26

149 27 8
                                    

Diandra menahan air mata ketika melihat kedua tangan Rizky dan Syifa bertaut erat. Padahal sedari awal wanita itu yakin apa yang akan Rizky sampaikan malam ini adalah tentang keseriusan hubungan mereka.

Namun bodohnya Diandra tidak pernah ingin tahu bagaimana Rizky menganggapnya, ia hanya akan berpegang pada satu prinsipnya yang malam ini akhirnya terpatahkan begitu saja.

Diandra meremas jemarinya, sembari menelan salivanya kasar. Dadanya naik turun kian menambah kesan murka dari wajahnya. Menatap sepasang kekasih itu bergantian. Tidak!! Diandra tidak akan pernah mengatakan Syifa dan Rizky adalah sepasang kekasih meski itu kebenarannya.

Sorot mata Diandra kian tajam ketika pandangan itu jatuh ke arah Syifa, wanita yang di gandeng Rizky malam ini. Melihat Syifa yang terdiam tidak menutup amarah Diandra dalam dadanya. Wanita itu berjalan cepat lantas mendorong tubuh Syifa sehingga membuatnya hilang keseimbangan pun akhirnya berakhir jatuh tersungkur ke lantai.

"DIANDRA!"

Rizky naik pitam. Lalu membalas Diandra untuk menjauhkannya dari Syifa. Rizky tidak mendorong hanya  menggeser tubuh Diandra sedikit lebih kasar. Lalu beralih menatap kekasihnya iba.

"Are you, ok. Honey?" Rizky meraih tangan Syifa dengan cepat membantu wanitanya untuk kembali berdiri seperti posisi sebelumnya.

Selepas itu, Rizky meminta untuk Syifa menjauh darinya. "Aku tidak akan lama, hanya ingin memberitahukan sesuatu pada Diandra." Bisik Rizky.

"Aku mohon, jangan kasar padanya. Apapun yang kalian bicarakan, harus berakhir baik-baik," pesan Syifa sebelum akhirnya meninggalkan Diandra dan juga Rizky di ruang tamu di rumah Rizky.

"Rizky.."

"Jangan katakan apapun padaku, aku tidak akan mendengarnya!"

Hentakan itu cukup membuat Diandra terdiam untuk sejenak.  Lalu kembali menghampiri Rizky yang masih memberinya tatapan dingin serta tajam.

"Kau tau apa yang membuat aku mencintai Syifa?"

"Itu..."

"Karena sekuat apapun kau jahat padanya, dia tetap memikirkan mu sebagai sahabatku!"

"Tapi dia mengambil kau dari ku, apa itu artinya?"

"Dia tidak mengambil aku darimu, tapi aku yang datang padanya. Aku yang menginginkan dia tetap berada disisiku!"

Tidak ada yang bisa di katakan Diandra. Mendengar penuturan Rizky baginya sangat menyakitkan. Air mata wanita itu kian berlinang yang kali ini di sertai dengan isak tangisnya terdengar nyaring.

"Kau benar tidak pernah menganggap ku? Lalu kenapa selama kau memberi harapan yang begitu besar padaku, Rizky?!"

Rizky menggeleng. Harapan yang seperti apa yang Diandra pikir? Orang-orang bahkan bisa mengerti kedekatan mereka hanya sebatas sahabat.

"Jangan pernah berkata hal yang membuatku semakin aneh padamu," Rizky berlalu meninggalkan Diandra yang masih berdiri di ruang tamu rumah Rizky.

Ketika hendak ingin menemui kekasihnya, sosok dua orang yang di kenalnya mendadak muncul dari balik pintu. Rizky tertegun melihat dua orang itu adalah ayah nya dan juga Syifa. Melihat tangan Syifa yang di pegang kuat oleh ayahnya sendiri, membuat Rizky akhirnya berlari menghampiri keduanya.

"A-ayah,"

"Kau tidak akan pernah mendapat restu dari ayah. Kau hanya akan menikahi Diandra!" Bersamaan dengan ucapan tersebut sang ayah menghentakkan tangan Syifa kasar yang akhirnya membuat wanita itu meringis kesakitan.

"Tidak ada yang bisa menyakiti Syifa." Rizky kembali meraih tangan wanita itu, sembari menatap tajam ke arah sang ayah.

"Termasuk Ayah!"

Beberapa saat terjadi perdebatan antara ayah anak itu. Syifa bahkan tidak bisa berbuat apapun untuk melerai pertengkaran mulut mereka. Hanya ada deru nafas yang memburu seakan menahan langkah Syifa untuk melanjutkan hubungan mereka.

"Tidak ada pernikahan!"

"Ayah benar, tidak ada pernikahan antara aku dan Diandra. Percuma saja..!" Rizky akhirnya berlalu meninggalkan kediaman sang ayah sembsri menggandeng tangan Syifa membawanya keluar dari rumah itu.

"Kau berani melangkahkan kaki keluar dari sana. Artinya detik itu juga kau memutuskan hubungan kita!" Ancam sang ayah. Berharap genggaman erat Rizky ke Syifa akan perlahan melonggar dan terlepas begitu saja. Namun, lagi-lagi tidak seperti itu. Rizky kian mengeratkan tangannya ke tangan kekasihnya. Menghela nafas sebelum akhirnya membalas ucapan sang ayah dengan tegas.

"Baik. Kalau itu sudah menjadi keputusan ayah. Aku dan Syifa akan melanjutkan hidup kami berdua tanpa campur tangan ayah."

Sedikitpun tak nampak penyesalan Rizky setelah menyetujui perkataan ayahnya. Hanya ada rahang yang kokoh dan mata yang serius dari raut wajah Rizky. Sementara Syifa dan Diandra tentu saja terkejut akan apa yang di dengarnya barusan. Detik itu juga, Rizky sudah membuktikan pada seluruh dunia untuk memilih wanita itu. Meninggalkan segalanya hanya untuk hidup berdua dengan wanita yang saat ini bersamanya.

Di balik itu, ada kesedihan yang tertimbun di lubuk hati Syifa. Ia sudah berada di tengah-tengah antara ayah anak itu. Bahkan membuat jalan masing-masing hanya karena rasa cinta yang baru tumbuh di hati mereka.

***

"Tidak kah ini berlebihan?"

Syifa menatap mata Rizky. Ia mulai berkaca-kaca setelah berpikir cukup lama sendirian. Syifa mengangguk, mengambil tangan laki-laki itu lalu menaruh ke pipinya. Menghirup dalam-dalam aroma telapak tangan Rizky. Bersamaan dengan air matanya yang mulai tergenang.

"Aku tidak ingin kau dan ayahmu menjadi dua orang yang asing."

Rizky tersenyum. Ia bangga dan lega ketika mendengar penuturan yang begitu tulus keluar dari bibir mungilnya. Ia merasa tidak salah memilih Syifa untuk menjadikan wanita itu pendamping hidupnya. Lihat saja kekhawatiran Syifa tentang hubungan ia dan ayahnya.

"Ayah memang seperti itu. Sejak dulu, aku tidak pernah membantah apapun yang beliau katakan."

"Lalu kenapa kau lakukan itu, aku yakin ayahmu sangat kecewa kau sudah menjadi seperti ini."

Rizky terdiam. Hanya kedua tangannya yang sedang berusaha menghapus sisa air mata wanitanya sampai tak bersisa. Tapi, yang ada malah membuat air mata itu semakin banyak. Entah apa yang membuat Syifa sangat sedih, kalaupun mengingat ayah kekasihnya sangat menolak dirinya untuk bersanding dengan laki-laki itu. Atau karena..

"Bagaimana kau bisa menjalani kehidupan mu tanpa orang tua?" Suara Syifa terdengar semakin parau. Ia kembali ke waktu di mana terakhir kali ia melihat ibunya sedang berjuang, melawan sakit alzheimer sampai pada akhirnya menyerah dan kembali ke sang khaliq.

"Aku tidak ingin kau seperti ku Rizky! Bagaimana kalau kau tidak bisa mendapat maaf dari ayahmu.. lalu... Lalu..." Syifa tidak bisa melanjutkan ucapannya. Semua tertahan di tenggorokan.

"Syifa... Hanya akan berakhir pada penyesalan jika kita tidak bisa berusaha untuk meyakinkan ayah tentang hubungan kita."

"Apa maksudmu?" Tanya Syifa. Ia semakin tidak mengerti akan rencana Rizky untuk ayahnya.

"Aku hanya akan meminta pada ayah, meyakinkan ayah kalau aku tidak akan salah memilih dalam mencari pasangan." Tegas Rizky.

Ia hanya bermain dalam pikirannya sendiri. Rizky bahkan berjanji tanpa mengucapkan pada Syifa secara gamblang dengan rencana apa yang akan ia lakukan nanti.






To be continued...

Hay Assalamualaikum. ❤️🥰

Masih asik enggak sih ceritanya? Update tengah malam, entah udah pada tidur atau masih gadang? 😁

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang