32

82 9 3
                                    

Pertemuan Rizky dan Syifa malam ini menjadi moment yang mendebarkan. Waktu yang seharusnya di gunakan untuk berbicara dan mengenalkan diri satu sama lain justru di gunakan membuat rencana tentang Diandra dan juga Devan.

Sebagai seorang wanita, Syifa pasti sangat terpukul mendengar penuturan Rizky tentang apa yang di alami Diandra satu Minggu yang lalu. Bagaimana tidak? Wanita itu bahkan tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk dari seorang yang sudah di anggapnya sahabat bahkan seperti saudara baginya.

"Tidak ada pembenaran untuk seorang pemerkosa," Syifa menyuarakan itu dengan lantang, yang mana membuat Rizky pun ikut takut tentang pendapat Syifa. "Devan sudah merencanakan itu semua, aku yakin!" Lanjutnya berapi-api.

Benar. Rizky sangat setuju tentang apa yang di katakan Syifa bahwa pemerkosa bukanlah orang yang harus di bela, namun mungkin Rizky sedikit merasa terganggu akan ucapan Syifa yang mana ia mengatakan jika Devan merencanakannya sudah lama. Bagi Rizky bukanlah itu yang penting, semuanya sudah terjadi, dan yang harus ia pikirkan adalah bagaimana cara membujuk Diandra agar wanita itu mau menikah dengan Devan.

Rizky menggenggam tangan Syifa, setelah ia mendapat sedikit peluang agar terbebas dari bayang-bayang Diandra. Rizky terlihat serius, sesekali ia menelan Salivanya untuk mengurangi rasa cemasnya.

"Aku mungkin tidak mengerti tentang pikiran Devan, tapi yang pasti ini kesempatan kita untuk menyatukan Devan dan juga Diandra." Tutur Rizky menggebu.

Syifa terdiam sejenak. Wanita itu mencoba untuk mencerna semua ucapan Rizky. "Maksudnya?" Tanya Syifa yang masih tidak paham dengan Rizky.

"Kau tau bagaimana Diandra menginginkan kita berpisah, dan berharap untuk aku menikahi dia?" Sekali lagi Rizky bertanya, yang mana pertanyaan itu hanya mendapat anggukan kepala dari Syifa.

"Aku mau Devan bisa menikahi Diandra, agar kita juga bisa menikah. Tanpa perlu cemas Diandra akan melakukan hal yang membuat kita kurang nyaman, sayang." Lanjutnya sembari menyentuh pipi wanita itu.

Namun, hal itu tak membuat Syifa semangat. Syifa justru pesimis rencana mereka akan berhasil.

"Aku tidak tau." Syifa berucap pelan. Tangannya justru meraih tangan Rizky yang masih memegang wajahnya untuk menjauhkan dari wajah Syifa.  "Aku hanya khawatir tentang ayah mu. Aku tidak peduli apapun tentang Diandra. Tapi yang paling penting bagaimana kau bisa dengan tenang meninggalkan ayah mu lalu memilih untuk menikahi ku." Syifa benar-benar ragu. Semua tentang pernikahan. Syifa sedikit iri karna seburuk apapun Diandra, wanita itu justru mendapat dukungan penuh dari ayah Rizky. Sementara dirinya?

"Syifa. Kenapa jadi kemana-mana? Aku tidak bermaksud membuat perasaan mu menjadi lain. Iya aku tau ini juga berat, tapi jika kita bisa meminta Diandra untuk menikah dengan Devan, secara bersamaan ayah pasti akan melepaskan semua keinginannya untuk aku menikahi Diandra. Iyakan?" Rizky meyakinkan kekasihnya.

"Tapi.."

"Syifa. Aku tidak peduli apapun tentang semuanya. Aku hanya takut jika kita menikah tanpa melihat  perasaan Diandra, aku yakin dia akan berbuat nekat untuk hubungan kita."

Sementara itu Rizky masih berharap agar Syifa tidak memikirkan banyak hal tentang ayahnya. Suka atau tidak Garibaldi pada Syifa. Rizky akan terus meminta Syifa untuk menikah dengannya. Tidak ada lagi yang paling penting. Hanya Syifa.

***

"Bodoh!! Bodoh!! Brengsek!" Makian itu terus terulang dari mulut Diandra. Seminggu yang lalu adalah kenangan terburuk yang dirasakan Diandra, setelah malam itu ia mendapati dirinya sudah dalam keadaan telanjang, lantas membuat wanita itu kalang kabut. Berjalan kesana-kemari di dalam kamar hotel, seperti wanita yang kehilangan arah. Ia merasakan lelah yang luar biasa dan mendapat cairan bening tertinggal di kasur hotel, sisa semalam. Itulah yang Diandra yakini bahwa ia sudah tidur dengan seorang laki-laki. Dan Diandra sangat tau laki-laki itu sudah pasti Devan. Sedangkan Devan, sudah lebih dulu meninggalkan kamar hotel ketika Diandra masih terlelap.

Tak butuh berapa lama, Devan kembali datang ke hadapan Diandra lalu menceritakan semua yang ia lakukan pada wanita itu, termasuk sudah menidurinya ketika Diandra tidak sadarkan diri.

Rokok yang masih di tangan Diandra kini hanya tinggal setengah, wanita itu sudah tidak menghitung berapa banyak ia menghisap rokok hari ini. Kelimpungan dan bingung, tentu saja karna harus berhadapan dengan masalah yang cukup besar pastinya.

Di tambah dengan perasaan mual yang sudah dua hari di alaminya, Diandra tidak ingin kabar buruk datang jika harus mengecek apakah yang sudah terjadi pada dirinya sekarang.

Diandra mengerang kuat, ia menarik rambut panjangnya beberapa kali duduk dan berjalan terus menerus secara bergantian.

"Aku tidak mungkin hamil! Aku tidak mungkin hamil!" Gerutunya. "Aku tidak mau! Aku tidak akan mau menikah dengan laki-laki itu!" Perkataan itu terus terulang. Diandra hanya tidak ingin ia sampai pupus harapan jika harus menyerah untuk mendapatkan Rizky. Hanya itu!

"Non Diandra," seseorang memanggilnya. Wanita paru baya yang sedang berdiri di depan pintu melihat takut-takut ke arah Diandra terlebih karna kondisi wanita itu sangat berantakan. Sementara itu, Diandra menatap sinis ke arah wanita paru baya itu. "Ada mas Rizky di ruang tamu," ucapnya lagi.

Raut wajah Diandra yang tadinya kesal serta bingung, kini semakin bertambah. Cepat-cepat wanita paru baya itu pergi setelah menyampaikan keberadaan Rizky pada Diandra. Sedangkan Diandra kini kembali mengatur dirinya, lalu berjalan pelan keluar kamar.

-

Rizky tersenyum bersamaan dengan perasaan iba setelah melihat penampilan Diandra yang sepertinya tidak terurus. Benar! Sekali ini Rizky tidak main-main akan keprihatinan ia terhadap wanita itu.

"Kenapa?" Diandra terdengar tidak ramah. Itulah yang Rizky tangkap dari ucapan pertama yang di keluarkan Diandra dari bibirnya.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun sekarang, jadi lebih baik kau pergi saja!" Diandra hendak melangkah setelah berkata demikian, namun Rizky bangkit dari tempat duduknya. "Jangan seperti ini, aku tau kau sedang tidak baik-baik saja! Ayo kita bicarakan dengan Devan." Dengan gamblang Rizky mengatakan maksud dan tujuannya ke rumah Diandra. Namun sayangnya, laki-laki itu tidak mendapat respon yang baik oleh Diandra sendiri.

Wanita itu berbalik, tersenyum sinis ke arah Rizky.

"Ingat! Aku tidak akan menikah dengan Devan. Berapa kali pun laki-laki itu meminta aku untuk menikahinya, bahkan jika hanya tersisa dia di dunia ini aku masih tidak akan membuka hati untuknya.!" Diandra menegaskan.

"Jangan berkata seperti itu, aku tau Devan juga pasti punya hal lain dan keinginan lain. Aku yakin Devan tulus mencintai mu, coba dengarkan dia!"

"Hahaha... Kau bahkan tidak pernah mendengarkan perasaan ku. Kau memang sangat licik Rizky, kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Aku tau kau menyuruhku menikah dengan Devan agar aku bisa menerima pernikahan mu dengan wanita itu kan?!"

Rizky menggeleng.

Sejauh itu penilaian Diandra. Meski ada benarnya tapi Rizky tidak sepenuhnya bahagia meminta Diandra untuk menikah dengan Devan. Bukan tanpa alasan, namun Rizky tau Devan hanya akan merasa lebih buruk jika menikah dengan wanita seperti Diandra. Tapi yang paling penting, seburuk apapun Diandra, Devan memang seharusnya bertanggung jawab atas perbuatannya pada Diandra.

"Sebagai sahabat ku dari dulu. Kau yang terbaik, kalian berdua adalah yang terbaik. Sekarang sudah seperti ini, aku hanya berharap kalian menemukan kebahagiaan kalian masing-masing. Kau tidak ingin menikah dengan Devan, aku mungkin akan mengundur pernikahan ku dengan Syifa, sampai kau dan Devan bersatu. Berpikir lah Diandra. Kesempatan tidak akan ada untuk kedua kalinya."  Rizky bertutur pelan, tentu saja semua yang ia lakukan agar tidak menyinggung perasaan wanita itu. Rizky akhirnya pamit, meski tidak mendapat respon apapun dari Diandra, Rizky tau kali ini Diandra masih menimbang semuanya dengan baik.


TBC!

Masih seru enggak sih? Coba komentarnya ya. Hehe

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang