31

65 8 3
                                    

"tolong berikan dua kaleng lagi," wanita itu meminta pada pelayan bar untuk di bawakan minuman yang sudah sejak tadi menemaninya. Diandra terlihat sempoyongan, sudah hampir enam kaleng minuman beralkohol itu masuk ke tenggorokannya. Kepala bahkan tangannya sudah terlihat tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Sementara cegukan yang sejak tadi pun terasa mengganggunya.

"Kau sudah mabuk. Hentikanlah!" Devan masih saja meminta Diandra untuk berhenti, namun lagi-lagi wanita itu menolak. Ia menjauhkan tubuh Devan lalu menunjuk pelan ke arahnya. "Aku tidak mabuk, aku sedang menikmatinya," ucapnya tak karuan.

Devan menghela nafas panjang. Setelah seorang pelayan memberikan pesanan milik Diandra, melihat Diandra ingin meraihnya, sesegera mungkin Devan menjauhkan bir kaleng itu dari hadapan Diandra.

"Cukup!"

"Pergilah, jangan menganggap kau bisa mengaturku," Diandra tak kalah membalas ucapan laki-laki yang masih setia menemaninya.

"Biarkan saja Rizky menikah, kenapa harus menyiksa diri kalau laki-laki itu saja tidak pernah peduli perasaanmu," nasehat Devan yang jelas saja tidak membawa pengaruh apapun pada gadis yang sedang mabuk itu.

Diandra tertunduk untuk beberapa saat, lalu akhirnya kembali menatap Devan. Kali ini raut wajah Diandra tak terlihat marah pada Devan, ia hanya tersenyum lantas meraih pundak laki-laki.

"Aku tidak pernah takut untuk kehilangan siapapun, aku hanya tidak ingin merasa kalah pada wanita sialan yang baru masuk dalam hidup Rizky," bisik Diandra.

Wanita itu perlahan bangkit dari tempat duduk, untuk meraih bir kaleng yang sudah di jauhkan Devan dari hadapannya. Setelah mendapatkan Diandra  pun menenggak habis minumannya tanpa menghiraukan mata Devan yang terus terlihat mengawasi dirinya.

Apapun alasan yang Devan dengar, laki-laki itu tidak akan bisa menerima semua perlakuan Diandra. Dengan penuh amarah, Devan melonggarkan dasi miliknya lalu tanpa peringatan Devan kembali menghadap ke arah Diandra dan segera menggendongnya. Sedikit memberontak, Diandra tidak yakin akan apa yang di lakukan Devan padanya. Ia hanya merasa pusing pandangannya menggelap, ia merasa harus istirahat meski di manapun dirinya saat ini.

Aku harus melakukan ini. Aku harus mencegah semua keburukan yang mungkin kau lakukan untuk orang lain Di, aku tau ini cara yang salah. Tapi apapun itu, aku benar-benar mencintai mu.

-

Devan membaringkan tubuh Diandra, di dalam kamar hotel yang sudah di pesannya sejak pulang kantor tadi. Ia memandangi wajah Diandra yang memerah akibat alkohol, lantas cegukan yang sedikit-sedikit terdengar justru membuat Devan semakin naik.

Hati lelaki itu membara, perlahan Devan mulai menggerayangi bagian dada milik Diandra lalu mencoba menghirup aroma tubuh wanita itu dalam-dalam. Rasanya semakin memuncak. Devan tidak lagi menghiraukan apapun dan siapapun wanita yang tidak berdaya di hadapannya itu, malam yang kian larut menghantarkan  Devan menjalankan aksinya sebagai seorang laki-laki dan perempuan di dalam kamar hotel.

Ya. Devan sudah pasti akan tahu bagaimana Diandra memandangnya nanti, namun saat ini, waktu ini yang sangat penting untuk Devan. Menikmati tubuh milik Diandra sampai hasrat membara itu tidak tersisa lagi.

***

Bug..

Bug..

Amarah Rizky tak terbendung, ketika mendengar penuturan Devan. Kejadian itu sudah berlalu satu minggu yang lalu, namun ia merasa harus menuntaskan itu pada Devan. Apapun yang terjadi, Diandra tetaplah teman baiknya, bukan hanya Diandra namun juga dengan Devan teman yang kini menjadi tersangka untuk Rizky.

"Dasar kau bajingan!!"

Rizky berniat kembali melayangkan pukulan pada Devan, namun melihat wajah laki-laki itu tak terbentuk membuat Rizky akhirnya menghentikan aksinya. Tangan kanan Rizky terkepal kuat, sementara tangan kirinya masih memegangi kerah baju milik Devan.

"Aku tidak bisa menerima semua kejahatan mu!" Teriak Rizky.

"Aku tau aku brengsek! Aku tau itu!"

"Kau memang laki-laki Brengsek!" Rizky melepas kerah baju Devan dengan kasar, membuat Devan kehilangan keseimbangan lalu akhirnya tersungkur ke tanah. Ketika Rizky hendak pergi dari hadapan Devan, saat itu Devan malah tertawa yang mana membuat langkah Rizky kembali terhenti.

"Aku sangat menyukai Diandra!" Teriak Devan lantang.

"Bukan seperti itu rasa cinta atau suka. Kau hanya menginginkan tubuhnya. Kau tidak pernah tau bagaimana hancurnya perasaan Diandra sekarang!"

"Aku ingin menikahinya, Rizky! Aku hanya ingin menikahinya."

Ucapan Devan semakin tidak bisa Rizky pahami, di sisi lain Devan terdengar serius mengatakannya, namun kenyataan justru laki-laki itu berbuat sesuatu yang jelas saja bisa menghancurkan masa depan wanita yang "katanya" sangat ia cintai itu.

"Kau mendapatkan apa yang kau mau, kau bahkan tidak pernah merasa kesusahan untuk mendapatkan semua yang kau inginkan bukan?" Pertanyaan itu kian membuat rasa penasaran pada Rizky. "Kau tidak pernah membayangkan bagaimana aku yang setiap saat menemani wanita yang ku cintai, tapi membicarakan laki-laki lain di hadapanku? Atau mungkin kau tidak pernah tau bagaimana rasanya wanita itu tidak pernah membalas perasaan mu?" Devan menjelaskan. Suaranya merendah, perlahan yang sedikit membuat suasana yang tadinya panas menjadi sedikit normal.

"Semua manusia punya kesulitan masing-masing. Aku mungkin memang tidak pernah merasakan seperti yang kau katakan itu, tapi aku butuh waktu yang sangat lama untuk menemukan seseorang yang bisa mencintaiku apa adanya. Aku bahkan tidak pernah merasakan sosok keluarga yang hangat seperti kau dan juga Diandra. Aku tidak pernah mendapatkan itu, kau tau?"

Devan tertunduk, rasa bersalah mulai menyelimutinya.

"Kau dan juga Diandra adalah sahabat ku,"

Rizky menghela nafas panjang, lalu mencoba untuk mengerti kondisi Devan. Di sisi lain, ia mungkin tidak bisa membujuk Diandra untuk menyukai Devan. Namun Rizky berharap untuk Devan mempunyai cara mendapatkan wanita itu dengan cara yang benar.

"Aku tidak mungkin sejauh itu mencampuri masalah kalian. Tapi jika benar kau sangat mencintai Diandra, cobalah buktikan dengan memberikan semua rasa cintamu padanya. Kau mengerti maksudku?"

***

TBC!

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang