14

189 33 8
                                    

Dari awal Rizky memang tidak pernah menyimpan hati pada perempuan mana pun di sekitarnya, banyak wanita yang menginginkannya untuk jadikan ia sebagai kekasih mereka, namun tak satupun dari wanita-wanita itu bisa mendapatkan perhatian Rizky, sekalipun Diandra. Wanita itu menyadari, dari dulu Rizky tidak pernah menyukainya. Rizky selalu menganggap Diandra adalah seorang teman. Dan kenyataan itu tidak pernah berubah dari pikiran Rizky. Diandra bukan seorang yang spesial, bukan juga orang yang bisa di hindari Rizky.

Namun. Diandra merubah mindset-nya, seorang Rizky bukanlah laki-laki yang mau di kejar, mungkin dengan memberi pengertian dan dukungan padanya, perlahan Rizky akan mau menerima ia sebagai kekasih.

-

"Maaf untuk yang kemarin," sesal Diandra. Untuk sepersekian detik ia kembali menatap mata Rizky, dia bahkan tak di sambut baik oleh Rizky. Sikapnya yang dingin justru semakin menjadi-jadi setelah kejadian kemarin. "seharusnya aku tidak bersikap seperti itu, aku berusaha untuk mengembalikan ingatan mu tapi nyatanya itu sangat mengganggumu," tuturnya kembali.

Rizky menarik nafas panjang, mengatur kembali posisi duduk yang kali ini ingin terlihat lebih sopan dan terbuka. Diandra tidak salah, Rizky mengakui cara Diandra meminta maaf sudah lebih dari cukup. Diandra juga cukup dewasa untuk mau mengakui kesalahannya. Dan akhirnya perlahan-lahan ia tersenyum lantas mengangguk. "Kau tidak salah, seharusnya aku yang meminta maaf. Kemarin sudah membentak mu," balas Rizky.

Ya!

Itulah yang lebih baik, Diandra akan terus bersikap seolah menyesali semuanya untuk mengambil hati Rizky, ini tidak licik namun seharusnya Diandra lah yang mendapat perhatian Rizky, Diandra orang yang pertama mengenal Rizky, wajar saja jika ia berambisi untuk mendapatkan Rizky seutuhnya.

"Kalau begitu, untuk melupakan semua kesalahpahaman yang kemarin. Kau mau kan pergi bersama ku hari ini?"

"Hari ini? Kemana?"

"Mungkin sekarang kau masih tidak bisa mengingat apapun tentang ku, tapi kau harus mengingat bahwa dulu kau adalah seorang pelukis yang hebat. Kau mempunyai keahlian dalam bidang seni, kau masih ingat yang satu itu kan?" Tanya Diandra lagi.

Rizky terdiam cukup lama.

Lukisan.

Wajah seorang wanita yang di lukisnya ketika masih bersama Syifa, dan pemandangan ilalang...

Kenapa? Wajah itu, apa...

Rizky berusaha mengingat kembali lukisan yang terjual di internet beberapa Minggu yang lalu, sketsa wajah itu adalah..

Rizky berbalik, menatap ke arah Diandra lalu mendadak memegang kepalanya. Ia meringis kesakitan lantas menciptakan kepanikan untuk Diandra, sementara bayangan itu, sketsa itu. Ya...

Milik Diandra. 

Rizky tidak lagi menyadari apapun, penglihatannya perlahan menghitam. Gelap. Dan akhirnya ia pun pingsan.

-

Diandra yang sedari tadi mondar-mandir di depan UGD kini tak lagi bisa berpikir jernih. Setelah membawa laki-laki itu ke rumah sakit beberapa menit yang lalu kini membawa ia dalam kepanikan. Entah apa yang Rizky pikirkan sampai harus tidak sadarkan diri seperti itu.

"Di...."

"Devan! Syukurlah kau disini!" Diandra memegangi dadanya, lantas menangis memeluk tubuh jangkung Devan dan menenggelamkan wajahnya dalam pelukan laki-laki itu.

"Apa yang terjadi.."

"Aku juga tidak mengerti, terakhir Rizky memegang kepalanya dan meringis kesakitan. Lalu setelah itu dia pingsan." Diandra menjelaskan apa yang terjadi tadi.

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang