30# Malaikat Kecil [End]

87 4 0
                                    

Lima tahun kemudian...

Senyuman tipis terpancar di wajahnya. Membuat semburat warna merah muncul di kedua pipinya, terlihat sangat cantik kontras dengan kullit putihnya. Agatha mengangguk singkat ketika seseorang di hadapannya berpamitan untuk pergi.

"Kami pulang dulu ya Agatha." seorang wanita cantik memeluk tubuh Agatha singkat. Sedangkan laki-laki di samping wanita itu hanya tersenyum sembari mengangguk singkat.

"Iya kak." jawab Agatha sembari tersenyum.

Wanita itu memegang perutnya yang buncit, bibirnya menyunggingkan senyum lebar. "Semoga cepat nular ya Tha." wanita itu beralih mengelus perut rata Agatha. "Semoga cepet ada baby-nya."

Agatha hanya bisa tersenyum sembari meng-aminkan ucapan wanita itu. "Amin terimakasih doa-nya"

Ketika sepasang suami istri itu mulai beranjak meninggalkan rumahnya, Agatha menghela pelan. Kedua bahunya merosot lesu. Ucapan wanita itu masih terngiang di telinganya.

"Belum isi ya Tha?"

"Padahal nikahnya duluan kamu loh. Bahkan aku baru tahun kemarin nikah dan sebentar lagi punya anak."

"Jangan di tunda tunda, nanti malah ke bablasan."

Pertanyaan seputar kapan kehamilannya sering kali membuat Agatha gelisah. Memang sejak pernikahannya sekitar lima tahun lalu, Agatha dan Gathan masih belum di kasih kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki momongan.

Tidak kurang usaha dan doa Agatha sematkan. Tapi balik lagi, semua sudah di atur oleh yang kuasa.

Diam melamun di ruang tamu membuat Agatha sama sekali tidak menyadari kehadiran Gathan yang kini tengah berjalan ke arahnya. Mendekati sang istri, Gathan langsung membelai rambut panjang Agatha lembut.

"Eh.. kakak udah pulang." Agatha tersentak. Kepalanya terdongak melihat sang suami berdiri dihadapannya.

Gathan tersenyum tipis sembari mengangguk pelan. "Aku pulang kok kamu diem aja. Ada masalah?"

Gelengan kecil Agatha berikan. Ia lantas berdiri menyalimi tangan sang suami. "Tumben kakak pulangnya sore?" tanyanya. Karena sejak empat tahun lalu, Gathan resmi menjabat sebagai CEO di salah satu perusahaan milik orang tuanya.

"Sengaja, biar bisa jalan jalan."

Kening Agatha berkerut. "Jalan jalan?" tanyanya.

"Iya. Gih kamu siap siap, kita jalan jalan habis ini." ucapnya.

Senyum Agatha melebar detik itu. Perasaannya kembali bahagia. Sungguh sangat jarang sekali mereka menghabiskan waktu untuk pergi jalan jalan. Jadi ini adalah kesempatan yang bagus dan tidak boleh Agatha lewatkan begitu saja.

"Oke. Aku siap siap dulu." serunya semangat.

"Ehh.. Sayang, tadi aku lihat mobilnya kak Heru di depan. Apa mereka ke sini?"

Agatha yang akan beranjak kembali diam. Kepalanya menoleh ke arah suaminya. "Iya, tadi kak Heru dan kak Dian mampir ke sini sebentar." jawabnya.

Gathan langsung mendekat. Memeluk tubuh mungil Agatha. "Pasti kak Dian bahas itu lagi ya?" buaknnya bagaimana. Gathan tahu betul jika saudara jauhnya yang satu itu memiliki mulut yang sedikit pedas.

Agatha menggeleng dalam dekapan Gathan. "Enggak kok, kak Dian gak ngomong gitu."

"Iya tapi dia nyindir kamu kan?" Agatha diam seketika.

Gathan menghela, sedikit merenggangkan pelukannya. Ditatapnya wajah cantik sang istri. Tangan besar Gathan menangkup wajah Agatha.

"Kamu denger, di luar sana orang mau bilang apa tentang kamu, aku gak akan perduli. Gak usah kamu pikirin omongan kak Dian, aku juga gak mau kamu malah stres mikirin ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] AGATHA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang