Agatha Nesya Aira. Gadis itu memarkirkan motor maticnya, lantas berlari kedalam kelasnya. Pagi ini, hampir saja ia terlambat masuk sekolah. Ini semua gara-gara cowok tadi yang memaksa untuk ia mengantarkannya ke SHS sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Hei, Agatha bahkan tidak menabrak cowok itu, menyentuhnya pun tidak, tapi seenaknya it cowok menyuruhnya.
Menarik nafas sebelum membuka pintu kelasnya, Agatha tersenyum canggung saat sudah ada guru didalam kelasnya. "permisi bu," sapanya ramah.
Guru perempuan yang berumur setengah abad itu berdecak. "Agatha Neysa Aira, dari mana kamu kok telat?" tanyanya.
Gadis itu menautkan kedua tangannya didepan, menatap Bu Dian dengan wajah melasnya. "tadi macet bu," jawabnya.
Bu Dian menghela nafasnya. "yasudah hari ini kamu saya maafkan. Jangan diulangi lagi." ucapnya, "kamu boleh duduk."
Agatha langsung duduk dikursinya. Menghembuskan nafasnya dengan lega.
"Untung bu Dian baik, coba kalau gak bisa dihukum lo Tha," ucap teman sebangkunya.
Sepanjang pelajaran, Agatha berusaha untuk tetap fokus pada materi yang sedang diterangkan. Tapi bukannya mendengarkan, Agatha malah merebahkan kepalanya diatas meja. Kedua matanya sudah tidak sanggup untuk terbuka.
Laura teman sebangkunya sampai heran melihat Agatha. Karena baru kali ini Agatha tidur dijam pelajaran. Sebagai teman yang baik, Laura menaruh buku yang dibuka didepan Agatha, menutupinya suapaya tidak terlihat dari meja guru.
Bahkan sampai jam pelajaran Bu Dian selesai, Agatha belum juga bangun. Laura mengamati wajah sahabatnya itu lamat-lamat, ia membuka mulutnya saat melihat sedikit lebam di bawah dagu Agatha.
"ish... pasti sakit." Laura meringis ngilu.
Agatha terusik dari tidurnya, perlahan matanya terbuka mendapati Laura yang sedang menatapnya. "kepana?" tanyanya, menegakkan punggungnya.
"Tha, itu dagu lo kenapa?" tanya Laura menunjuk dagu sebelah kanan Agatha.
Wajah Agatha langsung panik, "nggak papa kok, kemaren kepentok meja pas aku kepleset." jawabnya.
Laura mengangguk percaya, "yaudah ayok ke kantin, nanti keburu rame." ajaknya yang langsung ditolak oleh Agatha.
"nggak deh aku mau tidur aja." ucapnya, kembali merebahkan kepalanya.
Menghembuskan nafasnya pasrah, akhirnya Laura beranjak ke kantin seorang diri. "yaudah deh, gue tinggal ya."
Setelah kepergian Laura, kondisi kelas benar-benar sepi, hanya ada Agatha seorang diri. Ia meringis merasakan perutnya yang berbunyi. Agatha merogoh saku seragamnya, mengambil uang untuk ia bisa membeli makanan.
"cuma tinggal sepuluh ribu," ucapnya. "kalau buat beli makan nanti aku gak punya pegangan dong?" monolognya.
Pada akhirnya Agatha kembali menyimpan uang sepuluh ribu itu disakunya. Gadis itu kembali merebahkan kepalanya sambil menahan rasa lapar diperutnya.
"sabar ya perut, nanti kita makan dirumah aja."
----------
Menutup pintu dengan perlahan, gadis itu berjalan dengan langkah mengendap-endap. Dirasa sekeliling aman, gadis itu mempercepat langkahnya menuju kamar.
"bagus, jam segini baru pulang."
Agatha, gadis itu berdiri dengan kaku, menatap gadis seusianya yang sedang menonton tv. Kepala Agatha tertunduk, kedua tangannya tertaut didepan, gugup setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] AGATHA [End]
Teen Fiction❝ Bagaimana rasanya diabaikan oleh seseorang yang dulunya sangat hangat menyapamu? ❞ [SQUEL MBGF] story by @Nanaanggn_