Perlahan mata indah itu terbuka. Gelap gulita. Gadis itu mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat kaku. Tersadar ternyata kedua tangannya masih terikat.
"Hmmpptt..."
Agatha, gadis itu menoleh kesana kemari, mencari keberadaan kakak dan ibunya. Suasana rumahnya benar-benar sepi. Sudah berapa lama ia pingsan?
Brakk..
Tubuh Agatha terjatuh dari kursi makan. Gadis itu menyeret tubuhnya menuju lemari yang ada disamping kulkas, mengambil cuter untuk memotong tali yang mengikat tangan dan kakinya.
"Hahh..."
Setelah berhasil melepaskan ikatan dikedua tangan dan kakinya, gadis itu bangkit. Mulai melangkah keruang tamu, gadis itu masih tidak menemukan keberadaan ibu dan Sheilla.
"mereka kemana?" monolognya.
Agatha berjalan menuju kamarnya. Melewati ruang keluarga, gadis itu bisa melihat bahwa sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Selama itukah ia pingsan?
Gadis itu menghela nafasnya, berati hari ini dia bolos sekolah lagi. Sudah tiga hari ini ia belum masuk sekolah, alasan apa lagi yang harus Agatha ucapkan.
Agatha segera masuk kedalam kamar mandi. Mungkin dengan berendam bisa membuat pikrannya menjadi relax.
Setelah hampir satu jam, gadis itu keluar dengan wajah yang sedikit lebih fresh. Dengan rambut hitamnya yang basah, Agatha duduk di meja belajarnya. Merapikan buku-buka untuk pelajaran besok.
Gadis itu melangkah, mendekat ke jenedela kamarnya. Ibu dan kakaknya belum juga pulang. Agatha menggigit kuku tangannya, cemas. "Kenapa mereka belum pulang juga?" gadis itu bergerak dengan gelisah.
Dilirknya jam baker dimeja, sudah pukul sepuluh. "Apa mereka gak pulang?" Agatha masih bergerak mondar-mandir didepan jendela.
Lelah menunggu, pada akhirnya gadis itu memilih tidur. Apapun yang terjadi ia harus sekolah besok.
---------
"kak Gathan..."
Gadis itu langsung berlari untuk memeluk tubuh Gathan yang tengah bersandar di kepala ranjang. Tangan Gathan mencoba untuk menjauhkan tubuh gadis itu dengan tubuhnya.
"Chel.. lepasin, kasian Gathan." Varo menarik tubuh Rachel untuk menjauh.
Jadi, setelah pulang dari rumah sakit. Dendra membawa Gathan ke apartemennya. Tidak mungkin kan Dendra mengambil resiko untuk membawa Gathan kerumah keluarga Angkasa. Bisa-bisa Dendra disate oleh Revan jika melihat tubuh Gathan yang penuh luka.
"kalian ngapain kesini?" Dendra melempar pertanyan.
Rachel menoleh. "tadi kata temen aku, kak Gathan ada dirumah sakit, jadi aku ajak bang Varo sama bang Vero kesini. Mau pastiin." jawabnya.
Melihat Gathan yang hanya diam tanpa ekspresi membuat gadis itu mendekat lagi. "kakak sakit apa?" tanyanya.
"mana yang sakit? mau aku obatin gak?"
"Loh.. ini dagu kakak kenapa lebam gini?" gadis itu memekik. "kakak ini kenapa? pasti sakit ya?"
Rachel terus terusan bertanya dengan suara centilnya. Kepala Dendra sampai pusing mendengarnya. Gathan memejamkan matanya, tubuhnya lelah ditambah dengan suara bising dari Rachel membuat kepalanya berdenyut.
"Chel, lo gak lihat itu wajah sepupu lo pucet. Lo mending diem deh," Vero lelah mendengar celotehan Rachel.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal saat Vero menariknya untuk duduk disebelahnya. Dendra ikut bergabung duduk disofa yang ada dikamar Gathan. Ditatapnya ketiga orang dihadapannya satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] AGATHA [End]
Teen Fiction❝ Bagaimana rasanya diabaikan oleh seseorang yang dulunya sangat hangat menyapamu? ❞ [SQUEL MBGF] story by @Nanaanggn_