28

149 21 16
                                    

"selamat malam.."

Sapaan Rizky pertama kali ketika Ia dan Syifa sampai ke rumah Garibaldi, tak lain adalah ayah Rizky. Di sana ada Devan, Diandra juga Garibaldi sendiri, mengundang tanya dalam benak masing-masing ketika melihat dua orang itu bergandengan tangan. Pemandangan yang cukup biasa, Diandra dan Devan ikut makan malam bersama keluarga Rizky. Seharusnya Rizky juga selalu ada dalam acara Dinner mereka, namun ketika tau rencana Garibaldi yang akan menjodohkan Ia dan Diandra, tentu saja Rizky tidak lagi ingin berada di tengah-tengah mereka tanpa Syifa di sisinya.

Mulai kemarahan terlihat dari wajah Garibaldi sendiri yang melirik Diandra mengisyaratkan wanita itu untuk tetap kuat.

Pada dasarnya Garibaldi tidak mengerti kenapa Rizky memperlihatkan kemesraan itu pada makan malam mereka, bahkan Rizky tidak di undang untuk duduk bersama semenjak Garibaldi menyatakan perang pada putra semata wayangnya sendiri. 

"Hay Devan.."

Rizky memecah keheningan ketika hanya melihat mata-mata tak suka akan kehadiran ia dan Syifa di sana, yang mana Syifa mulai menyadari saat tau Garibaldi menatapnya sinis lantas mendadak menghentikan senyuman dan perbincangan ia, Devan dan juga Diandra.

"Ayah.." sapa Rizky. Ia tau bahwa Garibaldi tidak akan bisa berbuat yang tidak-tidak padanya saat perjanjian mereka sewaktu di kantor. Dan juga, tentu Garibaldi tidak akan melupakan itu yang hanya berselang beberapa hari lalu.

"Ehmmm.. duduklah." Ucap Garibaldi.

"Paman," Diandra memprotes mendengar penuturan Garibaldi yang meminta Syifa dan Rizky duduk bersamanya di meja makan. Diandra bahkan tidak mengerti kenapa Garibaldi justru mempersilakan Syifa dan juga Rizky untuk ikut dalam acara makan malam mereka. 

"Hay Diandra.." sapaan itu terdengar mengejek bagi Diandra. "Sayang, ayah sengaja mengundang kita makan malam bersama Devan dan juga Diandra. Kata Ayah, ia sangat menginginkan kita untuk berbincang mengenai acara pernikahan kita nanti."

"Apa?!" Merasa dirinya di permainkan, Diandra jelas sangat terkejut mendengar bahwa Garibaldi yang meminta Rizky dan Syifa datang ke rumah itu. Ini bukan perkara Diandra marah atau tidak, namun permainan putranya barusan semakin membuat ia merasa terjebak.

"Paman! Paman bilang padaku kalau tidak ada perempuan yang menikah dengan Rizky selain aku, lalu apa maksud paman mendatangkan wanita ini dan juga Rizky di hadapanku dengan mengatakan kalau paman akan membicarakan pernikahan mereka?" Amarah Diandra tidak tertahan tak ayal ketika Devan juga ikut melerai dirinya meminta agar Diandra harus tetap hormat pada laki-laki paru baya itu.

"Diandra tenanglah,"

"Bagaimana aku bisa tenang, Dev. Paman Adi sendiri yang mengundang wanita ini dan Rizky untuk makan malam bersama."

"Lalu kau? Apa maksud mu datang kesini? Kau pikir kau sudah menang karena mendapatkan hati Rizky dengan cara picik ini?!" Lanjut Diandra yang kini menunjuk ke arah Syifa.

"Diandra!!!"

"Rizky sudahlah.. aku tidak ingin kau marah di hadapan ayahmu yang sudah mengundang kita. aku mohon, berbuat lah seperti biasa.." Syifa berbisik.

Semuanya hening. Meski sebentar, Garibaldi akhirnya menarik lengan Rizky menjauh dari kerumunan tersebut. Ada banyak yang ingin ia katakan pada putranya, mengenai kedatangan yang mendadak di rumah itu.

"Ikut Ayah!" Ucap Garibaldi datar.

-

"Rizky! Ayah tidak mengerti kenapa kau lakukan itu pada ayah dan juga Diandra?" Terdengar suara laki-laki lima puluh tahun itu berbisik namun tajam. Ia bahkan tidak pernah berpikir akan mengundang Syifa tapi yang ada Rizky malah membawa wanita itu di tengah-tengah makan malam bersama mereka.

Sementara itu Rizky tersenyum.

"Aku berharap ayah akan terus mengimbangi sandiwara ku di hadapan Syifa. Aku tau Ayah tidak akan pernah menyukai kekasih ku, tapi aku yakin ayah tidak akan menunjukkan itu di hadapan Syifa lagi." Ancam Rizky.

Mengenai ini, pastilah Garibaldi tidak berkutik. Rupanya Rizky sangat pintar dalam mempermainkan dirinya. Lihat saja ia benar tidak akan melakukan apapun untuk menyakiti Syifa. Bahkan jika ia sangat menginginkannya, karena sudah membuat putra semata wayangnya menjadi anak yang tidak terkendali sekarang.

"Ayah tau kau sangat membenci ayah saat ini. Tapi bukan begini caranya, kau membawa Syifa yang pada akhirnya membuat Diandra marah dan menganggap Ayah sudah mengkhianati kepercayaannya untuk menjodohkan kalian."

"Lalu kenapa ayah?"

"Rizky! Diandra dan juga ayahnya sudah banyak berkorban membantu perekonomian kita. Kau seharusnya ingat saat ayah di ambang kehancuran mengelolah perusahaan kita. Ayah Diandra lah yang membantu kita! Beliau banyak menanam saham, sampai saat ini beliau tidak pernah meminta keuntungan dari perusahaan kita."

Rizky menghela nafas.

"Aku tidak pernah lupa kebaikan Diandra dan juga paman Seto, tapi bukan berarti aku akan membalas kebaikan mereka dengan cara menikahi Diandra. Itu sama saja aku menyakitinya, aku menyakitinya karena tidak memberikan cinta tapi tetap menikahinya!" Ucapnya. Tak ada lagi pembahasan, Rizky berlalu meninggalkan ayahnya yang masih dalam kemarahan. Bukan lebih tepatnya menahan amarahnya untuk membuat posisinya tidak tergantikan.

***

Makan malam usai. Sepanjang waktu itu Syifa dan Rizky tetap tenang, terlebih Syifa yang sangat merasa bahwa kehadirannya sangat tidak diinginkan. Siapapun bisa menebak seseorang dari sikapnya terhadap orang yang tidak ia sukai.

Tak ada perdebatan lagi, kepulangan Rizky dan Syifa pun membuat Diandra semakin marah dan muak. Bahkan ketika Garibaldi meminta untuk Rizky menjaga Syifa dengan baik, tentu saja itu hanya sandiwara antara ayah dan anak tersebut. Hanya untuk menyempurnakan kebohongan Rizky.

"Kenapa paman melakukan ini padaku?" Tanya Diandra.

"Maafkan paman Diandra. Paman harus tetap baik pada wanita itu, atau kalau tidak kau atau pun paman tidak akan bisa mendapatkan simpati Rizky. Tentu kau tidak ingin membuat Rizky semakin benci pada kita kan?" Garibaldi meyakinkan.

"Maksud paman apa?"

Garibaldi lalu bangkit dari tempat duduknya, berjalan pelan dengan posisi kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana.

"Biarkan pernikahan mereka berjalan."

Diandra menggeleng kuat. Amarahnya tersulut mendengar penuturan Garibaldi yang tidak ia mengerti maksud dan tujuan utamanya dari perencanaan laki-laki tua itu.

"Tidak,"

"Tenanglah Diandra. Paman akan membuat Rizky berbalik membenci wanita itu lagi. Untuk saat ini biarkan mereka menikah," sekali lagi, Garibaldi meyakinkan Diandra untuk berpura-pura merestui keduanya. Di balik itu, semua sudah Garibaldi atur. Ia punya cara yang untuk saat ini hanya dia yang tau. 

"Kalau bisa, ikutlah menjadi salah satu orang yang andil dalam pernikahan mereka."

Hati Diandra seolah terkoyak, bagaimana mungkin dia bisa melakukan apa yang Garibaldi perintahkan sementara Syifa yang akan mendampingi Rizky nantinya. Walau hanya sebuah sandiwara, baginya tetap akan menyiksa batinnya. Terlalu berat melihat orang yang ia cintai sejak lama lalu berpura-pura berbahagia atas pernikahan mereka.

Melihat itu, sekali lagi Garibaldi menatap sorot mata Diandra. Seakan meyakinkan wanita itu dengan rencana yang akan ia jalankan pasti berhasil.

"Yang paling penting, Rizky akan berbalik mencintai mu kalau hari ini kau mengikuti semua keinginan paman dulu. Mengorbankan perasaan mu untuk sementara, hanya sampai paman selesai dengan semua rencana paman untuk kalian bersatu. Percayalah, nak!"

"Apa yang bisa ku pegang dari ucapan paman Adi sekarang?" Diandra balik bertanya.

"Percayalah. Sampai kapan pun paman tidak pernah bisa menyukai Syifa. Paman akan membuat Syifa menyesal karena masuk dalam keluarga ini!" Kepercayaan diri Garibaldi meningkat. Pun dengan Diandra yang kali ini bisa sedikit lega untuk mengikuti semua permainan Garibaldi.






-strom of Love-




Selamat malam, selamat menikmati cerita yang cukup menguras pikiran ini. Jangan lupa vote dan komen ya.. ❤️🌚

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang