27

485 65 21
                                    

"Wah!akhirnya!" Hina mengusap wajahnya yang penuh dengan peluh berjatuhan bertepatan dengan musik yang sudah berhenti. Ini latihan terakhir mereka malam ini yang cukup melelahkan karena mereka telah mengulang latihan lebih dari sepuluh kali. Gadis itu duduk meluruskan kedua kaki sambil sesekali memijatnya.

"Jam berapa?" Hina melirik Jaemin yang terlihat sedang memeriksa ponselnya setelah mematikan musik. Kondisi lelaki itu tak jauh berbeda dengan Hina, wajahnya penuh peluh, rambutnya setengah basah, lengan kaos putih polosnya di gulung sampai memperlihatkan bisepnya.

Jaemin menyugarkan rambutnya lalu menoleh ke arah Hina sambil menjawab. "Hampir setengah satu." Melihat dan mendengar itu, Hina langsung buru-buru memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

"sial, menjawab pertanyaan saja harus setampan itu, ya?" Batin Hina menjerit tertahan dalam hati.

Karena teralihkan oleh ketampanan Na Jaemin itu, Hina sampai tidak fokus pada jawaban Jaemin sampai beberapa detik kemudian ia baru menyadarinya. "Apa katamu?! setengah satu? kita latihan selama itu?!" Tanya Hina tak percaya lalu langsung berdiri dan buru-buru mengambil mantel miliknya dan mengenakannya.

Ah, ngomong-ngomong kalau kalian belum tahu, sekarang Hina sudah berbicara dengan bahasa informal karena kata Jaemin, mereka harus menghapus kecanggungan mereka dulu kalau mau latihannya berhasil dan chemistry mereka terbentuk dengan baik, secara ini adalah tari berpasangan, tentu saja selain gerakan, chemistry yang baik juga sangat dibutuhkan. Tadinya, Hina ingin menolak dengan alasan tidak akan canggung meskipun tetap memakai bahasa formal tapi ia urungkan melihat Jaemin yang  sekarang seperti gadis yang sedang datang bulan.

"Aish, kalau aku ditinggal Junkyu bagaimana?" Gumam Hina sembari merapihkan rambutnya yang masih bisa di dengar Jaemin yang berada tak jauh di sebelahnya. Lelaki itu sedang memakai jaket dan maskernya, bersiap untuk pulang juga.

Jaemin melirik ke arah Hina yang terlihat sudah siap untuk pulang. "Kalau ditinggal, Kau bisa pulang bersamaku." Ucap Jaemin ragu-ragu, pasalnya topik ini jugalah tadi yang sempat membuat mereka bersitegang.

"Tidak usah, aku bisa pulang naik taksi atau menelfon managerku untuk menjemput." Tolak Hina. Ah, Jaemin sudah menduga ini.

"Kalau begitu, aku duluan, ya. Terimakasih untuk latihan hari ini! Sugguesshoyo. " 

"Eung--" Belum sempat Jaemin menyelesaikan kalimatnya untuk membalas ucapan Hina, gadis itu sudah berlari terlebih dahulu meninggalkan Jaemin membuat laki-laki itu hanya bisa terdiam mengamatinya dari belakang sembari tersenyum tipis sekali. Meskipun Hina masih terlihat menjaga jarak darinya, tapi setidaknya hari ini ada kemajuan,kan? gadis itu  sudah mau bicara santai padanya.

Tanpa Jaemin duga, saat Hina sudah sampai di ambang pintu dan membukanya, gadis itu membalikkan badannya, menoleh ke arah Jaemin.

"Aku pergi, annyeong!"  Ucap Hina lalu melambaikan tangannya membuat Jaemin terpaku di tempat dengan ekspresinya yang menggelar. Ia merasa seperti deja vu.

Flashback..

Juni, 2020

"Totalnya, 20.000 Won." Hina mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya saat kasir menyembutkan total harga belanjaannya. Malam ini adalah malam terakhirnya di Korea, Hina membeli beberapa snack khas korea yang tak dapat ia temukan di Jepang lagi nanti. Ah, ia pasti merindukan snack-snack ini, snack yang ia sukai tapi hanya bisa ia makan secara diam-diam tengah malam di dorm bersama Koeun, Lami, Herin, Ningning dan Jungyeon dulu. Kenapa harus secara diam-diam? itu karena semasa trainee ada program diet ketat yang membuat makanan mereka harus di kontrol dan di awasi setiap saat kecuali tengah malam saat waktunya tidur.

Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang