12

214 34 8
                                    

"jadi dia tidak mengingat apapun?" Devan cukup terkejut mendengar penuturan Diandra, setelah sedikit menjauh dari laki-laki itu. Ia dan Diandra berdiskusi perihal kejadian yang di alami sahabatnya.

Benar saja, ketika Devan mengalihkan pandangan ke Rizky, jelas ia tidak menemukan raut wajah Rizky yang mungkin merindukannya satu bulan ini. Semuanya datar-datar saja, bahkan ia tidak tersenyum saat pertama mereka kembali di pertemukan.

"Aku tidak akan memaafkan Syifa kalau sampai nanti Rizky tidak mengingatku,"

"Maksud mu?" Devan balik bertanya.

"Semua kecelakaan yang di alami Rizky itu kan karna Syifa. Perempuan yang menabraknya dan membawa  Rizky ke rumahnya. Aku tidak akan bisa membiarkan Syifa lolos begitu saja."

"Kau jangan salahkan wanita itu, dia bahkan tidak ingin menabrak seseorang dengan sengaja."

Nyatanya Devan bisa mengerti kondisi Syifa saat itu, dan berniat untuk memutuskan hubungan dengan Syifa. "Yang terpenting Rizky sudah ketemu sekarang, dan itu sudah cukup membuat kita lega karna Rizky masih hidup,"

Mendengar penuturan Devan mendadak membuat perasaan Diandra dongkol, sedikit tidak puas dan akhirnya berlalu meninggalkan Devan dengan tampang yang tak berdosa itu.

Tidak ada yang salah, semua di katakan Devan memang benar. Namun berpikir tentang Rizky, sedikit banyak membuat Devan  bertanya-tanya. Melihat Diandra dari kejauhan yang berusaha mengembalikan memori Rizky, justru memberi ruang kehampaan di hati Devan, jelas ia iri akan perlakuan Diandra pada Rizky. Dan mungkin akan kembali menjadi satu orang asing yang kebetulan berada di tengah-tengah dua orang yang sedang jatuh cinta.

Tidak ada yang bisa menahan pesona Diandra, dan Devan meyakinkan bahwa sebelum kejadian yang menimpa Rizky, lelaki itu pasti menyimpan perasaan pada Diandra seperti dirinya yang sudah menyukai wanita itu sejak lama.

-

"Maaf-"

"Kau baru saja mengatakan maaf padaku Rizky? Itu hal yang lucu." Devan beralih menatap ke benda yang lain. Seseorang yang di hadapannya membuat suasana tidak lagi asik bagi Devan, ia membentuk jarak pada Rizky.

"Sepertinya aku sudah merusak suasana hatimu. Kalau begitu aku pulang saja," Rizky beranjak dari tempat itu. Namun usahanya untuk pergi di gagalkan oleh Diandra yang baru saja tiba dengan membawa satu kotak pizza. "Kau mau kemana?"

Rizky menunjuk pintu dengan ibu jari. "Aku mau pulang,"

"Rizky.. kau jangan seperti itu dong. Kau disini saja dulu,"

"Tidak apa-apa, aku akan kembali nanti."

Rizky tidak menunggu kalimat Diandra lagi ia melangkah keluar tanpa berbalik sedikitpun ke arah wanita itu untuk mendengar ucapan Diandra. Ia yakin, kehadirannya disini sangat mengganggu Devan. Adanya Rizky disana  hanya akan membuat suasana semakin canggung.

Ya.

Rizky tidak bisa membohongi perasaannya. Mendadak bayangan Syifa yang tersenyum muncul dalam pikirannya, berulang kali Rizky menolak namun yang terjadi semakin membuat ia frustasi.

Pembohong itu sudah berhasil menguasai hatinya, pembohong yang kini menjadi orang yang paling Rizky rindukan. Oh ayolah!! Ini masih hari ke tiga namun Rizky sudah sangat ingin melihat Syifa. Bukan hanya itu, Syifa yang mematahkan hatinya namun kenapa yang jadi obat patah hati itu juga Syifa? Se-tega itu semesta mempermainkannya?

"Kau tidak boleh pergi sendirian. Aku akan mengantar mu!" Seru Diandra yang tiba-tiba saja merangkul tangan Rizky dan tersenyum ke arahnya.

"Diandra.."

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang