Budayakan vote dan comment~
Typo tandai.
Happy Reading!
"Ti, lo masih bisa adzan kan?" tanya Shera pada Shakti karna ragu jika shakti sudah lupa.
"Bisa, kenapa?"
"Adzanin dulu bayi Azhar, belum diadzanin kan," Shera menjawab dan Shakti hanya mengangguk dan langsung menuju tempat bayi Azhar berada. Mereka memanggil bayi perempuan ini dengan nama Azhar terlebih dahulu karena ini nama pemberian dari ibunya. Karna ibunya meminta nama Azhar disematkan ditangah atau diakhir namanya, jadi Shakti dan Shera harus mencari nama untuk bayi Azhar.
Shera melihat Shakti dari kejauhan yang sedang mengadzani bayi Azhar. Shera tidak sadar bahwa ia tersenyum saat melihat dan mendengar suara Shakti yang lumayan merdu.
Shakti menghampiri Shera yang sedang memandanginya adzan.
"Udah pantes belum gue jadi imam?" tanya Shakti pada Shera dengan nada percaya diri.
"Udah si, tapi emang calonnya ada?" Shera balik bertanya dengan nada meremehkan.
"Udah," ujar Shakti bersemangat.
"Mana? Kok ga dikenalin ke gue?" tanya Shera lagi dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Ini di depan mata gue," Shakti menjawab sambil tertawa.
"Ngaco," ucap Shera yang ikut terkekeh.
"Benaran," ujar Shakti dengan nada yang serius.
"udah Ti ah. udah malem ayo balik," balas Shera yang masuk kedalam ruangan untuk mengambil bayi Azhar untuk dibawa pulang. bayi Azhar sudah boleh dibawa pulang karena keadaannya sehat walafiat.
Shera keluar ruangan dengan membawa bayi Azhar digendongnya.
"Lo udah cocok jadi ibu," celetuk Shakti saat melihat Shera menggendong bayi Azhar.
"Gue emang udah jadi ibu Ti. Mulai hari ini gue jadi ibunya bayi Azhar," Shera membalas ucapan Shakti tanpa memalingkan pandangannya dari bayi Azhar.
"Gue bapanya! ga mau tau," ujar Shakti langsung berjalan menuju administrasi untuk membayar biaya persalinan ibunya bayi Azhar dan langsung merangkul Shera yang sedang menggendong bayi Azhar menuju mobilnya.
"Kalo gue kerja siapa yang jaga bayi Azhar Ti?" tanya Shera pada Shakti saat sudah didalam mobil.
"Lo ga usah kerja, biar gue yang kerja buat lo sama bayi Azhar," jawab Shakti sambil menyetir dengan fokus.
"tapi Ti."
"Ga usah tapi tapian, intinya lo ga boleh kerja. Biar gue aja yang kerja," Shakti bersikeras melarang Shera untuk tidak bekerja.
"Hutang gue ke lo gimana?" Shera bertanya soal hutangnya yang masih terbilang banyak.
"Sher, please! Gue udah bilang sama lo. Gue ikhlas bantuin lo, sekarang tugas lo cuma fokus sama anak kita," Shakti menjawab dengan lumayan tegas.
"Maaf," cicit Shera yang terus memandangi bayi Azhar, dan Shakti hanya tersenyum melihat Shera.
"Ti, kita belum beli peralatan bayi, ditas ibunya bayi Azhar cuma ada baju. ga ada perlengkapan lainnya," ujar Shera mengingatkan Shakti sebelum sampai dirumah.
"Ya terus mau beli dimana Shera? Ini udah hampir jam setengah dua belas malem," tanya Shakti karena Shera baru mengingatkannya soal seperti ini.
"Coba di super market ada apa ngga. Kita beli susu, dot, sama popok aja dulu. Kalo soal baju besok aja," usul Shera dan diangguki Shakti, Shakti membawa mobil dengan kecepatan rata-rata sembari mencari super market yang masih buka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakti
Teen FictionFollow dulu hayu • • • Menjadi sahabat untuk Shakti sudah membuat kepala Shera pusing dengan sifat kekanakan milik Shakti. Bagaimana jika status itu berubah menjadi suami-istri? Hanya karna sebuah amanat yang mengharuskan mereka terikat janji pernik...