MANTAN 2

93.2K 1.1K 19
                                    

"Lo beneran tinggal sendirian di sini Na.?"tanya Laura dengan mata yang masih terlihat nanar menatap berbagai benda mewah yang ada di dalamnya, begitu juga Bayu.

"Iya lah, ini rumah bonyok bukan punya gue"

"Terus lo ngga ada niat gitu buat tinggal menetap lagi di Indo.?"

"Tergantung bonyok Yu, mereka masih sibuk sama kerjaan disana. Mungkin belum kepikiran buat balik menetap lagi disini"

Sejak memasuki rumah, Reyner masih  belum bersuara. Ia benar-benar tidak fokus mendengarkan percakapan kedua sahabat dan mantan pacarnya itu. Ia hanya terlihat beberapa kali mengangguk, tapi matanya sama sekali tidak bisa lepas dari sosok Nana. Wanita itu benar-benar terlihat berbeda.

Nana yang ceria, cerewet, dan petakilan, Reyner tidak menemukan itu di dalam sosok Nana yang sekarang.
Dewasa, feminim dan anggun, itu yang Reyner lihat dari wanita yang tengah bergurau dengan Bayu dan Laura di ujung ruangan tidak jauh darinya. Dan itu juga hal yang membuat Reyner seperti terhipnotis, atau lebih tepatnya terpesona oleh wanita itu.

Hei what.!!!! Rey, bangun woy...

Seperti baru saja tersadar dari mimpi, Reyner terlihat beberapa kali memukul kepalanya sendiri agar cepat sadar.

"Kenapa Rey.?"tanya Nana saat melihat tingkah aneh Reyner.

"Oh ngga papa Na, cuma sedikit pusing aja"

Jawaban dari Reyner justru membuat Nana berjalan mendekat.

"Serius lo ngga papa.?"

Lalu menyentuh dahi Reyner dengan punggung telapak tangannya.

"Lo ngga lagi sakit kan.?"

Dan itu sukses membuat Reyner tiba-tiba salah tingkah.

"Iya ngga papa. Mending ke ruang tengah aja nyusul anak-anak"

Akhirnya, Reyner dan Nana menyusul Bayu dan Laura yang kini sudah berada di ruang tengah. Dan kedatangan keduanya membuat Laura merasa ia tidak seharusnya ada di sini.

"Wah gila lo Na, nyuruh kita dateng tapi ngga ada apapun yang bisa dimakan disini"

"Oh ada kok, gue udah beli minum sama makan tadi. Tapi belum sempat gue siapin. Lo cari aja ke dapur."

"Ah dapur ya, yuk Beb."

Tapi Bayu terlihat masih malas-malasan di atas sofa. Ia lebih tertarik pada ponselnya dan tidak mengerti maksud dari ajakan Laura menuju dapur.

"Kamu aja sana, sekalian bawain minum buat aku ya"

Laura terlihat gemas lalu mencubit lengan Bayu dengan cukup kasar. Membuat pria itu seketika melempar ponselnya karena terkejut.

"Kamu apa-apaan sih, sakit tau"

"Lihatlah, betapa oon nya pacar gue sekarang" ucap Laura dalam hati.

Bayu yang masih kesakitan semakin di buat menciut saat melihat mata Laura yang kini tengah menatapnya tajam. Tapi sedikit kemudian terlihat heran karena pacarnya itu tiba-tiba seperti tengah bermain mata dengannya.

"Ke da pur se ka rang..." ucap Laura pelan tapi dengan penuh penekanan.

"Mata kamu kenapa Beb,? Perasaan tadi baik-baik aja".

Menyerah dengan kebodohan pacarnya, Laura terlihat menarik tangan Bayu kasar menuju dapur.

"Gini amat punya pacar"

"Apa, kamu bilang apa tadi Beb.?"

"Oh ngga, kamu haus kan.? Aku kasih air sama galon-galonnya biar kamu busung lapar sekalian"

Sepeninggal Bayu dan Laura ke arah dapur, suara tawa tiba-tiba saja terdengar nyaring di ruang tengah itu. Bukan dari Reyner, itu adalah suara tawa dari Nana yang sudah tidak kuat lagi menahannya. Ya, Nana sudah mencoba menahan untuk tidak tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya tadi. Tapi tidak bisa, itu benar-benar terlihat konyol di matanya.

Disisi lain, ada sepasang mata yang terus aja menatap lekat kearah Nana yang masih tertawa. Sepasang mata yang seolah menatap tidak percaya. Senyum itu, mata itu, tawa itu, masih sama, tidak ada yang berubah dari semua hal indah itu hingga kini.

"Duduk Rey, gue ke kamar mandi sebentar"

Semenjak Nana pergi ke Rusia bersama kedua orang tuanya 5 tahun lalu, ini adalah kali pertama mereka kembali berkumpul. Dulu, setelah selesai sekolah, tempat Reyner dan Bayu adalah tujuan mereka untuk menghabisakan waktu bersama sebagai sahabat. Nana pergi bersama kedua orang tuanya setelah luluas SMA. Selain karena ayahnya mempunyai pekerjaan disana, ia juga ingin sekaligus melanjutkan studynya.

"Jadi, apa tujuan lo tiba-tiba balik ke Indo kalo pada akhirnya lo belum bisa tinggal menetap disini.?"

Pertanyaan yang terdengar serius dari Laura tiba-tiba saja membuat suasana berubah. Terutama Nana, ia tiba-tiba saja menatap Reyner tajam. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan tapi sangat sulit untuk di uangkapkan.

"Nanti kalian juga tau" jawab Nana dan semakin membuat ketiga sahabatnya itu penasaran.

"Pake nanti-natian segala"

"Kepo lo..."

Nana terlihat mengambil beberapa kulit kacang, lalu melemparnya ke arah Bayu.

"Apa bedanya coba nanti sama sekarang.?"

"Beda lah, gue butuh waktu yang tepat buat ngomongin ini sama kalian"

"Serah lo deh, nurut aja kalo gue mah"

"Apa jangan-jangan lo mau bilang kalo lo bakal merid bantar lagi. Ngaku lo, ngaku"

Kalimat yang baru saja Reyner dengar dari Laura tiba-tiba saja membuatnya duduk tegak. Ini adalah hal yang sama sekali tak pernah terlintas di otaknya sedikitpun.

"Iya mungkin, ngga tau deh" jawab Nana asal.

Tanpa disengaja, Laura melihat raut wajah Reyner yang tiba-tiba saja berubah. Ia merasa leluconnya itu salah tempat sekarang.

"Ah mana ada, lo ngga bakal merid duluan dari kita. Yakan Beb ha ha ha"

Laura mencoba melempar leluconnya itu pada Bayu, tapi pria itu malah terlihat sibuk dengan kegiatannya mengupas kacang.

"Lupakan, dasar pacar ngga guna"

Walaupun terdengar aneh, Laura tetap memaksakan untuk tertawa. Ia tidak ingin situasinya menjadi canggung, apa lagi Nana dan Reyner baru saja terlihat lebih akrab beberapa saat lalu.

"Tapi aku kasih dua jempol deh buat hubungan kalian berdua, langgeng juga ya sampai sekarang"

Laura terlihat sedikit bernapas lega, akhirnya Nana merubah topik pembicaraannya juga.

"Langgeng apanya Na, akur aja kalo lagi sange doang" celetuk Bayu terus terang dan membuat kulit kacang tiba-tiba saja berhaburan ke arah tubuhnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Laura.

Dan itu sukses membuat Nana dan Reyner tertawa bersamaan.

"Emang bener kan Beb.? Kita akurnya itu kalo...."

"Diemmmm...."

Laura yang kesal karena pacarnya itu terlalu ember dan asal ceplos mencoba menahannya untuk tidak berbicara. Tapi gerakan tangan Laura ke arah mulut Bayu justru menjadi kesempatan bagus. Bayu menangkap tangan Laura, lalu menariknya kuat hingga tubunya ikut terbawa kedepan karena tarikan itu. Laura yang tidak siap terpaksa harus menindih tubuh Bayu, dan posisinya benar-benar sulit untuk digambarkan.

Situasi menjadi semakin heboh saat tiba-tiba Bayu membalik tubuh Laura dengan sangat cepat hingga kini berada di bawahnya. Bayu terlihat menahan kepala Laura agar tidak bergerak, dan sedetik kemudian sukses mendapatkan bibirnya.

Dan yah... itu sudah lebih dari cukup untuk menerima hadiah kulit kacang dan botol air minum dari Nana dan Reyner.

Next part 3...





CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang