My Life Story 11

17K 916 40
                                    

Ada banyak hal yang membuat Dani akhirnya memilih untuk mengambil keputusan menikahi Sasha. Selain karena sifat Herman yang sama sekali tidak Dani percaya akan berubah, ada satu alasan lain yaitu ibunya.

Ia yakin, ibunya akan benar-benar menggantungnya hidup-hidup jika ia mengambil keputusan hanya mengajak seorang perempuan tinggal bersama tanpa sebuah ikatan pernikahan. Apa lagi itu Sasha, wanita yang sudah ibunya kenal sebelumnya adalah wanita baik-baik.

Sepulang dari tempat debatnya hari itu, Dani memang memutuskan untuk mengatakan keinginannya menikahi Sasha pada ibunya. Dan beruntungnya, ibunya benar-benar menerima baik status dadakan anak menantunya itu.
Dani juga tidak menunda-nunda rencananya yang akan kembali berkunjung ke rumah Sasha bersama ibunya sekaligus melamar dan menentukan hari pernikahan.

Herman juga terlihat berbeda saat itu, pria yang sebelumnya terlihat kasar dan arogan mendadak menjadi orang tua yang sangat baik menyambut kedatangan calon menantu sekaligus calon besannya. Walaupun dengan alasan dan fakta di belakangnya, ia takut jika sesuatu yang akan menjadi sumber uangnya itu hilang begitu saja.

Setelah acara lamaran hari itu, mereka akhirnya sepakat jika dua minggu setelahnya, pernikahan Dani dan Sasha akan di laksanakan.
Dani sebenarnya menyerahkan semua acara pernikahan kepada Sasha, tapi wanita itu tegas menolaknya. Ia hanya memerlukan kata "sah" tanpa harus ada acara lain yang berlebihan.

Semua acara dan rencana Dani berjalan lancar, setidaknya, dua hari sebelum pria itu benar-benar mengucap janji di depan penghulu. Karena hari itu, tepat dua hari sebelum acara pernikahannya dilaksanakan, Dani harus menerima fakta, nasib atau takdir yang mengharuskan ia meninggalkan Sasha, Nada dan ibunya ke luar pulau. Apa lagi kalau bukan urusan pekerjaan.

Karena semua rencana pernikahannya sangat mendadak, Dani sama sekali tidak menyangka jika jadwal kunjungan kerjannya ke luar pulau itu berbarengan dengan acara pernikahannya. Dan Dani tidak mungkin membatalkan salah satunya. Sasha dan pernikahannya memang Dani anggap sangat penting, tapi pekerjaannya juga tidak kalah penting. Karena semua masa depan pekerjaannya Dani gantungkan di acara kunjungan kerjanya ke luar pulaunya itu. Jika ia melewatkan atau membatalkannya, maka bisa di pastikan ia harus kembali berjuang dari nol lagi.

Dan jalan tengahnya, Dani akhirnya memutuskan hanya menunda keberangkatannya dua hari setelah acara pernikahannya di laksanakan. Dan sangat beruntungnya, Sasha menerina semua keputusan itu.
Dani memang sempat mengungkapkan niatnya untuk sekaligus membawa Sasha bersamanya, tapi dengan halus wanita itu menolaknya.

Sadar jika suaminya itu pergi karena pekerjaan dan bukan liburan, Sasha berpikir kehadirannya ikut bersama Dani hanya akan merepotkan saja. Sedangkan di rumah, ada gadis yang membutuhkannya sebagai sosok seorang ibu.

Hari itu adalah tepat dua hari dimana Sasha sudah menjabat sebagai Mrs. Prayoga. Ia terlihat tengah sibuk mengecek barang dan memastikan suaminya itu sudah membawa semua keperluannya selama kunjungan kerja ke luar pulau.

Tidak seperti Sasha saat masih berstatus lajang, wanita itu harus cepat menyesuaikan dengan peran barunya sebagai seorang istri untuk Dani dan seorang ibu untuk Nada.

Ia sudah sibuk sejak pagi, mulai dari membuat sarapan, mengantar Nada ke sekolah, lalu cepat kembali pulang untuk membereskan rumah. Tidak ada keluhan, Sasha justru terlihat menikmati aktifitas barunya itu.

Hanya satu hal yang mungkin membedakan Sasha dengan wanita bersuami lain di luar sana. Jika pasangan lain yang baru menikah sangat membutuhkan waktu untuk bersama, lain cerita dengan apa yang Sasha lakukan. Malam pertamanya justru harus ia habiskan bersama Nada anak tirinya. Itu juga karena kesepakatan ketiganya. Dani dan Sasha menyetujui permintaan Nada jika ayah dan guru lesnya sudah resmi menikah, malam pertama Sasha harus tidur di kamar Nada.

Tapi malam kedua juga terjadi hal yang sama. Sasha memang hanya berniat untuk menemani Nada sebelum tidur malam tadi, tapi bodohnya, ia malah ikut tertidur hingga pagi. Ia hanya berharap Dani tidak marah akan kecerobohannya itu. Karena bagaimanapun, Sasha sadar jika Dani juga membutuhkannya sebagai seorang istri.

Dani baru saja selesai membersihkan diri, dan sedikit terkejut saat sadar sudah apa seseorang di dalam kamarnya. Baju t-shirt warna putih yang terlihat terlalu besar, dan celana pendek yang sedikit menunjukan kulit putih paha itu membuat Dani harus kembali fokus pada cermin di hadapannya.

Tapi Dani gagal. Wajah cantik tanpa riasan, rambut panjang yang terikat tinggi dan sedikit berantakan itu berhasil membuat adrenalinnya perlahan naik.
Dani mendekat, lalu duduk bersama di atas ubin. Di depannya ada sebuah koper yang sudah terisi penuh dengan barang-barang yang akan ia bawa.

Sasha yang menyadari Dani sudah selesai dengan kegiatannya di kamar mandi itu terlihat menyambutnya dengan senyum.

"Udah selesai mandinya.?"

Dani mengangguk. Ia baru menyadari jika istrinya itu benar-benar sangat cantik jika di lihat dari jarak sedekat ini.

"Jam berapa kamu berangkat.?"

"Siang..."

"Semua udah aku beresin, tinggal berkas-berkas kerja kamu aja yang belum"

"Iya..."

"Kamu udah beresin emang.?"

"Belum..."

Kegiatan tanya jawabnya bersama Dani itu berhasil membuat Sasha tersenyum dan hampir tertawa. Ia tidak habis pikir jika suaminya itu menjawab semua pertanyaanya hanya dengan satu kata saja.

Cukup di maklumi, itu karena seberapa panjangpun Dani menjawab pertanyaan Sasha, semua kalimat yang akan keluar dari mulutnya tidak akan cukup untuk menggambarkan betapa ia terpesona oleh wanita itu.

Dan dengan satu gerakan tiba-tiba, Dani berhasil meraih wajah Sasha dan memaksa wanita itu untuk menghadap ke arahnya.

Cup.

"Makasih..."

Dani berdiri, ia kembali melangkah ke arah cermin dan meninggalkan Sasha dengan wajah terkejutnya itu setelah ia hadiahi sebuah kecupan terimakasih.

Tersadar dari rasa terkejutnya, Sasha terlihat kembali melanjutkan aktifitasnya. Wajahnya terlihat gugup, dan tenggotokannya terasa gatal dan menyempit.

"Eeekhhmmm, aku ke bawah mau masak"

Sasha melangkah cepat menuruni anak tangga, wajahnya memerah, dan jantungnya terasa berdegup lebih cepat.
Sedangkan Dani hanya terlihat tersenyum, ia senang karena Sasha tidak marah, dan berniat akan lebih sering melakukannya lagi.

Setelah semua persiapan selesai, siang itu juga Sasha mengantar Dani ke bandara. Mereka juga menyempatkan untuk mempir ke sekolah Nada hanya untuk sekedar pamit.

Memang ini bukan kali pertama Dani harus pergi jauh karena pekerjaan. Sebelumnya, ia juga sering melakukan itu. Tapi kali ini terasa cukup berbeda, itu karena ia harus meninggalkan Sasha, Nada dan ibunya antara 10 hari hingga dua minggu lamanya. Tapi Dani bertekad untuk bekerja lebih keras nanti, dan secepatnya untuk kembali pulang.

"Tolong jaga Nada, aku juga ngga lama. Secepatnya aku pulang"

Sasha tersenyum saat Dani menyentuh wajahnya lembut sebelum ia melangkah dan pergi menjauh.

Dan setelah beberapa saat, Sasha terlihat menutup matanya rapat dan berdo'a. Do'a tulus seorang istri yang melepas suaminya pergi karena sebuah kewajiban. Ia juga mempunyai tekad sendiri, ia ingin menjadi istri yang bisa di percaya saat suaminya pergi, dan istri yang bisa di banggakan saat suaminya itu kembali.

Cooocwittt ngga sih...😍

Jadi baper deh. 😊

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang