Waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari, situasi yang beberapa saat lalu sempat heboh kini hilang di telan sepi. Hanya terdengar lirih dua suara tarikan napas yang saling bersahutan, dan itu berasal dari dua sejoli yang sudah dalam memasuki alam bawah sadarnya.
Mereka berdua adalah Bayu dan Laura, keduanya terlelap dengan lengan Bayu digunakan sebagai bantal tidur oleh Laura.Sedangkan Reyner dan Nana, mereka masih diam tanpa kata sedikitpun. Nana tersenyum saat matanya menatap kedua sahabatnya itu begitu nyaman walaupun tidur beralas lantai. Dan dalam diam ia berdo'a, doa baik untuk keduanya hingga nanti maut yang bisa memisahkannya. Ia alihkan tatapannya pada Reyner, sahabat sekaligus mantan pacarnya itu masih diam dengan botol air minum sebagai teman bermainnya.
Seperti halnya Reyner, dalam otak Nana, pria ini benar-benar berbeda. Ia sudah tidak melihat Reyner menyebalkan, tukang rusuh dan tukang gombal. Ia melihat Reyner yang sekarang adalah Reyner yang dewasa, kalem, dan terlihat semakin tampan.
"Lo kenapa jadi pendiem banget sekarang.?"
Nana menggunakan tangan kanannya untuk menopang bagaian kepala, sedangakan matanya sudah lekat menatap lawan bicaranya itu sejak tadi.
"Menurut lo.?"
"Ngga tau, 5 tahun adalah waktu yang cukup lama buat mengubah seorang Reyner"
"Gue juga ngga nyangka lo bisa berubah gini dalam waktu 5 tahun"
"Lo ngga kangen sama gue.?"
Pertanyaan yang sukses membuat gerakan tangan Reyner berhenti, lalu meletakan botol air minumnya di atas meja. Ia membalas menatap Nana sekarang, matanya menatap langsung mata yang selalu terlihat indah itu. Dan saat keduanya semakin mendekat...
"Gue mau ke toilet"
Reyner segera membuang muka, ia merasa terlalu berharap banyak kejadian tadi tetap berlanjut. Setelah yakin Nana telah menutup pintu kamar mandi, Reyner segera beranjak dari duduknya. Ia berjalan ke arah pintu belakang dan menuju kolam renang lalu duduk di tepinya.
Reyner mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya, lalu membakarnya dan menghisapnya perlahan. Pria itu tersenyum, kepulan asap yang keluar dari dalam mulutnya seolah terbang bersama kejadian beberapa saat lalu yang ia rasa adalah sebuah hal konyol. Ia menghisapnya lagi, lalu kembali menghembuskan asapnya ke udara.
Nana yang baru saja kembali dari kamar mandi terlihat cukup terkejut saat mendapati Reyner sudah tidak ada di tempatnya duduk tadi. Ia segera mengedarkan pandangan matanya ke segala arah, dan saat melihat sosok yang ia cari ada di balik pintu kaca depan kolam, ia tersenyum, kegiatan buruknya ternyata masih bertahan hingga sekarang.
Nana berjalan perlahan menuju kolam, lalu menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah Reyner.
"Udah ke toiletnya.?"
"Kan udah gue bilang, rokok itu ngga baik buat tubuh"
"Emang pernah lo ngomong gitu sama gue.?"
"Pernah lah, lo ngga inget emang sama kejadian pas gue mual-mual gara-gara kita ciuman waktu lo lagi ngrokok"
Reyner tersenyum, itu adalah salah satu kejadian paling kocak dalam hidupnya.
"Dan Laura sama Bayu ngira lo mual gara-gara lagi hamil. Setan emang tuh bocah berdua" lanjut Reyner meneruskan cerita kocak itu.
Setelah beberapa saat tertawa karena mengingat kejadian itu, keduanya kembali diam.
"Lo pernah bayangin ngga Rey kalo kita masih bareng sampai sekarang kayak Bayu sama Laura.?"
"Pernah..."
Selesai dengan hisapan terakhir pada rokoknya, Reyner melirik ke arah Nana.
"Tapi bayangan itu cepat gue buang. Karena gue sadar, gue belum tentu akan seperti ini kalo kita masih bareng"
"Lo masih marah sama keputusan gue buat udahan waktu itu.?"
"Banyak hal yang bisa gue jadiin guru dari semua yang udah kita laluin dulu, dan sekarang gue udah bisa petik hasilnya"
Nana terdiam, otaknya kembali dipenuhi pertanyaan apakah ini benar-benar Reyner yang pernah gue kenal dulu.? Berbeda sekali.
"Jadi secara ngga langsung lo seneng gitu putus dari gue.?"
"Ngga juga. Lo tau kayak gimana gue pas denger lo minta udahan.? Bahkan sampai detik ini pun lo ngga pernah kasih gue penjelasan kenapa lo minta putus".
"Lo tau bokap gue kan.? Apa lagi gue ke sana buat lanjutin study, bokap gue sama sekali ngga ngasih gue pilihan Rey"
Sekarang Reyner yang terdiam, ia teringat dulu adalah masa-masa paling sulit saat dia harus mundur atau bertahan.
"Dan lagi pula, ngga ada yang bisa di harapkan dari hubungan kita dulu. Dan lo tau itu"
"Ya mungkin ini emang yang terbaik buat kita"
Nana terdiam, matanya tiba-tiba saja terasa panas. Dan saat ia mencoba menutupnya, satu tetes air lolos dari sudut matanya. Bahkan dua, tiga, empat dan seterusnya. Ia kalah oleh rasa yang sudah ia pendam bertahun-tahun itu.
"Kenapa nangis, lo ngga salah. Kita ngga ada yang salah disini"
Reyner mencoba menghapus air mata Nana yang terus saja deras mengalir, ia jadi merasa bersalah karena mungkin saja Nana adalah pihak yang paling menderita selama ini. Tidak tega, Reyner menarik tubuh Nana mendekat. Tapi justru tangisnya semakin menjadi saat berada di dalam pelukannya itu.
Mereka berpelukan cukup lama hingga membuat Nana kembali tenang.
"Udah nangisnya.?"
Nana mengangguk, matanya masih terlihat basah dan merah.
"Masuk gih, dingin diluar. Ntar lo masuk angin lagi"
"Ngga mau kalo lo juga ngga masuk rumah"
"Yaelah, kenapa lo jadi manja gini sih. Perasaan dulu galak banget sama gue"
"Udah jangan dulu-dulu lagi"
Nana terlihat kesal, ia baru saja berhenti menangis karena mengingat masa lalu. Dan sekarang, dirinya malah dibandingkan dengan masa lalunya.
"Ya udah sorry, sorry. Masuk yuk, gue anterin ke kamar lo sekalian"
Mereka berjalan berdua kembali memasuki rumah. Entah mengapa, baik itu Reyner ataupun Nana, ini adalah saat paling melegakan prihal hubungan mereka selama ini. Rasa yang sempat terpendam sudah mereka keluarkan satu sama lain.
"Kamar lo yang mana.?"
"Atas lantai dua"
Mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai dua setelah sebelumnya memberikan selimut untuk menutupi tubuh kedua sahabatnya yang masih nyaman terlelap diruang tengah.
"Ya udah masuk, gue tidur di sofa bawah"
Entah sejak kapan mereka sudah bergandengan tangan, dan saat setelah membuka pintu kamar, Reyner merasa Nana semakin mengenggam tangannya erat. Seolah wanita ini tidak ingin lagi melepas tangannya. Tapi langakah Reyner berhenti, dan hatinya ragu untuk benar-benar memasuki ruangan dihadapannya ini.
"Ngga ada lagi hal yang harus gue simpen dihati gue sekarang, jujur gue kangan banget sama lo Rey, gue masih sayang..."
Reyner mendekat, lalu menahan wanita itu untuk kembali melanjutkan kalimatnya.
"Stop, jangan ngomong lagi. Gue yang seharusnya ngomong ini lebih dulu. Bukan lo Na, i love you"
Nana terlihat sedikit terkejut oleh pengakuan Reyner tentang perasaannya selama ini. Dan semakin terkejut saat tiba-tiba pria itu mencium bibirnya, lalu mengangkat tubuhnya dalam pelukan.
Next part 4...
KAMU SEDANG MEMBACA
CERPEN [dewasa] 21+ ll
Short StoryAnggap ini season keduanya ya gaes 😁 Yang penasaran sama season satu, silahkan mampir ke sebelah.