27

127 29 7
                                    

"kau tidak perlu datang ke kantor ini lagi. Aku sudah melepaskan nama mu untuk berpisah dengan keluarga kita,"

Garibaldi. Atau biasa orang-orang menyebut beliau dengan sapaan pak Adi, ayah dari laki-laki yang bernama Rizky sedang berdiri tegap menghadap keluar jendela gedung kantor berlantai dua tersebut. Memperhatikan sejak tadi putranya masuk ke dalam gedung perkantoran kekuasaannya. Beberapa detik, ia pun berbalik dan tersenyum dingin ke arah putranya. "Kenapa?" Tanya Adi kembali.

Rizky memahami senyuman itu. Perihal sikap ayahnya yang berubah hanya karena satu pilihan yang di tentang oleh Rizky membuat ia akhirnya menyatakan perang oleh putra satu-satunya. "Apa yang membuat mu berpikir untuk menginjakkan kaki disini lagi? Kau sudah memutuskan hubungan kita secara sepihak, lalu apa yang membawa mu kemari dengan pakaian formal yang biasa kau pakai bekerja di perusahaan ku?"

"Ayah?"

"Ayah?! Apa kau yakin aku adalah ayahmu sekarang? Bukankah semalam aku sudah menyampaikannya jika kau membawa wanita itu pergi bersama mu, itu artinya kau memutuskan hubungan dengan ku?"

Mendengar itu Rizky sama sekali tidak gentar, ia masih berusaha untuk terlihat tenang. Sampai pada akhirnya Rizky terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memeutuskan berbalik berniat untuk pergi dari tempat itu.

"Aku masih akan memberi mu kesempatan, jika kau ingin menikahi sahabat mu. Diandra. Kau bisa kembali ke tempat ini dan memimpin di perusahaan ini lagi."

Rizky tersenyum sinis. Membuat perlawanan pada Garibaldi. Ia akhirnya membuka tas kerja miliknya, mengambil beberapa lembar berkas lalu menaruhnya di atas meja.

"Aku tidak akan mengubah keputusan ku, jika anda berpikir aku tidak punya hak atas perusahaan ini kenyataanya anda salah pak Garibaldi. Karena pada dasarnya saham lima puluh persen dari perusahaan ini adalah milikku. Anda bahkan tidak pernah membayar pajak perusahaan selama tiga tahun berturut-turut semenjak anda berada di luar Negeri. Dan yang paling sering mendapat sokongan dari perusahaan-perusahaan besar itu semua karena kerja kerasku!" Tantang Rizky. Jelas saja, penjelasan Rizky barusan membuat Garibaldi naik pitam. Ia menggenggam kuat-kuat berkas yang di keluarkan putranya lalu membaca isi dalam kertas tersebut.

"Bahkan anda yang menandatangani ajuan saya sewaktu anda berada di Amerika? Apakah anda lupa isi surat yang anda tandatangani itu?"

"Dasar kau anak durhaka!! Bisa-bisanya kau membuat surat seperti itu untuk menjebak ayahmu sendiri? Kau bahkan meminta lima puluh persen sebelum ada insiden seperti ini pada keluarga kita?! Licik sekali!"

Sekali lagi. Rizky kembali tersenyum sembari menatap tajam Garibaldi yang sedang kalang kabut. Tentu saja, ia pasti memikirkan nasibnya yang sebenarnya bergantung pada putranya sekarang. Keadaan seolah berbalik buruk padanya, hanya karena ingin terlihat angkuh di hadapan putranya sekarang justru membuat ia harus berpikir membuat perang mereka semakin panjang.

"Tenang saja pak Adi yang terhormat. Aku tidak sepicik anda untuk memanfaatkan situasi. Kita akan bekerja sama seperti biasa. Aku tidak akan mengikutsertakan persoalan pribadi dengan pekerjaan. Hari ini saya hanya meminta pada anda memberikan cuti libur untuk beberapa hari. Saya ingin mempersiapkan pernikahan dengan kekasih saya yang bernama Syifa. Dengan segala hormat saya akan membuat undangan spesial untuk pemimpin tertinggi perusahaan ini, mohon kiranya agar bapak bisa datang ke acara bahagia kami nanti. Selamat pagi pak." Rizky pun berlalu meninggalkan Garibaldi sendiri di ruangan itu.

Meski pada hakikatnya Rizky tidak pernah berniat untuk membuat ayahnya takut, tapi Rizky berharap bisa mendapat restu dari sang ayah setelah memberi ancaman pada laki-laki itu. Bahkan Rizky masih berharap, Garibaldi akan menerima Syifa sebagai menantu satu-satunya bukan karena paksaan. Tapi karena Syifa berhak mendapat kasih sayang dari keluarganya. "Ayah, aku berharap kau tetap sehat. Bisa melihat aku menikah dengan Syifa. Dan melihat turunan ayah tanpa perlu menentang hubungan kami." Batin Rizky.

***

"Apa ayah mu benar-benar memutus hubungan denganmu?" Pertanyaan itu seakan menampar Rizky, yang pastinya Syifa akan sangat kecewa jika mengetahui apa yang sudah terjadi pagi tadi dengan Garibaldi.

Rizky tersenyum lantas meraih punggung tangan Syifa lalu menggeleng pelan.

"Tentu saja tidak, ayah akan merestui hubungan kita. Beliau bahkan mengundang makan malam tiga hari lagi." Ucapan Rizky tadi jelas tidak benar, ayahnya tidak mungkin merestui hubungan mereka semudah itu. Lihat saja wajah Syifa mendadak berbinar setelah pengakuan bohong yang sudah Rizky katakan. Lalu mana mungkin Rizky berkata sudah mengancam Garibaldi?

"Benarkah? Ta-tapi semalam aku melihat ayahmu sangat membenci dan menentang hubungan kita. Apa kau yakin, ia akan menerima hubungan kita secepat itu?"

"Tentu. Aku memilih wanita yang sangat baik hatinya.. tentu saja orang yang awalnya membenci kehadirannya akan berbalik mencintainya jika tau bagaimana Syifa-ku adalah orang yang bisa menebarkan kebaikan di hidup orang-orang. Termasuk ayah.."

Terlihat garis senyum dari bibir mungil Syifa perlahan terbit. Entah karena gugup perempuan itu melayangkan cubitan manja ke perut Rizky yang akhirnya sama-sama membuat mereka tertawa lepas.

"Syifa. Aku mungkin tidak mengenal mu lebih lama. Tapi aku yakin kau tidak akan meninggalkan aku bagaimana pun keadaan ku nanti." Rizky menatap wanitanya dengan haru, berjanji pada diri sendiri untuk membuat hubungan baik antara ia, Syifa dan juga Garibaldi.

Bye.. see you next part.

Pesimis banget reader akan senang dengan part ini.

A Storm Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang