3

294 36 9
                                    

Lelaki yang baru saja melewati masa kritisnya, ia tersadar setelah beberapa hari mengalami koma. Tangannya terasa ngilu, bahkan sakit saat tanpa sengaja ia menindihnya. Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu, remang-remang cahaya lampu perlahan menyilaukan matanya. Ouhh!! Ringisnya saat merasakan sakit yang kali ini menjalar ke seluruh tubuhnya.

Siapa yang melihatnya disini? Tidak ada orang yang akan menantikan kepulihannya kembali.

"Kau--- apa semuanya baik?"

Pertanyaan dari seorang perempuan yang membuat lelaki itu masih harus mencerna, masih kah ia berada dalam mimpi, atau?

"Kau baik-baik saja? Apa perlu aku memanggilkan dokter untukmu?"

Wanita itu adalah Syifa. Dialah yang menantikan kepulihan lelaki itu, dialah yang harus bertanggung jawab untuk semua hal yang berhubungan dengan lelaki itu. Lelaki itu diam, meski terdengar jelas wanita yang ada di hadapannya sedang berbicara dengannya, namun terasa keluh lidahnya saat harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

"Bangunlah jika kau ingin, apa perlu aku membantu mu?"

Lelaki itu menggeleng. Setelah sekian banyak pertanyaan Syifa, hanya satu yang ia jawab dengan gelengan kepala. "Siapa kau?" Satu pertanyaan saja, tapi entah kenapa Syifa tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan itu. "Aku.. aku.." Syifa mencari beberapa alasan, ia menatap ke yang lain sembari berpikir beberapa detik. "Aku Syifa, kau?" 

Kembali Syifa mendapati gelengan kepala dari lelaki itu. Sesaat kemudian lelaki itu memegangi kepalanya yang terasa sangat berat. melihat itu, Syifa panik. Ia mencari sesuatu di dalam nakas, mungkin sebuah obat tapi nihilnya ia tidak mendapat apa-apa disana.

"Bisakah kau mengambilkan ku air?" Lelaki itu meminta dengan pelan, berharap agar apa yang tidak ia mengerti bisa saja kembali ia pahami setelah meminum segelas air. Dengan cepat tangan Syifa bekerja, menuangkan air ke dalam gelas, lantas memberikannya pada lelaki itu.

Tidak perlu bertanya lagi, Syifa sudah menduga akan seperti ini akhirnya. Lalu, apa yang harus ia perbuat jika lelaki itu tidak mengingat sedikitpun tentang kehidupan dirinya sebelum ini.

"Siapa nama ku"?

"Kau benar-benar melupakan itu?"

"Maaf, tapi apa aku mengenalmu?"

"Ha?" Syifa termangu-mangu, berkacak pinggang. Dan berpikir jika lebih baik ia mengarang sedikit cerita tentang lelaki itu.

"Yeah,, kita pernah mengenal sebelumnya. Kau tidak mengingatku sama sekali?"

"Si-"

"Kau Leon," hanya nama itu yang terlintas di benak Syifa, mulai detik ini nama lelaki itu adalah Leon. Syifa tersenyum setelah mengucapkan satu kebohongan yang entah sampai kapan tidak akan di ketahui lelaki itu, lagipula bagaimana mungkin dia akan membicarakan semuanya saat tau kondisi lelaki itu memang benar-benar buruk, bahkan nama saja semua harus Syifa yang memberikan.

"Kau benar-benar lupa?"

"Kalau ada yang bisa ku ingat, aku tidak akan bertanya sejauh ini. Tapi, benarkan kau orang yang aku kenal?" Sekali lagi, hanya anggukan kepala dari Syifa yang Leon terima, sebelum jauh melangkah Syifa berjanji untuk mengembalikan semua ingatan Lelaki itu. Semuanya sampai tak tersisa. Dan untuk kali ini, hanya kata maaf  yang bisa perempuan itu ucapkan pada Leon.

***

"Bisakah kita tidak membahas ini sekarang? Kau tau bagaimana perasaan ku?" Diandra menatap Devan tak suka. Ini sudah hampir satu Minggu, namun kabar lelaki yang ia cintai tidak kunjung beredar. Bahkan tidak ada tanda-tanda orang suruhannya menemukan Rizky dimana?

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang