26

520 77 9
                                    

Sudah beberapa menit terlewat sejak Jaemin meninggalkan Hina di depan lift lantai dasar dan sekarang ia sudah berada di dalam ruang latihan menunggu Hina yang tak kunjung juga datang.

Kalau kalian bertanya kenapa Jaemin bisa langsung tahu ruang latihan di gedung milik YG ini? Jawabannya, karena sebelumnya ia sudah bertanya lebih dulu pada manager Hina. Itulah mengapa Jaemin juga bisa tahu kalau hari ini Hina tidak ada jadwal.

Jaemin melepas mantel dan masker yang ia kenakan lalu duduk di sofa panjang yang ada disana. Ia mengecek ponselnya sesaat untuk melihat sudah pukul berapa sekarang ini. Pandangannya itu kini beralih pada pintu ruang latihan yang masih tertutup. Sudah sekitar lima menit berlalu tapi Hina tak kunjung datang. Aneh, kemana gadis itu? Jaemin jadi khawatir sendiri. Jujur, sebenarnya ia merasa bersalah dan tak tega setelah mengatakan hal-hal seperti tadi pada Hina tapi ia terbawa emosi. Ia sudah lelah karena jadwal yang padat seharian ini tapi tetap beruaaha menyempatkan untuk latihan bersama Hina karena khawatir Hina akan dimarahi oleh pelatih lagi kalau tarian mereka tak kunjung membaik, tapi Hina malah terang-terangan menunjukkan ketidakminatannya pada projek ini hanya karena ia membenci Jaemin dan ditambah lagi-lagi ia harus menyaksikan interaksi manis diantara Junkyu dan Hina untuk yang kesekian kalinya yang membuatnya semakin sesak.

Kenapa Junkyu bisa dan dia tidak?

Kenapa Hina selalu sehangat itu pada Junkyu dan  bahkan membiarkan laki-laki itu menyentuhnya sedangkan dirinya tidak?

Setiap bersama Jaemin, gadis itu selalu terlihat tak nyaman, selalu memberi jarak yang membentang.  Kenapa? Sebenci itukah Hina padanya?

Jaemin mengetuk-ngetukan kakinya di lantai dengan gusar. Haruskah ia menyusul dan mengecek Hina?

Setelah berunding dengan dirinya sendiri, akhirnya Jaemin memutuskan untuk menyusul Hina. Tapi, bertepatan saat tangannya memegang knop pintu, pintu itu malah terbuka dari luar dan menampakkan sosok Hina disana. Ujung-ujung rambut di dekat wajahnya tampak sedikit basah seperti habis dibasuh air.

"Maaf lama, tadi aku ke kamar mandi dulu untuk membasuh wajahku, aku sedikit mengantuk." Ujar Hina memberi penjelasan tapi diabaikan oleh Jaemin. Lelaki itu langsung berbalik tanpa mau melihat Hina lebih lama lagi dan kembali berjalan ke tempatnya semula.

"Kau benar aku terlihat kekanakan." Ucap Hina lagi berhasil  menghentikan tangan Jaemin yang ingin menyalakan musik di speaker, bersiap untuk latihan.

"Jeosheongeyo, sunbaenim. Maaf jadi merepotkanmu karena sikapku yang kekanakan dan kurang profesional." Hina membungkukkan badannya tepat 90 derajat.

Jaemin jadi semakin merasa bersalah mendengarnya, ia tak bermaksud membuat Hina merasa seperti sekarang ini. Lelaki itu berbalik menghadap Hina, berniat menjelaskan. Tapi lidahnya kelu saat menatap wajah Hina yang tampak seperti habis menangis. Tadi saat Hina baru datang ia tak terlalu memperhatikannya.

"Kedepannya aku akan berusaha lebih keras untuk menunjukkan sikap profesionalku. Mulai sekarang, ayo sejenak lupakan masalah yang ada diantara kita. Supaya lebih nyaman, aku akan menganggap seolah kita baru mengenal lewat projek ini. Terimakasih atas nasihatmu tadi." Hina  lagi-lagi membungkukkan badannya lalu tersenyum sedangkan Jaemin, lelaki itu mematung menatap Hina dengan ekspresi tak terbacanya membuat Hina jadi bingung sendiri. Apa ia masih marah?

"Kau menangis?" Jaemin malah memberikan pertanyaan yang membuat Hina jadi seperti tertangkap basah.

"Tidak, kok. Ah, ini karena aku habis membasuh wajahku karena mengantuk, jadi terlihat seperti ini. Seperti habis menangis ya? Tapi sebenarnya tidak, kok. " Hina tertawa sumbang berusaha memberikan alasan dan berharap Jaemin percaya.

"Pembohong." Gumam Jaemin pelan lalu berbalik dan menekan tombol play  pada speaker untuk menyalakan musik. Ah, sial. Ia jadi semakin merasa bersalah pada Hina tapi ia tak bisa mengatakan apapun bahkan sekedar kata maaf karena lagi-lagi telah menyakiti gadis itu.

Mendengar musik yang mulai dimainkan, Hina langsung buru-buru melepas dan menaruh mantelnya di ujung sofa panjang yang ada disana lalu berlari ke tengah ruang latihan yang sudah ada Jaemin disana, mereka bersiap untuk berlatih.

Sembari menunggu musik sampai diaaat tarian dimulai, Hina menggulung rambutnya keatas. Lalu tepat setelah ia selesai menggulung rambutnya, ia mulai menari, berhadapan dengan Jaemin. Melihat Hina yang kini sudah berada di depannya, Jaemin malah terkejut membuatnya melewatkan tempo musik dan gerakannya jadi berantakan.

Hina yang melihat itu jadi heran sendiri tak mengerti mengapa kini Jaemin malah menatapnya dengan tatapan kesalnya. "Ada apa?" Tanya Hina.

"Y-yak!" Teriak Jaemin menunjuk Hina membuat gadis terlonjak kaget.

"kenapa kau pakai--kau---" Jaemin sampai bingung menyusun kata yang tepat.

"memangnya tidak dingin apa?!"  Hina jadi semakin bingung,memangnya ada yang salah dari dirinya? ia bahkan sampai memperhatikan dirinya sendiri dari ujung kaki sampai kepala.

"memangnya tidak dingin apa?!"  Hina jadi semakin bingung,memangnya ada yang salah dari dirinya? ia bahkan sampai memperhatikan dirinya sendiri dari ujung kaki sampai kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Hina outfit + rambutnya di gulung keatas)

"Kenapa?aku tadi habis syuting dance practice dengan grupku." Jawab Hina masih dengan rasa bingungnya melihat reaksi Jaemin yang malah membuang muka.

"Memangnya harus--"

"Ah sudahlah, lepas ikat rambutmu!" Titah Jaemin membuat Hina semakin mengernyit.

"Kenapa? ini kan supaya tidak kepanasan saat menari." Balas Hina dengan polosnya membuat Jaemin mendengus.

" Pokoknya lepas!" Jaemin masih bersikeras.

"Kalau tidak di lepas, aku tidak mau latihan. Aku tidak suka latihan dengan orang yang rambutnya diikat." Kini giliran Hina yang mendengus kesal, gadis itu berbalik dan berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakkan menuju sofa sembari melepas ikat rambutnya lalu meletakkan ikat rambutnya itu di saku mantelnya.

"Dasar aneh! tadi dia bilang aku ini kekanakan, sekarang dia yang kekanakan. Memangnya dia mau pingsan,kejang-kejang, atau serangan jantung tiba-tiba apa kalau melihat orang yang rambutnya diikat?! Berlebihan!"  Gerutu Hina dalam hati. Ia berdecak sebal. Sedangkan Jaemin, lelaki itu berkacak pinggang memperhatikan Hina dari belakang. "Apa-apaan dia sekarang jadi pakai pakaian kurang bahan seperti itu?! Rambutnya pakai diikat tinggi lagi! Mau pamer leher dan bahunya kemana-mana? Itu perutnya juga astaga! Ah, hampir saja aku terkena serangan jantung!" Batin Jaemin sembari mengelus-elus dadanya.

















TBC--

Jaemin kayaknya bakal jadi tipe-tipe posesif bf ya wkwk

Hina, pakaianmu meresahkan Jaemin mbak): Hina mah ga peka wkwk

"Alah lu jaem! sendirinya juga tukang pamer! ga inget lu yang di konser bikin perawan pada jejeritan gara-gara pamer abs?!" -suara hati mbak Hina


So,

Bagaimana chapter ini?

Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang