18

235 36 7
                                    

"aku tidak percaya! Bisa saja kau berbohong tentang itu," Diandra menggeleng, meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dikatakan Devan tentang Rizky tidaklah benar. Bagaimana mungkin laki-laki yang selama ini ia cintai malah mencintai orang lain.

Diandra bisa saja menerima bagaimana Rizky menganggapnya hanya sebatas seorang teman, bagi Diandra itu tidak masalah. Karna yang ia tau Rizky memang sulit menerima seseorang untuk memiliki seseorang di hidupnya yang lebih spesifik, lalu jika ucapan Devan itu benar, wanita seperti apa yang sudah membuat ia menggantikan posisi Diandra di hati Rizky. Tidak ada yang mendekati Rizky seperti ia mendekatinya. Itu yang selama ini Diandra tau.

Devan berjalan menghampiri Diandra yang melihat ke arah jendela. Bahkan hanya untuk bernafas dengan baik, Diandra sulit melakukannya. Itu yang terlihat di mata Devan. Yang terpenting bagi laki-laki itu hanya tetap berada disisi Diandra untuk menenangkan pikirannya.

Devan berbalik ke samping kiri, berdiri sejajar dengan wanita itu. Lalu perlahan ia pun meraih tangan Diandra yang sudah sejak tadi hanya meremas angin.

"Rizky bukan laki-laki yang baik untuk kau jadikan seorang kekasih, bahkan selama ini dia tidak pernah menganggap spesial hubungan kalian."

"I know. Tapi bukan berarti Rizky tidak mencintai ku. Dia hanya belum merasakan kebersamaan kita itu berarti baginya."

Devan tersenyum miris mendengar penuturan Diandra tentang laki-laki itu. "Kau jangan terlalu berharap padanya Diandra, aku hanya tidak bisa melihat kau bergantung pada seseorang yang tidak begitu mencari mu,"

"Devan! Rasanya aku sudah muak mendengar semua ucapan mu, bagaimana pun kau membujuk ku untuk tidak bergantung pada Rizky, itu semakin membuat ku tertantang untuk tunjukkan padamu bahwa ucapan mu tidak benar. Jika kau meremehkan perasaan ku, maka sebaiknya aku juga menunjukkan padamu, bahwa aku bisa mengajak Rizky untuk mengencani ku malam ini." setelah berucap Diandra akhirnya pergi tanpa menunggu Devan untuk membalas ucapannya.

"Baiklah! Malam ini akan menjadi malam yang menyakitkan bagi mu Diandra! Aku percaya Rizky tidak mungkin mengencani wanita yang tidak ia cintai!" Teriak Devan.

Jujur! Perkataan itu membuat Diandra panas, namun untuk menghentikan semuanya ia hanya perlu pergi dari hadapan Devan. Ia tidak akan membiarkan Devan untuk memenangkan tantangan itu, malam ini ia yakin bisa mengajak Rizky berkencan.

***

Harap-harap cemas. Melihat sorot mata Rizky yang terus menatapnya tidak mengerti membuat Diandra semakin takut, takut jika laki-laki itu menolak lalu menyuruh Diandra untuk pulang saja.

Namun alih-alih mendapat balasan yang kurang mengenakkan, Rizky justru menunjukkan sikap terbuka. Anggukan kepala dari Rizky sudah meyakinkan Diandra bahwa Rizky tidak akan menolak ajakan darinya.

Diandra melompat kegirangan, lantas tanpa sadar ia memeluk laki-laki itu dengan erat. Meski untuk beberapa saat Diandra tersadar akan gelagat Rizky yang kurang nyaman dengan situasi ini, wanita itu pun segera melepaskan pelukannya dan tersipu dengan tingkahnya yang berlebihan terhadap Rizky.

"Apa aku harus berpakaian rapi seperti mu?" Rizky menatap dress yang dikenakan Diandra, berwarna hitam dengan renda berbunga di atasnya. Rambut yang terurai dengan riasan wajahnya yang terlihat natural menambah karakter Diandra yang feminim.

Diandra hanya mengangguk, mempersilahkan untuk Rizky mengganti pakaian. Sembari menunggu dia hanya akan duduk tenang di ruang tamu, senyuman perlahan mengembang membayangkan wajah Devan yang mungkin kecewa karna salah dalam menilai Diandra.

"Aku sudah siap."

Rizky berdiri tepat di belakang Diandra, lantas membuat wanita itu berbalik tersenyum bahagia ketika melihat tampilan laki-laki itu sesuai dengan apa yang diharapkannya. Benar saja, Rizky memang menyelaraskan outfit Diandra yang malam ini. Di tambah dengan bulu-bulu halus yang mulai tumbuh di area wajahnya menambah kesan Maco pada laki-laki itu.

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang