26# Because you, Agatha

43 3 0
                                    


Plakk..


Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan pemuda itu. Sebuah kalimat yang baru saja ia ucapkan mampu membuat lawan bicaranya seolah kehilangan kata kata.

"Apa?"

"Aku ingin bertunangan dengan Agatha!" jawabnya tegas.

"Apa kau sudah gila sehingga bicara demikian?" pekikan keras ia layangkan. "kami mengerti dengan jelas perasaanmu, tapi bisakah kau lebih berpikir logis? Jika kau lupa dia saudaramu Gathan!!"

Pemuda itu mengernyitkan dahinya samar. "Aku tahu." jawabnya. "dan aku tidak perduli."

"GATHAN!!!"

Suara teriakan Fania menggema di penjuru rumah. Matanya menatap tidak percaya wajah sang putra. Memejamkan matanya sesaat, Fania lantas menghela nafasnya samar. Perempuan itu mendekati putra bungsunya perlahan.

"Gathan.." panggilnya pelan. "kamu gak serius kan dengan ucapan tadi?" diam diam Fania berharap jika apa yang barusan ia dengar adalah sebuah kesalahan.

"Aku serius ma." sorot matanya mengatakan tanpa ada keraguan sedikitpun.

Perempuan itu tercekat ditempat. Mimik mukanya seketika berubah. Kedua tangannya terkepal disamping tubuhnya.

"Kamu tahu apa yang barusan kamu ucapkan? Kalian saudara Gathan!! Kalian kembar!" suara Fania naik beberapa oktaf.

Pemuda dihadapannya tak bergeming sama sekali. Ekspresi yang ditunjukkan pun sukar untuk ditebak. Gathan memandang wajah mamanya beberapa saat, sebelum akhirnya ia menghela nafasnya pelan.

"Ma.." panggilnya pelan. "Bukankah sejak awal Gathan sudah bilang tentang ini?"

Lagi lagi Fania tercekat ditempatnya. Tubuhnya mematung menatap kosong kedepan. Kepalanya tanpa sadar menggeleng.

Gathan menggenggam kedua tangan milik mamanya. Sorot matanya begitu tenang. Bibirnya tersenyum tipis. "Bukannya mama sudah tahu semuanya?"

"apa maksud kamu?"

Gathan tersenyum mendengarnya. "Mama tahu kan kejadian di dapur bulan lalu?"

Fania menelan ludahnya susah payah. Ingatannya terputar pada kejadian beberapa waktu lalu, ketika tanpa sengaja ia melihat putra bungsunya bersama putrinya sedang berciuman di dapur. Fania kira itu hanya halusinasinya.

"K-kamu?" Fania kehilangan kata katanya.

Pemuda itu mengangguk pelan. "Iya, aku mencintai Agatha ma."

*****

Gadis itu termenung ditempatnya. Telingga tanpa sengaja mendengar perdebatan antara kakak kembarnya dengan sang mama. Ia menutup tangannya spontan ketika sebuah kalimat terucap dari bibir kakaknya diikuti dengan tamparan di pipi kanannya.

"Iya, aku mencintai Agatha ma."

Agatha tidak bisa bereaksi apapun setelahnya. Gadis itu segera berbalik pergi meninggalkan keduanya yang masih terlibat adu mulut di ruang tengah. Sungguh Agatha tidak mau lagi mendegar kalimat lanjutan dari kakaknya.

Dadanya berdenyut, rasanya begitu sesak.

Gadis itu menutup pintu kamarnya rapat rapat, tidak lupa untuk menguncinya. Tubuhnya seketika merosot dibalik pintu berwarna cokelat. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya di lipatan lututnya.

"Enggak, pasti aku salah denger tadi." ia menggeleng, berusaha menyangkal apa yang tadi didengarnya.

Tidak! Kakaknya pasti cuma bercanda. Mana mungkin mereka akan bersama. Mereka kembar!

[2] AGATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang