25

152 30 11
                                    

Ohayo.. selamat malam semuaa..
Jumpa lagi dong, meski cukup lama tapi author tidak akan menutup atau menggantung cerita ini. Untuk itu, setelah membaca berikan kesan agar bisa menjadi penyemangat untuk author sendiri. Dan kalian semua.. love you

"


























Pagi itu cuaca tampak cerah. Semua orang memulai aktifitas pekerjaannya turut bersemangat. Setelah kemarin atau bahkan beberapa hari ini hujan turun, membuat beberapa titik jalan-jalan kota Jakarta pun harus di genangi banjir yang cukup menghalangi masyarakat beraktifitas.

Namun, tidak ada yang ingin menceritakan bagaimana perjuangan pemerintah dalam menangani banjir tahunan, terlalu klasik. Masyarakat sudah bosan untuk berita yang tiap tahunnya menghiasi televisi mereka.

Termasuk Syifa.

Ya.. gadis yang sudah memasuki usia dewasa itu kini hanya akan fokus dengan apa yang ia kerjakan beberapa bulan belakangan. Entah sejak kapan ia mulai menggemari kelas melukis. Yang ia tau kesibukan yang di kerjakannya sangat bermanfaat. Dalam mengenang salah seorang yang sedang ia tunggu.

Tidak menutup kemungkinan kedua tangan wanita itu kian lincah menari di atas kertas lukis. Membuat sketsa wajah seorang laki-laki lengkap dengan sketsa tubuh yang di balut kain kemeja.

Nyatanya meski baru beberapa bulan, Syifa termasuk salah seorang yang bisa di katakan cepat belajar hal-hal yang baru. Ia bisa melukis apa saja yang ada di hadapannya. Tapi tidak menarik, bagi Syifa wajah laki-laki yang ia rindukan lebih mampu membawa ia dalam suasana apapun. Senang atau sedih. Baginya wajah itu cukup membuat bisa menggambarkan perasaannya dalam situasi apapun.

"Aku bukannya tidak senang kau melukis, tapi..."

Liora terdiam. Tangan kanannya mulai menggenggam lengan Syifa, isyarat untuk menghentikan aktifitas itu.

"Kau tidak perlu melukis wajahnya jika memang kau begitu merindukan orang itu, hari ini dia sudah berkunjung kemari. Tapi seperti biasa,"

"Kau tidak mengatakan apapun tentang ku kan?"

Liora menghela nafas.

"Syifa, dia sudah berkunjung setiap hari dalam satu bulan ini. Bagaimana mungkin kau setega itu untuk menutup diri darinya. Kau berjanji untuk berkunjung ke tempatnya, tapi yang aku lihat kau bahkan membuat jarak lagi. Tidak seperti omongan mu kemarin."

"Aku sedang tidak ingin menjelaskan apapun. Jadi pergilah.."

Liora tau Syifa tidak bermaksud untuk mengusirnya, namun cukup membuat Liora terdiam. Ia pun akhirnya bergegas meninggalkan Syifa yang masih sibuk dalam ruangan itu sendirian.

Dalam waktu bersamaan, Syifa akhirnya menghentikan aktifitasnya. Terdiam beberapa saat, dan menghela nafas berat. terlalu banyak yang ia pikirkan untuk membuka hati. Meski beberapa bulan lalu ia sudah ingin memperjuangkan laki-laki itu, namun ada satu hal yang akhirnya mematahkan kembali keinginannya.

Syifa kembali dalam memorinya. Tanpa sepengetahuan Liora ia sudah berkunjung ke tempat Rizky lebih dahulu, ia terlalu bersemangat sampai akhirnya yang tanpa sengaja mendengar penuturan Rizky yang akan meninggalkan apapun demi dirinya.

Bagi syifa itu mengharukan. Ada laki-laki yang rela mengorbankan apapun demi dirinya, tapi jika Syifa merasa bahagia itu sama saja menghancurkan hubungan baik antara ayah dan anak satu-satunya itu.

"Ayah tidak tau, hubungan ku dengan Diandra hanya sebatas sahabat. Aku tidak bisa mencintai orang yang sudah ku anggap sahabat bahkan saudara sedari kecil."

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang