16

201 36 18
                                    

Ajaib. Kehidupan Rizky kembali seperti semula, semua memori yang sempat hilang kini kembali. Satu persatu teman serta sahabat kini berada dalam lingkungannya lagi. Diandra dan Devan yang kenyataannya paling Rizky rindukan.

Tetap saja, hari-hari yang Rizky jalani rupanya terasa masih hampa. Padahal kesibukan mereka selalu dipenuhi dengan kegiatan yang setiap hari dijalani.

Hari ini tepat satu bulan kembalinya ingatan Rizky. Satu bulan yang menjadi saksi bahwa ternyata ia sedang tidak baik-baik saja. Keadaan Rizky masih terusik, gelisah bahkan sedih selalu bertaut menunggu tidur malamnya yang terus terganggu karena seseorang itu.

Seseorang yang selalu hadir dalam mimpi meski seringkali Rizky mengasumsi dirinya untuk melupakan sosok itu.

Tapi tidak! Bibir hangat itu nyatanya tidak bisa terhapuskan dari ingatan Rizky begitu saja, bibir yang mungil serta mata teduh yang hampir membuat Rizky gila.

Malam itu lagi-lagi Rizky terbangun dengan mimpi yang sama yang selalu di saksikan setiap malam, selalu dirindukan setiap detik. Tentu karna ada hubungan yang belum selesai antara ia dan wanita itu. Ada rasa yang belum tersampaikan secara utuh pada wanita itu.

Rizky bangkit dari ranjangnya, lalu berjalan menuju kamar kecil. Sesampai disana ia pun membasuh wajahnya beberapa kali dengan air mengalir, lalu menatap bayangannya di cermin. Kesedihan kian bertambah ketika ia membuka lukisan yang tertutup kain putih yang sudah selesai ia lukis hampir satu bulan ini.

Ya dialah Syifa, si mata teduh dan bibir indah. Seorang pun tidak ada yang tau bahwa Rizky diam-diam melukis wajah wanita itu. Rizky memandangi lama, menuliskan di bawah lukisan itu dengan sebutan permata hatiku.

Sayangnya, meski rutinitas itu di lakukan setiap malam ia tidak berani untuk menunjukkan kerinduan itu kepada orang terdekatnya, seperti Diandra dan juga Devan. Ia hanya selalu bersembunyi di balik kesunyian malam untuk merenungi diri dengan perasaan rindu yang kian membuncah.

Dimana dia sekarang?

Bagaimana kabarnya?

Apa kah wanita itu masih merindukannya seperti ia merindukan wanita itu?

November lalu adalah waktu yang paling menyakitkan bagi Rizky, hujan yang terus menerus menambah kesan jika kesedihannya kian mendalam. Berharap untuk awal Desember tidak ada lagi hal menyakitkan yang bisa membuat ia pilu, dan berharap pada semesta untuk mengijinkan ia melihat Syifa sekali lagi.

-

"Selamat pagi," Diandra melambai ke arah Rizky yang masih berdiri di lobi galeri. Seperti janji mereka, keduanya akan menjalani hari ini bersama-sama, mulai pagi ini mereka berdua sepakat untuk menjemput ayah Rizky di bandara.

"Maaf pagi sekali aku sudah meminta mu untuk ke tempat ini," Rizky memberi sandwich pada Diandra. Lalu wanita itu menerimanya dengan memberi kode terimakasih pada Rizky. Diandra melahap dan menggeleng pelan.

"Kau sudah menyiapkan sarapan pagi ku, jadi aku bisa membantumu hari ini."

"Haha.. aku tidak bermaksud menyogok, aku tau kau tidak mungkin sempat sarapan di rumah kan?"

"Tapi sandwich nya enak, sepertinya kau bisa meminta ku menemani mu setiap pagi kalau aku mendapat sarapan gratis dari mu juga setiap pagi." Kekeh Diandra.

"Ha-ha-ha habiskan sarapan mu dan kita akan segera pergi." Rizky bertutur pelan.

"Aku tidak sabar bertemu ayah mu lagi, kau juga pasti sudah sangat merindukannya kan?"

"Tidak juga, aku hanya akan memberikan kesan baik pada otakku dengan ingatan ku yang baru. Bukan karna aku merindukan ayahku."

Meski kurang paham Diandra tidak lagi ingin bertanya, sementara Rizky berjalan pelan menunggu Diandra dengan sarapan paginya yang amburadul.

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang