My Life Story

49.9K 960 15
                                    

Halooo guys...

Author kambek again...
Sorry udah libur too long...

Sorry juga yang minta seri My Brondong season satu belum bisa Author lanjutkan.
Kemarin sudah coba buat, cuma belum ketemu konflik yang tepat untuk ceritanya.
Ngga seru dong ya kalo cerita ngga ada konfliknya, makanya Author tunda dulu buat lanjutin.

Sebagai gantinya, Author coba buat seri cerita baru.
Kalo dari kemarin yang jahat itu cowok, di cerita ini Author coba sebaliknya.

Ngga papa kan.?

↓↓↓

Hamdani, atau biasa di panggil Dani, dia adalah duda berusia 35 tahun. Bisa di bilang, hidupnya kini sudah berbanding terbalik dengan keadaannya 7 tahun lalu. Perjuangan, kerja keras dan tetes demi tetes peluh yang sudah ia keluarkan terbalas sudah. Bisa di bilang, 7 tahun lalu adalah masa-masa tersulit dalam hidupnya.

Dani menarik napas dalam, lalu mengusap wajahnya kasar. Mengingat masa lalu hanya akan kembali membuka luka yang kini sudah mulai terasa membaik.

Dari arah lain, sosok gadis yang kini akan memasuki usia remaja itu terlihat tersenyum penuh arti. Namanya Nada, gadis berusia 12 tahun itu sebenarnya tengah sibuk mengerjakan tugas yang gurunya berikan. Dan saat tidak sengaja menatap ayahnya yang tengah melamun, otaknya tiba-tiba saja kembali teringat dengan hal yang sudah lama ingin ia tanyakan dengan ayahnya itu.

"Pa, papa ngga pengen nikah lagi.?"

Kalimat yang sukses membuat Dani terkejut lalu menatap putrinya itu heran.

"Pa, ditanya malah diam"

"Hem, apa.?"

"Papa ngga pengen nikah lagi.?" ulang gadis itu dengan nada suara yang sama seperti sebelumnya.

Dani terlihat menggeser duduknya lebih dekat ke arah Nada, lalu mengelus rambut putri sematawayangnya itu lembut.

"Kamu kenapa tiba-tiba tanya hal seperti itu.?"

Nada diam, otaknya sibuk berpikir memilih kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan ayahnya itu. Tapi gagal, ia sama sekali tidak punya alasan tertentu tentang pertanyaannya tadi. Ia hanya ingin, ada sosok yang lebih memperhatikan ayahnya mulai sekarang. Nada sadar, seberapa besar ayahnya itu menyayanginya. Dan mulai sekarang, ia juga ingin ada orang yang menyayangi ayahnya selain dirinya.

"Ngga tau pah, Nada cuma pengen ada orang yang bisa ngurus papa sekarang. Bikin sarapan sebelum papa berangkat kerja, siapin baju, siapin makan, ini, itu dan lain-lain, semuanya"

Dani tersenyum, putrinya itu terlihat menggemaskan saat berbicara panjang lebar dengan wajah polosnya. Ia sama sekali tidak menyangka jika anak gadisnya itu sudah berpikir begitu jauh. Bahkan, ia sama sekali tidak menyebut satu poinpun alasan untuknya sendiri selian poin-poin untuknya prihal pertanyaannya.

"Kamu maunya papa cari yang gimana.?"

"Kok tanya Nada, terserah papa lah mau cari calon istri yang seperti apa"

Dani diam, ia terlihat meraih tangan putrinya lalu mengenggamnya erat. Wajahnya terlihat begitu serius, dengan tatapan yang sangat terasa menenangkan.

"Kalo nanti papa punya istri, kamu juga otimatis akan punya mama baru, betul.?"

Nada terlihat menjawabnya dengan anggukan.

"Kamu tau sayang, kebahagiaan kamu jauh, jauh dan sangat jauh lebih penting bagi papa. Jadi, kalo kamu minta papa buat cari calon istri, kamu yang harus lebih berperan besar nanti. Siapapun, asal kamu bahagia, papa akan menikah dengan wanita yang kamu pilih"

"Papa serius.?" tanya Nada ragu.

"Iya sayang, kamu yang pilih siapapun orang itu"

Nada tersenyum, senyum yang menandakan ia sangat antusias akan apa yang sudah lama ada di otaknya itu.

"Tapi inget, jangan cari orang sembarangan. Ngga harus cantik, asal dia baik, tulus sayang sama kamu, dan kamu juga cocok, masalah papa gampang nanti"

"Siap bos, laksanankan"

Dani yang melihat putrinya itu sangat bersemangat dan percaya diri malah terlihat heran.

"Kamu semangat banget, kayak udah nemu calonnya saja"

"Papa lihat aja nanti"

Nada kembali tersenyum, ia yakin rencana yang sudah ia susun matang itu bisa berjalan mulus nanti.

"Terserah kamu deh. Ya udah papa tinggal ke kamar sebentar. Selesaikan tugas kamu, terus pergi tidur oke"

Nada mengangguk, lalu kembali melanjutkan mengerjakan tugas sekolahnya.

Meninggalkan putri sematawayangnya itu, Dani terlihat memasuki kamarnya. Membicarakan tentang istri, ibu dan anak, tiba-tiba saja membuat ia kembali teringat sosok yang dulu sangat ia sayangi.
Ia terlihat membuka salah satu lemari, lalu mengambil salah satu kotak berwarna hitam dari dalamnya.
Perlahan, ia membuka kotak itu dengan cukup hati-hati. Lalu mengeluarkan benda dari dalamnya. Itu adalah satu pasang sandal wanita, cukup cantik, walaupun dengan kondisi yang tidak begitu terawat.

Flasback.

Hari sudah hampir memasuki jam istirahat, dan Dani baru saja terlihat turun dari scaffolding tempat ia bertumpu untuk membantunya memasang batu bata. Ia sama sekali tidak fokus bekerja hari ini, dan sudah beberapa kali di tegur oleh mandornya.

Sebagai seorang pria dan kepala keluarga, ia merasa belum mampu menjadi suami yang baik bagi anak dan istrinya di rumah. Jangankan untuk memberikan kehidupan yang layak, permintaan istrinya yang ingin mengganti sandalnya yang sudah rusak saja ia sangat kesuliatan mencari biayanya. Upahnya sebagai seorang kuli bangunan hanya mampu untuk makan dan membayar sewa rumah kontrakan yang mereka tempati bersama. Belum lagi, putrinya yang kini sudah berusia 5 tahun perlu dana cukup besar untuk segara masuk bangku sekolah. Ia juga sudah tidak mungkin lagi meminjam uang pada mandornya.

Janjinya untuk membahagiakan Mega sama sekali belum ia tepati, dan yang ada justru hidup sebaliknya.

Sudah hampir seminggu ini Dani selalu pulang terlambat, ia benar-benar berusaha keras untuk bisa membelikan istrinya sandal baru. Dan ia akan memberikannya sebagai kado di hari ulang tahunnya nanti. Walaupun ia sadar, harganya tidaklah murah.
Tapi selama seminggu ini juga ia sangat jarang berinteraksi dengan istrinya Mega, dan putri mereka Nada. Setiap ia pulang larut, keduanya sudah tertidur.

"Sedikit lagi, aku janji bisa kasih apa yang kamu mau"

Ucap Dani saat menatap wajah istrinya yang tengah nyaman terlelap.
Dan untuk itu, ia harus lebih bekerja keras lagi.

Dani dan Mega menikah di usia yang cukup muda yaitu 22 tahun, dan setahun kemudian Nada lahir. Di awal hidup bersama, Dani dan Mega menjalani semua dengan bahagia. Dan mereka yakin itu berkat cinta keduanya.
Ingin sekali ia mengelak, ingin sekali ia menyangkal apa yang ia rasakan tentang Mega, tapi hatinya selalu berkata lain. Dani merasa istrinya itu sudah sangat jauh berubah, jangakan tertawa, tersenyum saja jarang sekali ia melihatnya.

Ia sadar, Mega bisa saja merasa tidak bahagia hidup bersamanya sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, usaha dan kerja kerasnya memang belum ada hasil seperti apa yang sangat ia harapkan.

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang