21

232 41 9
                                    

Sepulang dari pemakaman Rizky dan Syifa melanjutkan untuk jalan-jalan berdua. Setelah mendapat kabar bahagia dari ayah Syifa kini keduanya benar-benar membuat momen hari ini menjadi yang terbaik dalam hidup mereka. Keduanya sudah saling mengungkapkan apa yang membuat hati mereka gelisah. Lalu ia mendapatkan dengan perasaan yang penuh dengan keharuan.

"aku tidak pernah percaya bahwa kau benar-benar mengungkapkan perasaan mu didepan ayah dan juga sahabat ku." Syifa berucap pelan, berganti menatap laki-laki di sisinya dengan perasaan berbunga. "Kau bahkan meminta pada ayah untuk membuat aku tidak ikut dengannya." Lanjutnya. Tak lupa Rizky kembali menggenggam tangan wanitanya perlahan mengarahkan tangan lembut itu ke bibirnya, mencium punggung tangan Syifa dengan hati yang hangat.

"Aku tidak akan meminta apapun pada Tuhan, Syifa. Kau benar-benar permintaan terakhirku. Dan berharap untuk menjadi sepasang kekasih  selamanya." Rizky membalas ucapan Syifa. Mengungkapkan semua isi hatinya.

Sementara reaksi Syifa hanya sedikit mengeluarkan rona merah di wajahnya yang sendu. Mendadak semuanya terasa sesak, untuk beberapa saat diam-diam Syifa memegangi dadanya yang berdetak sangat cepat.

Tidak!

Syifa menggeleng. Meyakinkan diri bahwa perasaannya tidak begitu gugup, meski kenyataan bahwa ucapan Rizky barusan benar-benar membuat perasaannya tidak karuan.

"Syifa.. aku akan memperlihatkan sesuatu tapi di rumah ku, kau mau pergi hari ini dengan ku kan?"

Sesuatu? Syifa bertanya-tanya sendiri dengan 'sesuatu' itu. Terlebih rumah adalah tempat di mana tidak semua orang bisa melihat kedekatan mereka berdua. Benar! Syifa pernah tinggal berdua dengan laki-laki itu, tapi rasanya kembali aneh kalau untuk menunjukkan bahwa Syifa akan gugup berdua dengan laki-laki yang baru saja menjadi kekasihnya itu.

"Rumah?"

"Mmm, aku akan memperlihatkan sesuatu yang tidak pernah aku  perluhatkan pada siapapun, kecuali kau. Ya, aku selalu berharap hari ini akan tiba. Dan sekarang, mungkin saatnya kau bisa melihat apa yang aku rahasiakan pada siap...."

"Tidak! Aku belum siap untuk itu, aku tidak akan melihat apapun darimu. Aku tau kau mencintaiku dengan tulus, tapi bukan berarti kau akan memperlihatkan sesuatu mu yang paling berharga itu." Syifa tidak bisa menghentikan ucapannya, bahkan menatap mata Rizky yang terlihat kebingungan dengan reaksi Syifa yang berubah takut.

Laki-laki itu menyentuh lengan Syifa, namun untuk beberapa saat Syifa menepikan tangan Rizky, langkahnya mundur perlahan. Ini menjadi tanda bahwa sepertinya Syifa tidak menangkap ucapan Rizky dengan sesuatu itu.

Rizky tersenyum maju perlahan lalu menangkap tubuh wanita itu untuk mendekatkan ke dalam dada bidangnya.

"Kau jangan takut, aku tidak bermaksud lain pada mu, syif." Rizky menahan tawa lalu menciptakan tawa kecil yang sedikit terdengar sampai ke telinga Syifa.

"Aku tau apa yang kau pikirkan Syifa, tapi aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin memperlihatkan Lukisan yang sudah aku buat selama satu bulan ini."

"Lukisan?" Tanya Syifa kembali.

"Iya, aku tidak akan memperlihatkan apapun padamu selain lukisan ku. Sesuatu yang aku maksud adalah lukisan. Tau?" Seharusnya Rizky tidak akan menyebutkan benda itu karna ia berniat memberi kejutan pada wanita itu, namun rasanya akan menjadi salah paham yang panjang jika ia tidak memberitahukan maksudnya sekarang.

Rizky kembali menggenggam tangan Syifa, berjalan beriringan tanpa peduli wajah Syifa yang kembali memerah karna kecurigaannya pada laki-laki itu. 'Bodoh sekali!' umpat Syifa.

***

Syifa tidak pernah berpikir dengan untuk menjadi bagian dari hidup Rizky yang panjang, ia hanya berharap agar laki-laki itu mendapat kebahagiaan dengan cara apapun. Namun sekarang, Syifa menarik ucapannya. Sekarang syifa-lah yang menjadi bagian dari kebahagiaan laki-laki itu, tidak ada alasan baginya untuk pergi dari Rizky sekarang. Pun dengan duduk dengan manis menunggu Rizky di rumahnya.

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang