•Shakti 29•

1.1K 80 1
                                    

Vote dulu yuk cintahh

komen juga dont forget

happy reading!

Kini Shakti tidak terlalu lelah dengan permintaan Shera, karena Shera tidak pernah meminta yang aneh-aneh seperti pada kehamilan yang sebelumnya.

Bedanya, kini Shera lebih manja. Bukan lebih, tapi sangat. Shera sangat manja pada Shakti dan dengan sekuat tenaga, Shakti harus menghadapi sifat manja sang istri.

"Mas, ihh, cepetan gendong lagi," rengek Shera pada Shakti.

"Mas istirahat dulu sayang," pinta Shakti yang sejujurnya sudah lumayan lelah menggendong tubuh istrinya yang mulai berisi.

Shakti merutuki dirinya sendiri dalam hati karena telah melarang Shera yang tidak boleh terlalu lelah dan malah kini Shera menjadikan Shakti sebagai alat untuknya.

"Kamu yang bilang aku ga boleh kecapean. Ga boleh naik turun tangga. Terus sekarang kamu juga yang ga mau?!"

"Sayang, Mas juga bisa cape. Dan sekarang, Mas lagi cape," lirih Shakti pelan meminta pengertian pada Shera.

Shera langsung turun dari pangkuan Shakti dan melangkah pergi keluar rumah dengan membawa putrinya bersamanya.

"Sabar," gumam Shakti yang akhirnya harus mengikuti kemana istrinya pergi.

Shakti merasa dejavu dengan keadaan saat ini yang sama persis saat Shera hamil di kehamilan yang pertama.

Mata Shakti terus memandang Shera yang berjalan di depannya sembari menggendong putrinya yang semakin berisi.

"Sayang, kamu ga berat gendong Alen ga pake samping?" tanya Shakti yang terus mengikuti kemana Shera berjalan.

"Biasa aja," jawab Shera cuek.

Shakti menghela napasnya kasar, mengapa harus seperti ini lagi? omel Shakti dalam hati.

"Sa─"

"MAS!" pekik Shera saat Shakti memanggilnya.

"Apa?" tanya Shakti pelan sembari berjalan mendekati Shera.

Tangan Shera menunjuk ke atas dan otomatis Shakti mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang istrinya tunjuk.

"Ituuuu," Shera terus menunjuk sesuatu yang belum juga Shakti temukan.

"Kamu nunjuk apa sih?" kesal Shakti yang sudah lumayan pegal melihat ke atas.

"Ih Mas mah. Itu, aku pengen buah kersen," jawab Shera yang masih menunjuk buah kecil berwarna merah.

"Buah apa? Mas baru denger," tanya Shakti bingung karna merasa nama buah yang Shera sebutkan tadi sangat aneh.

"Ker-sen. Sana manjat," titah Shera sembari mendorong kecil tubuh Shakti.

"Mas manjat? Nanti yang punya pohon marah gimana?"

"Ga ada yang punyanya. Sana cepetan manjat, atau aku nih yang manjat?" ancam Shera kesal, pasalnya suaminya ini amat sangat banyak bertanya.

Shakti pun pasrah dan mulai beraksi kembali setelah hampir beberapa tahun ini tidak manjat ke atas pohon.

Mungkin, terakhir Shakti manjat ke atas pohon adalah saat kelas 3 SMA pada zaman Shakti nakal-nakalnya.

"Sayang, ini buahnya yang mana? Mas ga tau, nanti salah petik lagi," tanya Shakti bingung harus memetik yang mana.

"Yang merah-merah, kalau masih ijo jangan di petik," Shakti pun mengangguk lalu mulai memetik apa yang istrinya perintahkan.

Shakti memasukannya ke dalam saku hoodie yang ia gunakan saat ini. Karna penasaran dengan rasa buah tersebut, Shakti langsung melahap buah tersebut.

ShaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang