14# Berjuang

42 6 0
                                    

Perlahan mata itu terbuka. Sedikit mengernyit untuk menyesuaikan dengan percahayaan disekitarnya. Kedua bola matanya bergerak menelusuri ruangan ini. Dahinya mengernyit, ini tempat asing baginya.

"Agatha..?" lirihnya.

Yang dipanggil otomatis menoleh, tatapan mata mereka bertemu. Gadis itu terdiam sesaat, sebelum akhirnya mendekat.

"kamu udah sadar? Ahh bukan, maksudnya gimana kondisi kamu?" gadis itu bertanya.

 "baik." singkatnya. "lo kok bisa disini?" pemuda itu bangun, bersandar dikepala bangsal.

Agatha membenarkan posisi duduknya. "katanya kakak sakit jadi aku jenguk."

"lo tau dari mana?" dia bertanya.

"temen kaka, siapa ya namanya. Den Den? Aden eh Denra?"

"Dendra?"

"nah iya itu, dia tadi kirimin aku pesan kalau kak Gathan sakit."

Pemuda itu mengangguk paham. Sepertinya ia harus berterimakasih kepada sahabatnya itu. 

"kakak udah mendingan kan? aku pulang ya." gadis itu sudah berdiri, bersiap untuk pergi.

"nanti kak Dendra balik, dia lagi pulang bentar." ucapnya. Berbalik badan.

Sejujurnya. Agatha sama sekali tidak ada niatan untuk datang. Hanya saja, oknum bernama Dendra Leno Miller itu terus-terusan meneror-nya dengan berbagai pesan dan telpon. Dan karena itu juga, Bian yang kebetulan tadi masih bersamanya menyuruh Agatha untuk menjenguk Gathan.

Agatha jadi tidak bisa menolaknya. Karena ini Bian yang meminta.

Iya, Bian yang mengantar Agatha kerumah sakit ini.

Bukannya tidak suka atau apa. Hey, Agatha dan Gathan tidak memiliki hubungan apapun, kenal pun hanya sebatas nama, tidak lebih. Jadi, Agatha pikir, urusan Gathan bukan urusannya.

"gue gak mau Dendra, gue mau lo Agatha." pemuda itu dengan serius menatap manik mata Agatha.

Agatha menghela nafasnya pelan. Sedikit terkejut. "kakak udah sadar, tugas aku juga udah selesai buat jagain kakak." 

Berbalik badan. Agatha mulai melangkah menjauhi Gathan yang tidak bisa lepas menatapnya. Bibir pemuda itu tersenyum miris. Apa secara tidak langsung dirinya ditolak?

Sebelum gadis itu sampai didepan pintu. Gathan berucap.

"Agatha, gue suka lo."

--------------------------- 

Brakkk...

"siapa lo? berani beraninya masuk ruang inap Gathan?"

Agatha meringis pelan merasakan punggungnnya yang berbenturan dengan dinding. Apa-apaan ini, dirinya baru saja keluar dari ruangan Gathan, tapi sudah dihadapkan dengan gadis aneh yang tiba-tiba mendorongnya.

"maksud kamu apa? kenapa tiba-tiba aku didorong?" gadis itu bertanya kemudian.

"Gue yang tanya. Lo siapa? ngapain bisa masuk ke ruangan Gathan?" gadis didepan Agatha bertanya dengan tidak santainya. "ini kamar VIP. Gak sembarang orang boleh masuk." 

Agatha menghela nafasnya. Ini yang tidak gadis itu suka jika berurusan dengan orang kaya. "aku temen kak Gathan." gadis itu menjawab spontan. Mereka berteman kan? atau hanya Agatha yang menganggap demikian?

Gadis seusia Agatha itu menatapnya menelisik. Seolah memindai tubuh Agatha. "gak, gak mungkin Kak Gathan punya temen kaya lo." elaknya. "siapa lo? lo juga bukan dari SHS." lanjutnya.

[2] AGATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang