"Ngapain lo Tha senyum senyum sendiri?"
"hah? engga kok." gadis itu mematikan layar ponselnya.
Laura tersenyum jahil. "chatingan sama siapa lo? tumen banget. Cowo ya pasti?"
Agatha menggeleng. "kamu ngomong apa sih Ra?"
Tingg...
Laura mengintip layar ponsel Agatha yang menyala. Menampakan notifikasi chat.
"ciee... chat sama ka Bian.." gadis itu menggodanya.
Wajah Agatha bersemu merah. Seharusnya kan dia biasa saja, tapi kenapa dia jadi salting begini.
"ciee salting... hahaha" Laura kian gencar menggoda Agatha.
Agatha mengerucutkan bibirnya. Tangannya dilipat didepan dada. "taulah males."
Laura merangkul bahu sahabatnya itu. "aduduu.. iya maaf deh. Jangan ngambek dong." bujuknya.
Gadis itu mengangguk, melepaskan rangkulan tangan Laura. Berat hei. "Kita sampai kapan dikantin?" tanyanya.
Yang ditanya mengangkat bahu acuh. "ya terserah. Gue males dikelas, kaga ada pelajaran juga kan." Agatha mengangguk.
Agatha menumpukan kepalanya diatas meja kantin. Dia bingung harus ngapain. Terlalu mager. Laura disampingnya sibuk makan mie ayam dan bakso. Padahal baru beberapa menit yang lalu dia makan bubur ayam.
Khmm..
Kedua gadis itu mendongak. Agatha langsung menegakkan posisi duduknya. Hampir saja Laura tersedak bakso yang ia kunyah. Di hadapan mereka, berdiri tiga pemuda tampan disekolah ini.
Bian, Samuel, Sean.
"boleh gabung?" Bian bertanya, dengan senyuman dipipinya. Matanya bahkan ikut menyipit saat tersenyum.
Agatha tersenyum tipis. Kepalanya mengangguk. "iya, duduk kak." gadis itu meggeser wadah bekas Laura yang tercecer dimeja.
Laura kembali melanjutkan acara makannya. Urusan perut tetap nomor satu baginya.
"lo habisin ini semua?" Samuel menunjuk tumpukan piring di meja dengan tidak percaya.
Laura mengangguk, mulutnya sibuk mengunyah mie ayam. "iya kenapah?"
Samuel menggeleng, "nggak. Apa itu perut kaga meledak makan sebanyak ini?"
"yaudah sih. Perut gue juga." cueknya.
Bian menatap gadis didepannya. Sesekali tersenyum sampai membuat Agatha salah tingkah. "udah lama dikantin?"
Agatha mengangguk. "lumayan," jawabnya. "kakak mau makan apa?"
Bian menggeleng. "ngga, udah kenyang gue lihat dia," tangannya menunjuk Laura yang kini makan bakwan.
Agatha meringis pelan. Malu dia punya sahabat seperti Laura. Tidak ada rasa jaim sama sekali. "Ra, udah dong. Kasihan perut kamu."
"sstt diem Tha, habis ini selesai." Agatha memutar bola matanya malas. Dari satu jam yang lalu juga bilangnya begitu.
"kakak kesini mau ngapain kalau gak makan?" Agatha memulai pembicaraan. Mencoba mencairkan suasana yang hening.
Sean dan Samuel sibuk mabar. Laura makan. Tersisa Bian dan Agatha yang hanya diam satu sama lain.
"gaada cuma mau ketemu lo."
Siapapun tolong. Agatha rasanya lupa caranya bernafas saat ini. Gadis itu masih dalam keterkejutannya. Bian terkekeh. Menjentikkan tangannya didepan wajah Agatha yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] AGATHA [End]
Dla nastolatków❝ Bagaimana rasanya diabaikan oleh seseorang yang dulunya sangat hangat menyapamu? ❞ [SQUEL MBGF] story by @Nanaanggn_