🖤HAPPY READING🖤
JANGAN LUPA SETELAH MEMBACA TINGGALIN JEJAK KALIAN DENGAN MEMBERIKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN TERIMA KASIH:)
HARGAIN AUTHOR YANG UDAH NULIS DENGAN VOTE DAN COMEN CERITANYA YA GAES:)
VOTE VOTE VOTE!!! JANGAN JADI SIDER YA KALIAN:(
"Deket doang jadian kagak." ~Alfiana Nova.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi dengan langkah kaki yang cepat Fia berlari kecil menuju pintu gerbang, tanpa menunggu lama Fia memberhentikan angkot dan masuk ke dalamnya.
Setelah sampai di tempat tujuan, Fia mengganti pakaian sekolahnya dengan memakai baju kerjanya, dan siap untuk bekerja. Karena merasa gerah Fia mencepol rambutnya agar terlihat rapi dan membuat jenjang lehernya terekspos bebas.
Fia mengambil kain lap dan semprotan untuk membersihkan kaca kaca di caffe Morena.
"Kaca itu udah di bersihin Fi, mending lo ke halaman belakang di sana masih kotor," ucap salah satu karyawan.
Fia menangguk dan bergegas menuju halaman belakang caffe yang terlihat sepi, karena banyak pengunjung yang lebih suka dengan halaman depan caffe.
Dengan sigap Fia membersihkan semua kaca dengan telaten.
"Keras kepala."
Fia mencari sumber suara yang sepertinya ia mengenali suara itu. Fia membalikkan badan dan menemukan Alvaro sedang menatapnya sengit.
Fia menyengir untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Kenapa kabur hm?"
Fia meremas kain lap yang di pegangnya. "Tadikan aku udah bilang."
"Tapi ga gue izininin."
Fia memutuskan untuk pergi dari tempat ini, untuk lanjut bekerja, sebelum terjadi sesuatu yang membahayakan detak jantungnya.
Tapi, Alvaro jauh lebih cepat dari Fia. Alvaro menahan pundak Fia, dan mengunci pergerakan Fia dengan meletakan kedua tangan kokohnya tepat di sebelah kepala Fia.
"Aku mau lanjut kerja Al."Alvaro manarik kunciran Fia membuat rambut Fia tergerai.
"Jangan kuncir rambut lo kaya gitu, gue ga suka," ucap Alvaro.
"Gerah tau," ucap Fia kesal.
"Kuncir biasa bisa."
Alvaro sedikit mengingat ingat ucapan Bram yang pernah di bilang pada dirinya. "Kuncir buntut kuda."
Fia terkekeh.
"Gue ga suka mereka ngeliat lo dengan tatapan lapar," jujur Alvaro.
Fia kembali terkekeh dengan ucapan Alvaro. "Lapar ya makan lah."
Alvaro berdecak. Bukan itu maksudnya, tapi tidak mungkin juga ia menjelaskan dengan detail kepada gadis polosnya ini.
"Lanjut kerja, pulang bareng gue."
Alvaro melepaskan tangannya dan memasukannya ke dalam saku celananya.
Mana bisa Fia menolak. "Oke, nanti aku kabarin kalo udah pulang."
"Gue tunggu di dalam."
Fia menggeleng. "Pulang aja."
Alvaro tidak menggubris ucapan Fia dan berjalan pergi menuju halaman depan.
"Tuh'kan keliatan siapa yang keras kepala, dasar es batu." Dumel Fia.
Alvaro tersenyum tipis saat mendengar dumelan Fia yang terdengar sangat menggemaskan baginya.
Fia menguncir rambutnya kembali seperti yang Alvaro bilang. Sambil berjalan ke halaman depan Fia memikirkan ucapan Alvaro. "Desi," panggil Fia pada teman kerjanya.
"Kenapa Fi?" Tanya Desi yang sedang menunggu pesanan yang akan di antaranya.
"Kalo lapar makan'kan ya?"
Desi mengerutkan keningnya. "Lah iya lah Fi, pertanyaan lo aneh banget."
"Kalo tatapan lapar juga makan'kan ya?
Desi melihat Fia lelah. "Ga gitu konsepnya markonah, beda arti."
"Artinya apa?" Tanya Fis penasaran
"Nafsu."
Fia menangguk paham sambil tersenyum senang. "Nafsu makannya meningkat ya."
Desi geleng geleng kepala. Ia mengambil pesanannya yang sudah jadi dan menyentil kening Fia gemas sebelum pergi.
Fia mengusap ngusap keningnya. Tanpa sadar seseorang di pojok melihatnya sambil menyungging senyum tipis.
==========
"Lama ya?" Tanya Fia pada Alvaro karena telah menunggunya sampai selesai bekerja.
"Engga."
Fia mengambil helm yang di berikan padanya. "Makasih udah mau nunggu."
"Hm."
"Kamu juga ga mau bilang makasih ke aku udah mau nunggu?" Tanya Fia.
Alvaro memakai helmnya dan menggeleng. "Gue yang nunggu lo."
"Aku juga udah nunggu kamu, malah aku nunggu kamu udah lama banget," ucap Fia.
Alvaro menatap Fia tidak mengerti. Jelas jelas tadi Alavro yang menunggunya.
"Aku udah nunggu kamu buat peka," ucap Fia terkekeh.
Alvaro menatap Fia dalam. "Ga usah di tunggu Fi, karena gue udah peka," batin Alvaro.
"DEKET DOANG JADIAN KAGAK," bukan itu bukan suara Fia melainkan teriakn dari Ryan sahabat Alavro di sebrang jalan.
"DEKET DOANG TAPI GA ADA STATUS," tambah Danu.
Alvaro menggeram kesal pada dua sahabatnya yang tidak menpunyai akhlak itu.
"Bacot, cabut!" Usir Alvaro.
Dengan segera Danu dan Ryan mengegas motornya pergi meninggalkan Alvaro dan Fia.
"Ganteng doang, ehh engga ganteng banget," ucap Fia tertawa puas melihat wajah Alvaro menahan amarah.
"Naik," suruh Alvaro yang sudah naik terlebih dahulu ke atas motor miliknya.
[Bersambung]
Next? Vote dulu
INTI RAGAZAVE:
Alvaro Sanjaya Henandra
Bram Defandra
Giorgio Edward
Ryan Alveno Grady
Danu MaheswaraJANGAN LUPA VOTENYA:)
JANGAN JADI SIDER YA KALIAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIANA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA SUPAYA GA KETINGGALAN PART PART SELANJUTNYA] BUDAYAKAN: [VOTE DAN COMEN SETELAH MEMBACA ATAU SEBELUM MEMBACA JUGA BOLEH SUAPAYA GA LUPA KARNA KEASIKKAN BACA HEHE] Alfiana Nova biasa di panggil Fia. Gadis cantik polos dan b...