11

183 33 8
                                    

Sudah dua hari setelah Leon akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah itu ketika ia tau kebenarannya yang teramat kejam baginya. Leon meninggalkan Syifa dengan perasaan yang tidak ia mengerti, namun ketika  itu hanya kebencian yang lebih dominan menguasai hatinya. Sejak saat itu pula  tidak ada lagi alasan bagi Leon berada di sekitar Syifa, ia meninggalkan wanita itu dengan sejuta luka yang tertancap di hati mereka masing-masing. Juga tidak bisa di pungkiri bahwa ini sangatlah menyiksa hatinya, terlebih ketika kejujuran Syifa tentang hubungan mereka rupanya membuat rasa sakit pada diri Leon semakin menjadi-jadi.

Sama halnya dengan Leon, sakit mereka jelas tidak ada bedanya. karena itulah Syifa mengakui semua kesalahannya dan bersimpuh di hadapan Leon kala itu, namun alih-alih mendapat perasaan Leon dengan kejujuran, kenyataan yang ada sungguh membuat semuanya menjadi berantakan. Hancur tak tersisa. Leon pergi meninggalkan rumah mereka tanpa pamit pada Syifa. Inilah yang semakin membuat perasaan Syifa tidak lagi berbentuk.

Ya. Karena Leon Syifa akhirnya mengontrak satu rumah untuk mereka tinggali dan karna Leon pula Syifa meninggalkan rumah itu setelah Leon memutuskan untuk tidak lagi mengenalinya.

Syifa membereskan semua barang-barang milik Leon ada beberapa lembar baju dan juga alat lukis tak lupa ia mengambil satu lembar foto laki-laki itu yang di ambil dari saku Hoodie milik Leon secara diam-diam. Syifa ingin menyimpannya untuk kenang-kenangan, pun dengan beberapa lembar pakaian miliknya berada dalam satu koper. Wanita itu menghela napas panjang, ia menyempatkan menghapus jejak air mata yang masih menetes sekali dua kali lalu akhirnya berjalan meninggalkan pekarangan rumah itu semakin jauh.

-

"Terimakasih sudah memberi kepercayaan pada saya untuk menyewa rumah ibu," Syifa pamit sembari memberikan kunci rumah kepada si empunya dan tersenyum penuh penghormatan. Ia tau, di wajah ibu itu mungkin tersimpan pertanyaan karna kepergian Syifa yang mendadak. "Saudara sepupu mu itu pergi meninggalkan rumah dengan raut wajah yang tidak bisa di tebak." Sahut ibu itu tiba-tiba. Kenyataannya tidak ada pertanyaan yang keluar dari mulutnya, malah mendapat pernyataan dari ibu itu untuk Syifa. "maaf sebelumnya, aku tidak bermaksud untuk ikut campur. Tapi apakah kalian bertengkar?" Tanya ibu itu lagi. Syifa menggeleng. "Dia hanya belum bisa mengingat dirinya, dan emosinya justru tidak terkontrol lalu akhirnya marah," Syifa berbohong untuk itu. Ia hanya ingin melindungi perasaannya dengan tidak mengingat laki-laki itu lagi.

Awal berada di tempat itu juga Syifa sudah berbohong untuk mengatakan bahwa Leon adalah saudara sepupunya, lalu apa salahnya menambah kebohongan untuk menyempurnakan semuanya? Hanya kalimat itu dan ia akan segera berlalu setelah memberikan kunci dan pamit pada si empunya rumah.

***

Diandra memeluk tubuh laki-laki itu erat, perasaan bahagia yang tidak lagi bisa ia gambarkan ketika mendapati Rizky berada di kantor polisi bersamanya sekarang.

Ya. Setelah mendapat telefon Diandra lalu pergi dengan segala kegundahan yang sudah tertancap di hatinya sekitar satu bulan yang lalu, kini kegundahan itu berganti dengan rasa bahagia saat sosok yang dirindukannya kini sudah berdiri tegap di hadapannya. Sementara itu, Rizky hanya diam meski tidak mengingat siapa wanita yang berdiri di hadapannya sekarang, yang terpenting ia tidak berbohong. Wanita yang tidak akan membuatnya hatinya patah seperti yang di lakukan Syifa padanya.

"Oh tuhan.." Diandra masih memeluk tubuh itu. Menghirup aroma tubuh Rizky dalam-dalam. Sementara laki-laki itu hanya diam, ia ingin mendengar semua cerita Diandra tentang dirinya, ia ingin kembali menyempurnakan memorinya untuk tidak lagi terjadi kesalahan yang membuat hatinya remuk seperti sebelumnya. Ia tidak akan bertanya, biarkan saja wanita itu yang akan menjadi saksi kehidupan Rizky sebelum kecelakaan merenggut ingatannya.

"Rizky, kau sudah kembali."

Tatapan datar yang tadinya laki-laki itu miliki kini berganti dengan menatap Diandra bingung. Meski begitu kata Rizky itu sudah cukup membuat ia paham bahwa nama yang sesungguhnya bukanlah Leon, melainkan Rizky.

"Apa kau tidak merindukan sahabat mu ini?"

"Sahabat?" Diandra mengangguk pasti.

Rizky memahami satu hal lagi, perjalanan hidupnya sebelum kecelakaan itu dia tidak pernah memiliki seorang kekasih, bahkan wanita yang mengaku merindukannya hanya seorang sahabat, namun entah kenapa Rizky justru merasa lega akan pengakuan wanita itu barusan.

"Rizky,"

"I-iya,"

"Apa yang kau pikirkan?"

"Aku..." Rizky beralih menatap Diandra  dengan ragu, antara ingin mengatakan yang sejujurnya namun takut membuat wanita itu syok akan pengakuannya. "Ada apa?"

"Aku melupakan semuanya,"

"Maksud mu?"

"Aku tidak mengingat apapun, aku melupakan mu dan juga tentang diriku sebelumnya. Maaf- bahkan nama ku sendiri baru aku tau sekarang."

Diandra terdiam. Pengakuan Rizky barusan menyimpan perasaan sakit bahkan takut dalam hatinya, terjawab sudah mengapa Rizky tidak langsung pulang ke rumah setelah ia pulih dari kecelakaan itu. Jelas karna tidak ada yang tersimpan dalam ingatannya perihal kejadian yang sebelumnya.

"Wanita itu-"

"Maksud mu Syifa?"

"Iya, dia membuat pengakuan bohong terhadap diriku. Aku melupakan semuanya, namaku, keluargaku bahkan kamu. Dan dia datang mengakui bahwa dia adalah orang terdekatku."

Benarkah yang di lakukan Rizky? Bukankah itu berlebihan dan memojokkan seseorang yang sudah merawatnya hampir satu bulan itu?

Entahlah. Rasanya begitu sakit berkata buruk tentang Syifa, dan juga tidak bisa ia pungkiri bahwa apa yang sudah Syifa lakukan untuknya adalah kebahagiaan sesaat yang Rizky rasakan kala itu.

"Apa dia berkata hal yang lain lagi?"

"Tidak."

Cukuplah. Diandra tidak perlu tau bahwa Syifa sudah mengakui dirinya sebagai kekasih. Ia hanya akan menyimpan rahasia itu sendirian.  Lagipula Diandra hanya seorang sahabat, tidak berhak tau tentang semua yang mereka lalui satu bulan yang lalu itu.

"Aku akan menghubungi polisi untuk..."

"Diandra sudahlah, kau tidak perlu repot untuk mengurusi wanita itu. Yang terpenting aku sudah berada di sini dan juga berada di tengah-tengah kau dan keluargaku."

Mendengar itu mendadak raut wajah Diandra berubah. Menampakkan kesedihan ketika Rizky mengatakan tentang keluarga. Bahkan ayah yang keluarga satu-satunya tidak tergerak dari pekerjaannya untuk sekedar menengok Rizky ketika wanita itu menghubunginya.

"Mungkin ibu atau..."

"Rizky, kau hanya punya dua orang sahabat. Aku dan Devan."

"Kenapa begitu?"

"Ayah-mu, beliau sangat sibuk."

"Tapi dia ada di rumah?"

Sungguh! Rizky benar-benar lupa apa yang terjadi pada keluarganya, ia tidak menyimpan dendam sedikit pun pada ayahnya saat ini.

"Aku tidak akan menceritakan ini padamu sekarang. Aku mau kau pulang dan beristirahat. Dan aku berharap ingatan mu akan segera pulih, setidaknya kau bisa mengenali bagaimana aku, Devan dan juga ayahmu." Diandra bertutur pilu. Menggandeng tangan Rizky dan berlalu dari kantor polisi itu.









TBC! Hay, i'm back. Hehe tengkyu yang udah mau baca. Dan part ini semoga enjoy dengan perpisahan Rizky Syifa yang sementara itu. Hehehe. Yuk ah, vote dan komen biar author semangat! Lupp!

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang