24# Who's Bian?

46 5 0
                                    

Baru saja kaki jenjangnya menapak di tanah, tapi sebuah tangan dengan cepat menyeretnya untuk ikut. Mengabaikan tatapan aneh para siswa yang melihatnya.  Agatha meringis saat Sheilla mencengram tangannya kasar.

"K-kakk.. kita mau kemana?" disela ringisannya, Agatha bertanya saat Sheilla menariknya menaiki anak tangga.

Sheilla sama sekali tidak menjawab. Bahkan dengan kasar dia menyentakkan tangan Agatha setelah mereka sampai di roftop. Agatha meringis merasakan tangannya, ada bekas memerah di pergelangan tangannya. Dipandangnya sosok kakaknya dengan lamat.

"kak kena--"

"Udah berapa kali gue bilang jauhi Gathan!!"

Agatha mengerjap beberapa kali. Angin yang berhembus membuat beberapa anak rambutnya bererbangan menutupi sebagian wajahnya. Agatha menghela pelan. "kak, aku sama kak Gathan gak punya hubungan apapun. Kita cuma sa-"

"Stop! gue gak perduli. Lo jauhi Gathan, atau--"

Sheilla mendekat, wajahnya nampak begitu menyeramkan saat ini. Agatha mundur perlahan, saat Sheilla berjalan mendekat kearahnya.

"k-kakak mau ngapain?" punggung Agatha menyentuh pembatas roftop. Gadis itu menatap kakaknya was-was. Wajah kakaknya begitu menyeramkan dimatanya saat ini.

Sheilla tersenyum miring. Melihat wajah ketakutan Agatha membuat hatinya tertawa. Begitu mudah menggertak gadis polos itu. Tangannya terangkat, membelai rambut panjang Agatha yang berterbangan, menyingkirkan dari wajah adiknya.

"Lo tahu gue kan Agatha? Gue gak pernah main main dengan ucapan gue." suara Sheilla berbisik membuat Agatha meremang. "Gue gak perduli dengan apapun, asal tujuan gue tercapai." tangan Sheilla masih mengelus belakang rambut Agatha.

"Akhh!!"

Gerakan cepat tangan Sheilla membuat kepala Agatha terdongak. Ringisan keluar dari bibir tipisnya, Agatha meringis saat Sheilla kembali menjambak rambut belakangnya. Sheilla tertawa setelahnya, ringisan diwajah Agatha membuat tangan Sheilla kian memperkuat jambkannya.

Sheilla maju dua langkah lebih dekat. Membalikkan badan Agatha sampai gadis itu hampir terhuyung jatuh kebawah sana. Kepala Agatha ditekan hingga gadis itu merasa pusing memperhatikan kendaraan yang melintas dari kejauhan. 

"Gimana kalau lo gue dorong dari sini?" Agatha sontak menggeleng kuat. Dia benar benar panik saat ini.

"k-kak.. aku mohon.. Akhh.."

Sheilla kian mendorong kepela Agatha melewati pagar pembatas, membuat separuh tubuh gadis itu menjuntai kebawah. Jantung Agatha berdetak dengan cepat. Dia takut jika Sheilla akan mendorongnya dari lantai lima.

"Gue kasih satu kesempatan lagi. Lo jauhi Gathan, gue gak menerima alasan apapun itu."

"t-tapi kak Gathan itu-- AKhh... kak aku mohon jangan.." Agatha panik saat Sheilla mendorong badannya.

Bahkan kini kedua kaki Agatha tidak lagi menapak pada lantai semen. Jika saja Sheilla melepas jambakan di rambut Agatha, sudah dapat dipastikan gadis itu akan terjun bebas dari ketinggian.

"Sekali lagi gue bilang, jauhi Gathan." Sheilla berbisik penuh penekanan membuat Agatha mengangguk pasrah.

"K-kak, aku mohon lepas.." rasa sakitnya seolah hilang digantikan dengan rasa takutnya. Kedua tangan Agatha berpegang erat di pagar pembatas.

Sheilla tersenyum miring. Menarik kembali tubuh Agatha sampai gadis itu bisa bernafas lega. Agatha bersyukur, kakaknya itu tidak tega mendorongnya.

"lo jangan seneng dulu, gue bisa berbuat lebih dari ini." Sheiila kembali mendorong tubuh Agatha sampai membentur pagar pembatas.

Sheilla berbalik, tidak perduli dengan teriakan minta tolong dari Agatha. Sheilla sama sekali tida menoleh, berjalan lurus menuju pintu, kemudian menghilang dari pandangan.

[2] AGATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang