17# Teror

52 7 0
                                    

Suara gemuruh kian terdengar dengan jelas. Langit yang semula terang kini berubah menjadi gelap seiring dengan rintikan hujan yang mulai jatuh membasahi bumi. Aroma khas tanah mulai menyerbak, meninggalkian suasana damai.

Langkah kaki itu kian cepat. Berlari bersama beberapa pejalan kaki menuju halte disebrang jalan untuk berteduh.

Gemericik hujan yang turun kian deras. Deruan angin sore membuat gadis itu mengusap kedua tanggannya, berusaha membuat kehangatan dari telapak tangannya.

Tubuh gadis itu bergetar, bibirnya pucat pasi. Sragam sekolah yang ia kenakan sepenuhnya basah terkena guyuran air hujan saat berlari tadi.

Gadis itu menatap sekitar, kenapa halte ini mendadak sepi? bukannya tadi banyak pejalan kaki dan siswi seperti dirinya sedang berteduh? Lantas kemana perginya mereka semua? Kenapa hanya ada dia dan dua orang laki-laki di ujung jalan?

Hawa dingin disertai suara gemuruh membuat gadis itu mendadak was-was dengan sekitarnya. Perasaan seperti apa ini yang ia rasakan, seolah ada seseorang yang sedang mengawasinya dari kejauhan.

"hahh, pergi...."

"Tha, ini aku."

Mendengar sebias suara itu membuat gadis itu terhenyak. Mata yang semula terpejam itu kini perlahan terbuka. Dihadapannya ada sosok tampan yang sedang menatapnya khawatir.

Pemuda didepanya menghela nafasnya, duduk disamping gadisnya. Di genggamnya kedua tangan gadis itu, "Tha, kamu kenapa?"

Gelengan kecil gadis itu berikan, sorot matanya masih menunjukkan rasa cemas dan takut membuat pemuda disampingnya khawatir.

Lantas, dengan segera pemuda itu melepas hoodie hitam yang ia kenakan. "Pake Tha, kamu kedinginan, bibir kamu pucet."

"em makasih kak," jawabnya. "kak Gathan kok bisa disini?" ia menolehkan kepalanya pada wajah tampan Gathan.

"Maaf, seharusnya aku gak telat jemput, kamu jadi kehujanan begini." Diusaknya rambut panjang Agatha yang basah, menyelipkan anak rambutnya dibekalang telinga. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati usakan lembut dikepalanya.

"Buat apa minta maaf, kan hujannya mendadak tadi pas aku pulang." Agatha tersenyum singkat, "kakak gak perlu kesini, ini jauh dari sekolah kakak." ucapnya.

"Tha, kamu belum jawab pertanyaan aku."

Agatha mengerjapkan matanya beberapa saat, "a-apa?"

"kamu kenapa? apa ada yang jahatin kamu?" wajah pemuda itu terlihat serius.

Yang ditanya hanya menggeleng pelan, "e-engga, aku cuma kedinginan kak," jawabnya. Menundukkan kepalanya sambil memainkan sepatunya. Membuat gerakan abstrak.

Meski jawaban yang diberikan kekasihnya terdengar tidak meyakinkan, Gathan mengangguk dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Ditatapnya wajah putih Agatha yang tenggelam dalam tudung hoodie miliknya.

"Lucu,"

"Hahh? Apa kak?"

Gathan menarik ujung bibirnya, "kamu lucu."

Rona merah menjalar disekujur pipi Agatha, "kakak apaan sih? kenapa jadi jago gombal, siapa yang ngajarin?" gadis itu tersipu.

"emang bener kok kamu lucu, cantik, dan baik juga." apa pemuda itu tidak sadar? ucapannya itu berdampak besar pada kinerja jantung Agatha.

"kakk... udah dong, aku malu." Agatha menarik tali hoodie yang ia kenakan sampai wajahnya menghilang. Dia malu diperhatikan beberapa orang yang ada disana.

[2] AGATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang