Ayah | Dendam ll {4}

46.8K 1.3K 178
                                    

Tolong baca.!!!

Duh, gimana ya ngomongnya.

Gini, di part 4 yang akan kalian baca ke bawah ini tuh sebenernya agak sulit di terima, khususnya buat cowok.

Ada kan cowok disini.?

Kalo buat kalian para ladies-ladies mungkin biasa aja, tapi kalo buat cowok takutnya ada yang ngga setuju sama alurnya.

Buat para reader cowok tolong baca baik-baik. Okeee

Bukan gue mau menjatuhkan atau membuat cowok itu jelek di mata cewek, tapi ini hanya sebuah cerita, cerita yang mengikuti alur dan cerita yang mencoba memuaskan para pembacanya. Oke mennn...

Dan gue harap kalian paham, sorry kalo ada yg ttp ngga terima. Anda ngga harus melanjutkan untuk membacanya.

Dan buat para ladies, tolong jgn berpikir semua cowok sama aja ya. Mereka berbeda, semua cowok beda-beda jgn samakan. Okeee

Masa iya gue mau disamakan sama Bagas si biawak sawah itu. 😂

↓↓↓

Setelah menyelesaikan pertempuran dadakannya dengan Hendra beberapa saat lalu, dan memastikan suaminya itu menghabiskan menu makan siangnya, Arumi memutuakan untuk cepat pulang. Selain karena hari sudah akan sore, ia merasa sudah terlalu lama meninggalkan Alena bersama Tanti dirumah.

Arumi baru saja tiba rumah, lalu bergegas berjalan menuju ke ruang tengah, tempat dimana putri kecilnya biasa bermain. Tapi senyum yang sudah ia bawa sejak tadi harus terpaksa ia lepas saat melihat pemandangan yang cukup membuatnya khawatir di depan sana.
Ia melihat Bagas tengah duduk dengan Alena yang berada di pangkuannya.

Arumi mempercepat langkahnya, lalu segera mengangkat tubuh Alena dari pangkuan Bagas.

"Kamu ngapain sama anak ku.?"

Mendengar mantan istrinya itu berbicara dengan nada yang cukup keras, Bagas terlihat terkejut.
Pria yang masih mengenakan busana kerjanya itu lantas berdiri.

"Aku baru pulang, terus lihat dia sendiri karena Tanti lagi bikin susu. Apa salahnya coba aku temani dia bermain"

"Salah, jangan pernah menyentuh anak ku sekali pun"

Merasa tidak nyaman karena Alena masih dalam gendongannya, Arumi terlihat memanggil Tanti yang masih berada di dapur.

"Mbak, tolong bawa Alena ke kamar. Nanti saya nyusul"

"Baik, Non"

Setelah Tanti bersama Alena pergi, Arumi dan Bagas terlihat berdiri saling tatap. Entah karena trauma atau takut, saat melihat Bagas bersama Alena tadi, Arumi merasa sangat khawatir. Walaupun sebenarnya pria itu tidak melakukan hal yang aneh sedikitpun, Ia merasa Bagas adalah ancaman baginya dan Alena sekarang.
Arumi menarik napas dalam dan mencoba untuk tenang.

"Tadi adalah yang terakhir, jangan pernah lagi menyentuh putriku"

Arumi berbalik dan hendak meninggalkan Bagas, tapi pria itu tiba-tiba saja memeluk tubuhnya dari arah belakang. Membuat ia memberontak dan mencoba melepas pelukan itu.
Arumi kembali berbalik, dan dengan cepat menghadiahi mantan suaminya itu dengan sebuah tamparan.

"Jangan kurang ajar, bajingan"

Bagas yang melihat Arumi seperti itu terlihat sangat shock. Selama mengenal Arumi, ini kali pertama ia melihat mantan istrinya itu berbuat kasar. Jangankan menampar, berbicara kasar saja Bagas tidak pernah mendengarnya. Pria itu menatap Arumi dalam, ini bukan Arumi yang ia kenal dulu, ucapnya dalam hati.

"Kenapa.? Sakit.?" Arumi tersenyum.

Seperti baru saja menyentuh benda yang kotor, Arumi terlihat membuat gerakan seperti tengah membersihkan telapak tangannya sendiri.

"Jangan harap itu sudah impas, yang aku rasain tidak sebanding dengan telapak tangan tadi"

Arumi kembali berbalik, tapi lagi-lagi Bagas menahanya dengan meraih tangan wanita itu.

"Tolong dengarkan aku ngomong sebentar"

Arumi menarik tangannya lepas dari Bagas dengan cukup kasar, lalu melipat kedua tangannya di dada.
Ia kembali menatap mantan suaminya itu yang kini terlihat tidak bersemangat, antara lelah atau karena menyesal, Arumi tidak memperdulikan itu.

"Aku tau kamu pasti masih marah soal yang dulu, dan aku ngga maksa kamu buat bisa maafin aku sekarang juga. Tapi satu hal, sejak kamu disini selama seminggu ini membuat aku sadar, aku salah dan aku menyesal dengan apa yang sudah terjadi antara kita"

Arumi diam, otaknya benar-benar tidak bisa berpikir jernih tentang cara berpikir mantan suaminya ini.

"Kamu tau Arumi, aku selalu memperhatikan kamu diam-diam dimanapun itu. Saat pagi kamu bikin sarapan, saat makan malam, atau saat kamu bermain dengan anak kecil itu, semuanya. Semuanya membuatku ingat tentang keluarga kecil kita dulu"

"Kamu gila hah, kamu sadar ngga sih ngomong gini"

Seolah tidak percaya, Arumi benar-benar tidak habis pikir mantan suaminya itu berbicara begitu padanya.

"Iya, aku sadar. Itu sebabnya aku ngomong seperti ini sama kamu"

"Gas, kamu sadar, dan seolah kamu menyesal dengan semua yang sudah kamu lakukan dulu. Dan sekarang, kamu ngajak Siska tunangan, punya otak ngga sih"

"Aku ngga peduli, aku janji kalo kamu ngasih aku kesempatan kedua, aku akan memperbaiki semuanya. Apa perlu aku bersujud di depanmu sekarang.?"

"Lakukan.." ucap Arumi tegas.

Sedikit terkejut, Bagas seolah tak percaya kalimatnya justru di iya kan oleh Arumi. Ragu, tapi ia juga tidak mungkin menarik kata-katanya itu kembali.
Perlahan, Bagas terlihat mulai merendahkan tubuhnya. Lalu menekuk kedua kakinya dan ia jadikan tumpuan di lantai tepat di depan Arumi.
Pria itu menunduk, seolah sudah tidak lagi peduli dengan martabatnya sebagai seorang pria.

Bukan merasa terharu ataupun tersanjung, Arumi justru terlihat miris menyaksikan mantan suaminya itu bersujud di hadapannya. Mungkin bukan hanya Arumi saja, wanita diluar sana juga pasti akan berpikir dua kali untuk menjadikan pria itu sebagai panutan dalam berumahtangga.

Seolah tidak peduli, Arumi justru terlihat berbalik badan dan pergi melangkah meninggalkan Bagas yang masih memelas itu.

"Sampah.." ucap Arumi dalam hati.

Bagas yang melihat Arumi pergi dari hadapannya segera berdiri, lalu mengejar langkah mantan istrinya itu dan kembali meraih tangannya.

"Apa-apaan sih kamu, Gas"

"Tolong Arumi, tolong kasih aku kesempatan. Oke, aku akan membatalkan pertunanganku dengan Siska kalo kamu mau"

"Benar, urus saja sana calon istrimu itu. Siapa tau dia lagi sama pria lain, dan kamu akan tau rasanya jadi aku seperti apa dulu"

Mengabaikan pria yang masih saja memanggil namanya itu, Arumi memutuskan untuk menuju kamar dimana putrinya tengah berada sekarang.

Sedangkan Bagas, pria itu terlihat kesal. Ia sengaja pulang lebih awal dari jam kerjanya hanya untuk mengatakan ini. Dan dengan sekuat hati, ia terpaksa membuang rasa malunya demi Arumi. Tapi wanita itu justru mengabaikannya begitu saja.

Dalam hatinya, pria itu masih yakin, Arumi akan kembali ke dalam pelukannya suatu saat nanti.

Next part 5...

Mungkin karena gue juga cowok, gue takut aja alur cerita di atas malah jadi terkesan gue menjatuhkan harga diri pria.

Iya ngga sih.?

Yang mau demo penolakan silahkan di kolom komen ↓

Tapi dengan resiko cerita ini hilang dari wattpad 😂😂😂

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang