup saat melepas kancing kemejannya satu persatu. Sedangkan Nana, ia sudah beranjak naik ke ranjang lalu duduk dengan menekuk kedua kakinya, wajahnya sudah merah padam menyaksikan adegan bak drama korea yang sering ia tonton itu secara langsung didepan matanya.

Saat melihat Reyner selesai melepas kemejanya dan melemparnya asal, Nana tersenyum, jiwa liarnya sudah berhasil mengambil alih otak dan tubuhnya sepenuhnya. Ia menyambut pria yang kini sudah dalam keadaan bertelanjang dada itu mesra, gairahnya semakin terasa membabi buta saat pria itu sudah mulai mengekspos bagian lehernya. Ia tidak peduli saat Reyner sedikit mendorong tubuhnya untuk merebah, lalu menindihnya dengan deru napas yang terdengar semakin memburu.

Selesai dengan leher wanita itu dan menciptakan tanda merah, Reyner kembali mencium Nana. Tangannya kini bergerak menuju dada, menyentuhnya dan meremasnya pelan. Membuat wanta itu meleguh disela-sela ciuman yang terasa semakin panas.

Dari dada, tangan Reyner kembali bergerak ke arah perut. Ia mengangkat t-shirt yang Nana kenakan ke atas, dan segera melepas ciuman untuk mempermudahnya menyingkirkan kain yang membungkus tubuh indah wanitanya itu.
Nana menegakan tubuhnya dari rebah, lalu membantu Reyner melepas baju yang ia kenakan melewati ujung tangannya sendiri sekaligus dengan branya.

Setelah Nana kembali merebah, Reyner kembali fokus pada tubuh wanita yang sudah bertelanjang dada itu. Lidah dan bibirnya sudah terlihat indah menari menelusuri setiap inci kulit mulusnya.
Tubuh keduanya sudah mulai basah karena peluh, dan udara dini hari itu telah gagal menjalankan tugasnya untuk meredam sensasi yang semkain menjadi-jadi di antara keduanya.

Nana terdengar meleguh tertahan saat meraskan gerakan yang cukup kasar pada dadanya, lalu mendorong tubuh Reyner untuk tegak.

"Gue ke kamar mandi sebentar"

Reyner mengangguk, lalu beralih dari atas tubuh Nana dan merebah. Tapi matanya sama sekali tidak bisa lepas dari tubuh indah wanita yang kini mulai melangkah menuju kamar mandi itu. Penampilan Nana yang sudah mulai terlihat berantakan justru mampu membuat Reyner tak henti-hentinya tersenyum.

Setelah beberapa saat, Nana terlihat baru saja keluar dari dalam kamar mandi tapi dengan tampilan yang berbeda dari sebelumnya. Ia sudah melepas celana panjangnya dan hanya menyisakan celana dalamnya saja, lalu berjalan perlahan dengan tatapan sayu ke arah Reyner yang kini sudah dalam posisi duduk bersandar pada ranjang. Gerakan tubuhnya seolah sengaja untuk menarik perhatian Reyner, membuat pria itu benar-benar seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya didepan sana.

Perlahan, langkah Nana semakin mendekat. Tapi Reyner sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, ia hanya tersenyum menyaksikan wanitanya itu menaiki ranjang dan duduk diatas pangkuannya.

"Kenapa diam aja.?"

"Gue pengen liat lo mau ngapain"

Nana tersenyum, lalu mencium bibir Reyner. Tapi hanya kecupan, dan kembali menjauhkan wajahnya.

"Lo kenapa ngga bilang dari dulu kalo lo masih sayang sama gue.?"

"Lo sendiri.?"

Nana terlihat berpikir sebentar, lalu kembali menecup bibir Reyner.

"Gue yang minta putus masa gue juga yang minta balikan"

"Setidaknya, lo ngga harus menderita terlalu lama. Maaf gue ngga bisa ngerti perasaan lo selama ini"

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang