22. Pulang

444 45 12
                                    

🖤HAPPY READING🖤

JANGAN LUPA SETELAH MEMBACA TINGGALIN JEJAK KALIAN DENGAN MEMBERIKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN TERIMA KASIH:)

HARGAIN AUTHOR YANG UDAH NULIS DENGAN VOTE DAN COMEN CERITANYA YA GAES:)

VOTE VOTE VOTE!!! JANGAN JADI SIDER YA KALIAN:(

Yeyyy double up:)

"Rasa khawatir ini sekian detik semakin menjadi jadi" ~Author.

"Sebuah payung tidak akan digenggam lagi ketika seseorang melihat pelangi" ~Alfiana Nova


Sesampainya mereka semua di jakarta pukul tujuh malam, mereka pulang ke rumah mereka masing masing dengan kendaraan pribadi mereka ada juga yang di jemput oleh orang tuanya. Tetapi berbeda dengan Fia yang keluar dari bus membawa semua barang barang bawannya dan berjalan ke halte untuk menunggu angkutan umum.

"Fi bareng yu," tawar Kirana.

"Sama gw aja Fi," ucap Citra.

Fia tersenyum canggung. "Ga usah makasih tawarannya. Aku di jemput papah nanti," bohong Fia.

"Mana?" Tanya Kirana mencari papah Fia.

Fia tertawa hambar. "Agak telat mungkin, kalian duluan aja kesian orang tua kalian nungguin."

"Hm ok deh bye sampai ketemu besok ya," pamit Citra.

Fia duduk di halte karena lelah menunggu angkutan umum yang lewat. Sekolah elit yang satu ini jalanannya seperti perumahan komplek sangat sepi dan jarang sekali lewat kendaraan.

Mobil berwarna hitam mewah tiba tiba berhenti tepat di depan halte tempat Fia duduk. "Kayanya aku ga pesen taxi online deh," gumamnya.

Kaca mobil terbuka memperlihatkan seorang lelaki tampan dengan balutan hodie hitam dan celana bahan panjang. Siapa lagi kalo bukan Alvaro. Tumben sekali dia bawa mobil fikir Fia.

"Naik," perintahnya.

Yang di suruh malah terpaku melihat dirinya. Alvaro keluar dari mobil dan mengambil barang barang milik Fia dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.

Tersadar. "Ehh barang barang aku,"

"Naik,"

Alvaro membukakan pintu mobilnya untuk Fia. Fia yang di perlakukan seperti itu sudah mengulum senyumnya.

Alvaro masuk ke dalam mobil lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia mendekatkan tubuhnya ke dekat Fia. "Kamu mau ngapain?" Tanya Fia sambil menjauhkan tubuhnya dari Alvaro. Tapi Alvaro malah semakin mendekat.

Fia memejamkan matanya. Lalu Alvaro menarik sabuk pengaman dan memasangnya.

Fia membuka matanya menatap Alvaro bingung. "Aku kira mau kaya yang di drama korea," batin Fia.

===========

Setelah sampai di rumah Fia tidak lupa untuk berterimakasih kepada Alvaro yang telah mengantarkannya pulang.

"Mau masuk dulu?" Tawar Fia.

"Ga usah, gw langsung balik aja," jawab Alvaro.

"Oh gitu yaudah, makasih ya."

"Hm," Alvaro langsung menjalankan mobilnya pergi meninggalkan depan rumah Fia.

===========

"Pulang sama siapa kamu?" Tanya Doni papah tiri Fia.

Langkah Fia terhenti ketika mendengar suara papahnya yang terkesan dingin.

"Temen aku pah," jawab Fia lalu duduk di sofa ruang tamu. Fia tau attitude jika berbicara dengan orang tua.

Ratna mama Fia, Gisya dan Tasya sudah tidur duluan karena sudah larut malam.

"Siapa namanya?"

"Namanya Alvaro."

"Anak perempuan tidak boleh di antar pulang larut malam seperti ini sama laki laki."

"Siapa peduli jika Fia pulang jam segini? Papah tadi kemana ga jemput Fia di sekolah?" Tanya Fia

Doni meminum teh hangat yang ada di atas meja dengan santainya.

"Tidak ada yang peduli memang, tapi saya tidak mau jadi bahan omongan tetangga. Tentang saya tidak menjemput kamu tadi? Itu memang tidak penting itu hanya menghabiskan bensin dan waktu saya dengan sia sia."

Fia menengguk ludahnya dengan susah payah setelah mendengar ucapan papahnya barusan.

"Fia ga tau kenapa dan alesan papah bisa sebenci ini sama Fia? Tapi Fia bener bener cape pah dengan sikap papah. Papah itu beda sama ayah Fia. Beda banget," ucap Fia dengan suara gemetar menahan tangisnya yang akan pecah sebentar lagi.

"Jelas beda ayah kamu itu perebut kebahagian orang dan kamu akan tau nanti kenapa saya bisa sebenci dan setidak sukanya ini dengan kamu."

"Ayah Fia tidak seperti itu, papah yang udah ngehancurin kebahagian Fia. Papah ga pernah sayang sama Fia. Papah cuma sayang sama Gisya dan Tasya. Dan papah yang udah buat mamah jadi ga sayang lagi sama Fia jadi papah lah yang perebut kebahagian orang bukan ayah hiks," tangis Fia pecah ia tidak bisa lagi menahan tangisnya.

Biar lah kali ini Fia menjadi gadis yang cengeng. Tapi ini lah isi hati Fia. Fia cuma mau di sayang kenapa sangat susah mendalatkan itu.

Plak.

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Fia.

"Kamu itu samanya dengan ayah kamu bedanya kamu perusak kebahagian orang, kenapa kamu bisa bisanya ada di tengah tengah keluarga saya."

"Seharusnya papah ga nikah sama mama aku. Kalau papah benci sama aku."

"Seharusnya ayah kamulah yang tidak menikahi Ratna. Dengan begitu kamu tidak akan terlahir."

"Papah jahat," cicit Fia.

"Ayah kamu lebih jahat Fia dari pada saya asal kamu tau itu," peringat Doni.

"Stop jelek jelekin ayah Fia, karena ga akan ada gunanya, di mata Fia ayah adalah orang yang baik dan di mata Fia papah lah orang yang jahat,"

"Kamu," ucap Doni dengan mata merahnya tidak terima dengan ucapan Fia.

"Fia cape pah, Fia mau istirahat," ucap Fia lalu berlari ke kamarnya dengan membawa barang barangnya.

Di kamar. Fia mengunci pintu. Fia berdiri di depan cermin dengan memegangi pipinya yang merah.

Perdebatan tadi dan ucapan Doni selalu terngiang ngiang di kepala Fia bersahut sahutan dengan ucapan ayahnya yang selalu memperingati Fia tidak boleh benci kepada seseorang yang jahat dengan kita. Tetaplah bersikap baik dan sopan kepada orang lain yang lebih tua dari kita maupun yang lebih muda dari kita.

"Ayah," lirih Fia dan menjatuhkan tubuhnya duduk di pinggir bawah kasur.

"Maaf yah Fia nangis, Fia cengeng. Fia ga suka papah jelek jelekin ayah."

"Fia ga ngerti kenapa papah bisa ngomong kaya gitu,"

"Emang Fia perusak kebahagian orang ya?" Tanya Fia.

Lamanya Fia menangis membuat matanya bengkak ia bangun dari duduknya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Karena lelahnya diri Fia ia terlelap dalam tidurnya.

[Bersambung]

Next? Vote dulu

INTI RAGAZAVE:

Alvaro Sanjaya Henandra
Bram Defandra
Giorgio Edward
Ryan Alveno Grady
Danu Maheswara

JANGAN LUPA VOTENYA:)
JANGAN JADI SIDER YA KALIAN.

ALFIANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang