24

212 36 22
                                    

Tidak semudah itu bagi Rizky untuk menerima semua pernyataan Syifa tentang hubungan mereka. Keduanya sudah sama-sama berkomitmen akan menghadapi ujian akan cinta mereka serumit apapun itu. Semua karna Rizky tidak ingin kehilangan wanita itu untuk kesekian kalinya.

Tatapan tajam terarah oleh Diandra, jelas karna mungkin saja perlakuan Diandra pada Rizky tadi adalah alasan kuat untuk Syifa meninggalkannya. Rizky melangkah menghampiri wanita itu, memegang kuat lengan Diandra sampai terdengar suara rintihan kesakitan dari mulutnya.

"Lepaskan Rizky! Kau menyakitiku!"

"Aku tidak peduli,"  Rizky masih dengan posisi yang sama. Genggaman tangannya pun kian menguat.

"Sakit!"

"Kau menyakiti wanitaku! Aku tau kau melakukan itu padaku dengan sengaja! Sekarang aku ingin kau meminta maaf pada Syifa karna membuatnya salah paham padaku!!" Rizky menarik lengan Diandra, berniat untuk membawa wanita itu bersamanya. Dengan bayang-bayang Syifa yang terlihat sangat kecewa padanya semakin membuat laki-laki itu membara untuk segera mempertemukan dua orang itu.

"Lepaskan!" Diandra menghempas lengannya sekuat mungkin, lalu ia berhasil membuat tangan Rizky terlepas darinya. Sembari mengusap pelan lengannya yang sedikit memerah, ia juga mengalihkan pandangan ke arah Rizky.

"Apa kau tidak pernah tau bagaimana perasaan ku padamu Rizky?"

"Aku tidak peduli! Aku hanya ingin kau pergi dengan ku malam ini untuk menemui Syifa!" Jelas Rizky.

Tak terasa bulir air mata Diandra menetes. Rongga dadanya seakan tau bagaimana sakitnya ucapan Rizky barusan itu.

"Aku tau kau tidak peduli, tapi aku teman mu. Seharusnya kau bisa menghargai usahaku untuk membuat kau jatuh cinta padaku." Ucap Diandra.

"Seharusnya kau juga menghargai keinginan ku yang menganggap mu hanya teman tidak lebih, dan  juga kau bisa menerima Syifa sebagai wanita pilihanku!" Bentak Rizky.

Diandra tidak bersuara, ucapan Rizky terakhir sepertinya sangat menyakiti hatinya. Lalu mendadak wanita itu bertekuk lutut di hadapan Rizky, dan kembali menangis tersedu-sedu. Hatinya sudah terlalu sakit untuk menahan perasaannya.

"A-apa yang kau lakukan!?" Rizky panik, dengan cepat kedua tangannya menarik lengan Diandra untuk segera bangun dari hadapannya, namun yang ada wanita itu kukuh mempertahankan diri berjongkok di hadapan Rizky.

"Kali ini saja, aku hanya ingin merasakan perasaan ku terbalas oleh mu Rizky! Kali ini saja, aku mohon! Aku ingin merasa di cintai oleh mu seperti kau mencintai Syifa begitu dalam," ucap Diandra mengiba.

Namun, apapun yang di katakan wanita itu tidaklah penting untuk Rizky dengarkan. Ia hanya akan meminta Diandra agar tidak melakukan hal yang bisa membuatnya di cap sebagai laki-laki yang tidak baik oleh beberapa pasang mata yang sudah memperhatikannya.

"Tapi bukan begini caranya, kau tidak perlu seperti itu di hadapan ku."

Terdengar ada harapan di sana. Diandra masih tetap dengan posisi yang sama, mungkin sebentar lagi Rizky akan berubah pikiran lalu mempertimbangkan perasaannya juga.

Tapi itu tidak berlangsung lama. Jelas Rizky tidak tinggal diam, ia ikut mensejajarkan dirinya seperti Diandra. Berbisik sesuatu yang kenyataan membuat Diandra makin benci akan kehadiran Syifa.

Beberapa saat setelahnya Rizky pun bangkit, pelan-pelan meninggalkan Diandra yang masih dendam akan apa yang di katakan Rizky tentang Syifa saat ini.

