9

184 31 15
                                    

Ciuman itu berlangsung lama. Laki-laki yang ada dihadapannya saat ini bahkan terlihat ingin menyelesaikannya.  Bagi Leon ini tidak sehat, Syifa tidak memberi jeda untuk sekedar mengambil nafas. Dan itu membuat Leon membuka mata, melihat Syifa yang terus mencumbui dengan air mata di pipinya.

Tunggu!

Syifa menangis?

Leon menghentakkan tubuh wanita itu, dan pandangannya beralih ke pipi Syifa yang sudah di penuhi dengan air mata.

Jadi selama ciuman itu, Syifa menangis? Syifa bahkan tidak menikmati dengan apa yang ia perbuat sendiri. Leon mengusap pipi Syifa yang semakin kuat terisak di hadapannya.

Syifa tertunduk bahkan berlutut di sana. "Maaf-" lirih Syifa.

Tidak ada yang bisa menebak pikiran wanita itu, tapi nampak jelas kata maaf baru saja di lontarkan mewakilkan bahkan dia menyesali apa yang di lakukan.

Kali ini Leon ikut jongkok bersamanya, menyentuh dagu wanita itu perlahan mengarahkan pandangan mata Syifa untuk bertumbuk ke sorot mata Leon.

"Kenapa?"

Syifa masih belum bisa berkata banyak, dadanya naik turun pertanda ia masih harus membuang rasa sakitnya melalui air matanya.

"Katakan.."

Syifa terdiam. Setelah ciuman itu berlangsung Syifa tidak lagi bisa memungkiri bahwa ia jatuh cinta, perasaannya sudah di ambil alih oleh laki-laki itu. Bahkan ia baru merasakan ketakutan seperti itu dalam hidupnya.

"Aku jatuh cinta padamu, Leon."

Jelas mendengar itu Leon tersenyum, sedalam itu perasaan Syifa sampai harus menangis mengutarakannya. Leon menangkup wajah Syifa, lalu mengangguk dengan apa yang ia tidak mengerti. "Aku tau.."

"Tidak. Kau tidak tau apa yang akan ku katakan ini, Leon." Syifa menegaskan. Ia melepaskan kedua tangan yang menangkup wajahnya itu, beralih menatap Leon penuh penyesalan.

"Aku berbohong!" Syifa menarik nafas dalam. "Aku berbohong untuk semuanya," jelasnya.

"Kau berbohong mencintaiku? Selama ini kau tidak pernah mencintai ku?" Leon balik bertanya. jelas dengan apa yang dikatakan Syifa barusan Leon hanya bisa menyimpulkan itu, ada perasaan kecewa dalam setiap pertanyaan Leon. namun, kekecewaan itu tidak ada apa-apanya. Itu hanya sementara.

Di sisi lain Syifa tertunduk. Kali ini suara tangisannya sedikit lebih rendah, "kau bukan siapa-siapa ku, aku berbohong tentang kita." Syifa tidak lagi bisa menatap mata laki-laki itu. Ia tau banyak pertanyaan yang nantinya akan Leon tanyakan.

Terlihat kedua tangan Leon terkepal kuat. "Apa maksudmu?" Tanya laki-laki itu.

"Kau bukan kekasihku. Bukan pacarku, juga bukan orang yang aku kenal."

Ada kelegaan disana. Meski ia tau itu tidak berlangsung lama, karna kali ini kedua tangan itu kembali memegang pundak Syifa, terasa cengkeraman tangannya sangat kuat. Nafasnya terdengar tak beraturan, ya.. kebohongan Syifa akan berakhir saat itu juga. Kebohongan yang akan menghancurkan cinta pertamanya.

"Di mana orangtua ku?" Tanya Leon dingin. "Dimana kerabat ku? Kenapa kau tega lakukan ini, Syifa!" Teriaknya.

Untuk pertama kalinya, terlihat rahang Leon mengeras sedikit,  menggeretakkan giginya,  bahkan deru nafas yang bisa menggambarkan kemarahan serta kekecewaannya pada wanita itu.

"Kau kecelakaan, dan lupa ingatan ketika aku belum siap untuk mengurus mu sejauh itu, aku juga tidak mengetahui identitas mu."

"Nama Leon?"

"Maaf.." Syifa berucap pasrah.

Sementara laki-laki itu berjalan menjauh dari Syifa, tanpa mengucapkan apapun. Jelas dia tidak akan tinggal di rumah itu.

"Leon. Kau mau kemana?"

"Jangan panggil aku dengan nama itu Syifa! Kau sudah membohongiku sejauh itu." Laki-laki itu diam, menatap kosong ke arah lain. "Aku tidak akan menyalahkan mu, aku bahkan ingin berterima kasih karna sudah menyelamatkan nyawaku. Tapi maaf, aku harus pergi dari sini!"

Laki-laki itu kembali melangkah, namun dengan cepat Syifa mencegat pergelangan tangan laki-laki itu, kali ini ia pun tidak bisa membendung air matanya. Syifa berusaha untuk memberi pengertian pada Leon. Tapi ia tidak akan menyangka kemarahan Leon menjadi separah itu, ia hanya berusaha untuk jujur sebelum memulai perasaan cintanya.

"Aku mohon jangan pergi dengan keadaan begini, aku akan membantu mu untuk mencari semua yang tidak kau mengerti."

"Aku bisa mencari mereka dengan tangan ku sendiri, satu persatu aku akan mengingatnya jika aku menjauh dari mu!"

"Leon aku mohon!"

Persetan. Laki-laki itu tidak lagi ingin mendengar apapun dari Syifa. Menurutnya semua yang di katakan Syifa hanya akan menjadi omong kosong belaka.

***

Siang tadi adalah perdebatan yang lumayan panjang antara ia dan laki-laki itu, bahkan menjadi trauma kecil untuk Syifa yang pertama kalinya mendapat caci maki dari orang yang ia cintai. Aneh rasanya, namun melihat Leon yang menyendiri duduk di balkon membuat dada Syifa kembali sesak.

Ya. Setelah menimbang Leon memutuskan untuk mengurungkan niat pergi dari rumah itu, tentu ini hanya sementara, dan membuat batasan pada wanita itu untuk tidak mencampuri diri satu sama lain. Setelah kejujuran Syifa yang menghantarkan diri Leon menjadi penyendiri dan menutup diri dari syifa.

Entah kesalahan apa yang Leon perbuat, sampai tuhan dengan kejam memberi hukuman untuk melupakan semua masa lalunya. Laki-laki itu mengerang frustasi memegang dadanya yang sejak tadi menahan sesak.

Di sisi lain Syifa menguatkan hati, sebelum berbicara pada Leon dengan apa yang menjadi informasi penting untuk Syifa sampaikan. menyangkut perihal dirinya yang menemui akses untuk mendapat informasi mengenai kecelakaan tempo hari.

"Leon, bisa kita bicara sebentar?"

Keraguan Syifa membuncah, ketika tubuh itu masih tetap duduk membelakanginya tanpa berbalik ke arahnya. Syifa melupakan perasaannya, ia hanya akan fokus untuk mengatakan apa yang sudah ia bicarakan pada pak Nadir.

"Aku meminta seorang polisi untuk menyelidiki tentang identitas mu. Beliau adalah orang yang menyelamatkan mu dari kecelakaan." Syifa terdiam mengamati setiap pergerakan laki-laki itu, "aku sudah membicarakan ini padanya, aku tau kau butuh informasi secepatnya untuk meninggalkan rumah ini, dan aku tau seseorang sudah melakukan pencarian tentang keberadaan mu. Seorang perempuan yang sudah berhari-hari mengelilingi kantor polisi hanya untuk mencari tahu informasi tentang dirimu," lanjut Syifa.

"Bohong!"

Mendadak dada Syifa terasa sesak, Leon tidak percaya padanya? Tentang semua kebenaran yang ia katakan malam ini.

"Aku akan menghubungi beliau jika kau tidak mau mendengar ku,"

"Untuk apa Syifa!!?"

"Aku hanya menebus semua kesalahan ku," Syifa tertunduk beberapa saat ia kembali bergumam. "Setelah ini aku janji, aku akan menyerahkan diri ke kantor polisi." Lanjutnya.

Mendadak Leon beralih menatap Syifa begitu dalam. Ada kesakitan yang laki-laki itu rasakan ketika Syifa mengatakan untuk menyerahkan diri. Tapi Leon berusaha menahan, ia tidak akan terlihat menampakkan bahwa ia tidak akan bisa melihat wanita itu merasakan sakit.

"Terserah apa kata mu saja!" Jawab Leon datar.









TBC! Waktu dan tempat di persilahkan untuk vote dan komen. 👉👈

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang