Brakk....
Langkah kakinya terhenti. Tubuhnya mematung melihat sebuah tas besar berwarna hitam dilempar kearahnya. Agatha menunduk, mengambil gantungan berbentuk cuter yang terlepas saat tas hitamnya dilempar.
"I-ibu.." ia menatap sang ibu meminta penjelasan. "kenapa tas aku di--"
"keluar kamu dari rumah ini!" suara sang ibu menggema di penghujung malam.
Agatha menggeleng, berlari kecil menghampiri ibu-nya yang berdiri didepan pintu. Gadis itu berlutut di bawah kakinya, memohon untuk tetap diijinkan tinggal dirumah ini.
"i-ibu.. aku mohon jangan usir aku.." air matanya mengalir, dengan tatapan memohon.
Sang ibu berdecak pinggang. Menendang tubuh Agatha secara kasar. Tangannya teribas diudara, tidak perduli dengan Agatha yang kembali memeluk kakinya. Memohon.
"kamu, saya suruh jaga rumah malah kelayapan!" pandangannya menurun, melihat wajah Agatha yang penuh air mata. "Selama ini saya masih berbaik hati mengijinkan kamu tinggal disini. Tapi sekarang tidak! kamu pergi dari rumah ini!" ditendangnya kembali tubuh gadis itu sampai tersungkur.
Agatha tak menyerah. Kembali berlulut didepan kaki ibunya. Gadis itu mengeratkan dekapan kaki ibunya. "i-ibu aku mohon hikss... n-nanti aku tinggal dimana? a-aku gak punya siapa-siapa kecuali ibu dan kak Sheilla hiks.. ijinkan aku tinggal disini bu.."
"saya tidak perduli. Mau kamu tinggal di jalanan atau kolong jembatan pun bukan urusan saya!" bentaknya. "sekarang lepasin kaki saya. Pergi kamu!!"
Tubuh Agatha tersungkur sampai wajahnya menghantam tanah saat sang ibu mendorongnya. Cepat, gadis itu bangun menyusul ibunya yang masuk kedalam rumah.
"bu.. bukain pintunya... Ibu.. Kak Sheilla tolong buka pintunya hikss..." gadis itu masih setia mengetuk pintu yang tertutup rapat.
"hikss.. ibu maafin aku, buka pintunya bu.." jeritan gadis itu kian melemah. Tenggorokannya sakit, tubuhnya merosot didepan pintu. Agatha menunduk, kembali menangis.
Apakah dunia memang sebercanda ini mengenai hidupnya? Nampaknya hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya.
Baru saja tadi sore, Gathan pergi meninggalkannya. Sekarang, malam ini ibunya mengusirnya dari rumah.
Lantas kemana gadis itu akan pulang? Tempat mana yang akan Agatha tuju setelah Gathan pergi dari kehidupannya?
Tangis Agatha kian pecah. Suraranya terdengar begitu menyakitkan. Bahkan satu-satunya rumah yang ia punya juga pergi meninggalkannya seorang diri.
Berusaha menguatkan hatinya, perlahan Agatha bangun. Mengambil tas hitam bersar miliknya dan mendekapnya. Sebelum pergi, gadis itu meletakkan kunci motor pemberian almarhum ayahnya dimeja teras.
"a-ayah.. maafin aku.." gadis itu tersenyum kecut memandangi bangunan rumahnya.
Kaki jenjangnya melangkah tak tentu arah. Ditemani oleh gelapnya malam dan dinginnya angin yang berhembus menerpa kulitnya. Satu dua tetes air matanya kembali meluncur bebas di pipinya. Gadis itu tidak punya tujuan sekarang, lantas kemana dia harus pergi?
Haruskah Agatha menyerah malam ini?
***
Pemuda itu tediam, mengamati rintik hujan yang mulai membasahi dedaunan. Helaian nafasnya terdengar, mendadak ada perasaan was-was yang menyergap dihatinya. Ia beranjak, menuju balkon kamarnya.
Ini aneh, padahal masih awal bulan Juli. Tapi hujan turun begitu saja tanpa diduga. Seolah menggambarkan kesedihan yang ia rasakan. Gathan terdiam saat dinginnya air menyentuh telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] AGATHA [End]
Teen Fiction❝ Bagaimana rasanya diabaikan oleh seseorang yang dulunya sangat hangat menyapamu? ❞ [SQUEL MBGF] story by @Nanaanggn_