***

"Aku rasa kau terlalu naif menyikapi Rizky," Liora bertutur sangat pelan. Perkataannya barusan bisa saja membuat Syifa tersinggung, tapi demi kebaikan sahabatnya Liora akan mengatakan apapun itu. Ia duduk di sisi Syifa ketika raut wajah tak mengerti sudah terpampang di wajah gadis itu.

"Kau selalu bilang padaku, bahwa Rizky akan berjanji melakukan apapun untuk bisa bersama mu kan?"

"Lalu?"

"Apa kau yakin Rizky ikhlas melepaskan genggaman tangan mu hanya karna ia menjaga perasaan sahabat perempuannya itu?"

"Dan menurut mu Rizky akan melepaskan persahabatan itu lalu pergi bersama ku? Begitu?" Syifa menekan setiap kalimatnya, merasa konyol memikirkan perasaannya yang merasa akan terus di jaga oleh Rizky. Lalu perlahan Liora mengangguk, membenarkan ucapan yang menurut Syifa sangat konyol itu.

"Aku tidak tau bagaimana aku menyimpulkan ini, namun kenyataannya Rizky akan memilih mu  daripada menjaga persahabatan ia dan perempuan itu," Liora meyakinkan.

Sementara itu Syifa hanya tersenyum miris. Memang sedikit melegakan bagi Syifa tentang penilaian Liora, tapi tidak menjamin dirinya akan bahagia jika harus merusak persahabatan kedua orang itu hanya karna ingin memilik laki-laki itu seutuhnya.

"Syifa, kau tidak merebut Rizky darinya. Rizky yang datang kepadamu lalu menawarkan cinta untuk kalian jalani."

"Setidaknya kalau aku tidak berada di tengah-tengah mereka, Rizky bisa menerima perasaan Diandra kan?"

"Itu artinya kau menyiksa diri dan juga Rizky. Apa benar kau Se-tega itu pada laki-laki yang sudah memberi mu kebahagiaan?" Benar! Liora tidak pernah habis kata dalam memberi nasehat pada Syifa, apapun termasuk dalam hal percintaan yang di jalaninya sekarang.

Rasa bersalah kian menyelimuti perasaan gadis itu, meninggalkan Rizky di acara makan malam tersebut, tanpa mengatakan apapun. Lalu sekarang, perlukah Syifa menemui laki-laki itu lalu meminta maaf padanya?

Dengan waktu yang bersamaan ponsel Syifa berbunyi sekali. Satu pesan belum terbaca sudah terlihat di layar benda pipih itu. Pandangan Syifa teralihkan, lantas meraih ponselnya untuk sekedar membaca pesan.

'maaf, tapi untuk kali ini.. beri aku kesempatan menjelaskan semua yang mungkin kau lihat malam itu syifa. Aku ingin bertemu dengan mu dan juga Diandra malam ini? Kau ada waktu?'

Tepat di sebelah Syifa, Liora sudah menunggu gadis itu untuk berbicara padanya perihal isi pesan yang baru saja di bacanya. Syifa berisyarat meminta pada Liora apa yang harus ia lakukan sekarang. Lalu tanpa menunggu Liora meminta untuk Syifa menyetujui pertemuan mereka malam ini.

"Apa kau yakin?" Tanya Syifa yang masih ragu.

"Jika kau masih ingin memberi kesempatan padanya, pergilah! Dan dengan begitu juga, kau bisa tau apa yang Rizky inginkan dari mu. Kau juga tidak akan salah paham padanya terus menerus dan merengek seperti anak kecil untuk menyesali semua setelah kau lakukannya tanpa berpikir." Liora tertawa setelah kalimat terakhir itu mampu membuat Syifa tersenyum bodoh.

Keduanya saling berpelukan, dan berjanji untuk menyelesaikan semua kesalahpahaman antara Syifa dan juga Rizky. Begitu lah rasa sayang Liora pada sahabatnya. Liora wanita yang baik bagi Syifa. Setidaknya ada satu orang yang tidak akan meninggalkannya dalam keadaan apapun.




TBC!

Next part yang tersimpan di draft setelah berbulan-bulan, dan baru bisa author selesaikan malam ini. Maaf untuk waktu yang lumayan lama.

Masih ada yang mengharap cerita ini memiliki ending? Hehe

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang