22

194 43 9
                                    

'Menikahlah denganku'

Wanita yang mana yang tidak bahagia mendengar dua kata itu di utarakan oleh laki-laki yang di impikannya. Satu ekspresi yang bisa menggambarkan perasaan seluruh wanita di dunia ini termasuk Syifa.

Ya.

Haru.

Bukan tanpa sebab Rizky mengajak wanita itu secepat mungkin untuk segera menikah, salah satunya agar tidak lagi kehilangan dan menyesal di kemudian hari.

Namun kembali pada Syifa, bahwa dengan ungkapan Rizky yang mendadak jelas membuat hatinya ragu lantas segera melepaskan pelukan itu. Mengalihkan wajahnya ke arah yang lain. Sementara itu Rizky mengikuti kemana pandangan wanita itu menetap. Sama sekali tidak mengerti bahkan takut ketika mendadak Syifa tidak lagi bertutur atau menjawab keinginannya itu.

"Syifa.." Rizky mencoba meraih tangan wanita itu, dan tidak memberi penolakan apapun darinya membuat hati Rizky sedikit lebih lega.

"Kau mungkin berpikir ini terlalu cepat untuk hubungan kita," Rizky menjeda kalimatnya dengan posisi yang masih menggenggam tangan Syifa. Meski tidak membalas satu kata pun namun telinga Syifa sudah siaga mendengar semua penjelasan Rizky perihal ajakannya itu. "Tapi aku rasa perpisahan itu sudah cukup menyiksa perasaan ku. Aku tidak mau merasakan hidup tanpa dirimu lagi. Aku meminta ijin ayahmu sebelum ini, agar beliau percaya padaku bagaimana aku memperlakukan putrinya dengan sangat baik. Termasuk untuk mengajak mu menikah dengan ku." Terang Rizky.

Semua itu sudah menjadi rencana Rizky sebelumnya, ia tidak akan membiarkan Syifa pergi atau menetap dengannya tanpa pernikahan. Bahkan Rizky merasa sudah cukup banyak mengulur waktu sebelumnya. Januari ini ia tidak akan membiarkan apapun menghalanginya untuk bersama Syifa.

November mungkin bisa menjadi bulan terburuk bagi Rizky karna perpisahan itu, tapi awal tahun. Tuhan sudah memberi ijin padanya untuk memperbaiki kesalahan yang lalu.

Laki-laki itu melepaskan genggaman tangannya, beralih menangkup wajah Syifa. Menatap manik mata wanita itu dalam. Kali ini sepasang bola mata coklat itu bertumbuk. Saling menyampaikan pesan yang tersirat dari sorot masing-masing.

Entah kenapa. Pelan-pelan Syifa membenamkan kedua matanya, yang membuat Rizky tidak lagi bisa menatap mata coklat milik Syifa. Namun, Rizky merasakan sedikit panas di telapak tangannya yang masih memegangi antara leher dan dagu wanita itu, Rizky tidak habis pikir ketika ia mengikuti naluri untuk menatap mata, hidung lalu berhenti di bagian bibir wanita itu.

Ya.

Rizky berani bersumpah demi apapun, ia tidak pernah merencanakan untuk lagi mengambil kesempatan dalam kesempitan agar bisa menikmati bibir merekah itu, namun melihat reaksi Syifa yang masih terdiam membuat naluri seorang laki-laki seperti dirinya menghantarkan wajahnya untuk lebih mendekat ke wajah wanita itu.

Semakin hangat, Syifa bisa merasakan setiap helaan nafas Rizky yang terdengar memburu. Namun, alih-alih menghentikan aksi Rizky Syifa hanya bisa menjawab dengan memberi reaksi seperti saat ini. Ia membiarkan Rizky menciumnya, hanya sekali sebelum ia tersadar dan mungkin sangat malu karna telah memberi ruang untuk Rizky melakukannya lagi.

Cup.

Satu ciuman yang sempurna. Tidak ada paksaan bahkan terkesan sangat lembut. Ciuman yang berlangsung lima detik itu cukup memberi pengertian pada masing-masing, bahwa pernikahan akan segera di lakukan.

Rizky membuka matanya lebih dulu, menyusul Syifa yang kali ini terlihat rona merah di pipinya.

"Aku mencintai mu.." Rizky bertutur dengan sangat pelan, menghantarkan wajah Syifa dalam dekapannya untuk memeluk wanita itu sekali lagi.

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang