ayo ayo pencet dulu bintangnya
udah?
happy reading!!
Kini usia kandungan sudah menginjak 39 minggu, Shera hanya tinggal menunggu hari untuk persalinannya.
Dokter Dita memperkirakan Shera dapat bersalin secara normal, Shakti kini tidak memperbolehkan Shera banyak bergerak. Kemana-mana ia harus ditemani Shakti termasuk kamar mandi.
shera sudah tidak sabar menanti kelahiran buah hatinya, rasa takut yang menyelimuti Shera sudah kalah dengan rasa bahagia akan kehadiran buah hatinya.
Senyum Shera tidak pernah hilang dari bibirnya, tangannya terus mengelus perutnya dan hatinya tak pernah berhenti berdoa untuk keselamatannya atau pun buah hatinya.
Shakti kini sedang berada diruangan kerjanya, ada banyak berkas yang harus ia kerjakan. Sementara Shera berada diruang tengah ditemani putri kecilnya yang terus berjalan kesana kemari.
Shera ingin buang air, namun ia sangat malas jika harus memanggil suaminya yang sedang bekerja. Jadi Shera memutuskan untuk ke kamar mandi sendiri.
"fyuh lega," ujar Shera setelah keluar dari kamar mandi.
Ia berjalan dengan perlahan karena tidak mau terjadi apa-apa pada buah hatinya.
Pada saat hampir sampai diruang tengah Shera merasakan sakit yang teramat sangat dibagian perutnya membuat tubuhnya tidak seimbang dan terjatuh.
"Argh! Mas!" teriak Shera memanggil suaminya yang sedang bekerja, namun tidak ada sahutan dari Shakti.
"MAS SHAKTI!!" Shera menambah suaranya semakin meninggi.
"Mas!! Perut aku sakit!" teriak Shera yang hampir mengeluarkan air matanya karena merasa sakit diperutnya.
Shakti yang sedang bertelepon dengan rekan kerjanya menggunakan earphone sehingga tidak mendengar suara teriakan Shera.
Selesai bertelepon Shakti langsung membuka earphone nya dan langsung mendengar suara Shera yang menjerit kesakitan.
"Mas!! Perut aku sakit!" teriak Shera menahan tangisnya.
Buru-buru Shakti keluar sambil berlari, dan betapa terkejutnya saat melihat istrinya yang jatuh terduduk dilantai.
"Astaga," Shakti langsung mengambil kunci mobilnya dan langsung membopong Shera menuju mobilnya.
"Mirza! Kamu bawa perlengkapan lahiran istri saya dan mainan Alen. Jangan lupa, Alen juga di bawa. Rezi nyetir," Shakti melempar kunci mobilnya kepada Rezi.
sedangkan Mirza sibuk sendiri mengemasi mainan milik majikan kecilnya.
"Mas sakit!! Hiks.." lirih Shera yang mulai mengeluarkan air matanya.
"Iya sayang, sabar. Tarik nafas, buang," ujar Shakti berusaha membuat Shera tenang.
Shakti terus menuntun Shera untuk menarik nafas lalu membuangnya, seperti Shera menuntun ibu kandungnya Alen saat akan melahirkan.
Tak lama mereka sampai di rumah sakit, buru-buru Shakti keluar dari mobil dan mencari perawat untuk membantunya.
Shakti mengangkat Shera dan memindahkankannya pada brangkar yang dibawa 2 perawat tadi.
"Mas, sakit," lirih Shera terus memegang perutnya.
"Iya sayang, Mas tau. Sabar ya," ujar Shakti menenangkan Shera.
"Maaf Pak, tunggu dulu diluar. Kami akan memeriksa keadaan ibunya terlebih dahulu," ujar perawat itu lalu menutup pintunya.
Shakti menunggu di depan ruangan pemeriksaan dengan raut wajah yang sangat cemas. Shakti merasa dejavu seperti saat ia menunggu kelahiran Alen, namun kali ini Shakti lebih cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakti
Teen FictionFollow dulu hayu • • • Menjadi sahabat untuk Shakti sudah membuat kepala Shera pusing dengan sifat kekanakan milik Shakti. Bagaimana jika status itu berubah menjadi suami-istri? Hanya karna sebuah amanat yang mengharuskan mereka terikat janji pernik...