16. Drunk girls

667 88 8
                                    

"Aku rasa mereka tak akan mempercayainya." Ucap Lami setelah mendengar cerita Koeun. Mereka berada di halaman belakang rumah Lami saat ini sedang Bbq-an. Malam ini mereka memang berkumpul bertiga, yaitu Lami, Koeun dan Hina untuk merayakan keberhasilan Lami mengikuti CSAT . Memang belum diumumkan lulus atau tidaknya, tapi setidaknya mereka ingin mengapresiasi Lami yang telah berjuang keras untuk ujian ini.

Koeun yang sedang membolak-balik daging yang sedang ia panggang itu mendengus pelan, "Memang tidak."

"Ey, harusnya kau belajar akting dulu padaku sebelum mengatakan itu pada mereka. Aktingmu pasti buruk sekali makanya mereka tidak percaya." Jawab Lami sembari mengunyah sosis bakar di mulutnya.

"Ye, ye tuan putri aktris pendatang baru terbaik." Balas Koeun meledek membuat Lami tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya dan Hina yang juga mendengar itu hanya tertawa.

"Lalu bagaimana lagi caranya kita bisa memutus hubungan dengan mereka?" Tanya Hina yang duduk di depan api unggun yang mereka buat.

"Entahlah, apa kemarin di MAMA kau juga bertemu mereka?" Tanya Koeun balik.

Mendengar pertanyaan itu, Hina terdiam sesaat menatap kosong api yang berada beberapa meter di depannya mengingat kejadian saat itu, saat ia berpapasan dengan Jaemin dan yang lainnya. "Eoh, aku bertemu."

"Apa kau juga mengabaikan mereka?" Tanya Lami.

Hina menoleh menatap Lami yang berdiri di sebelah Koeun yang sedang memanggang daging lalu tersenyum, "Tentu saja. Kalau tidak seperti itu mereka akan terus hidup di bawah bayang-bayang kita. Aku tak ingin itu terjadi, aku ingin mereka melanjutkan hidup mereka seperti aku yang juga sedang berusaha melanjutkan hidupku." Setuju dengan ucapan Hina, Koeun mengangguk mantap membuat Lami yang melihat itu jadi bimbang sendiri.

"Bukankah aneh? Saat memiliki kawan yang setia, harusnya kita merasa senang. Tapi kita, malah jadi pusing seperti ini." Ucap Lami.

"Jika mereka hanya orang biasa begitupun juga kita, aku rasa akan menyenangkan memiliki hubungan pertemanan yang sekuat ini." Sahut Koeun terdengar miris namun realistis. Hina dan Lami yang mendengar itu juga menyetujuinya dalam hati dan membayangkan,

Iya juga ya. Jika Lami hanyalah seorang gadis yang berada di tingkat akhir SMA begitupun dengan Jisung yang hanyalah laki-laki remaja yang baru memasuki tahun pertama dunia perkuliahannya, itu pasti akan sempurna. Lami tidak perlu merasa sungkan dan harus terus sembunyi-sembunyi seperti ini.

Jika Hina hanyalah seorang mahasiswi biasa begitupun dengan Jaemin. Hina mungkin tidak akan meragu lagi, menghindar dan menyakiti Jaemin seperti ini.

Tapi, bagaimanapun, dunia kejam ini lah yang mempertemukan mereka. Jika mereka hanyalah orang-orang biasa, mungkin mereka tidak akan bertemu. Jika Lami, Koeun dan Hina tidak pernah punya mimpi sebagai idol, mereka mungkin tidak akan bertemu dengan Jisung, Mark, Jaemin, Jeno, Renjun, Haechan, dan Chenle.

Benar. Jika ada orang yang mengatakan hidup adalah pilihan, itu benar. Jika Koeun, Lami dan Hina memilih hidup sebagai orang biasa, berarti mereka memilih untuk tidak pernah bertemu orang-orang itu dan jika mereka memilih melanjutkan mimpi mereka seperti sekarang, itu artinya mereka memang harus memilih untuk memutus hubungan pertemanan mereka dengan orang-orang itu.

Karena sejatinya, saat kau memilih siap menjadi idol, kau juga harus siap untuk kesepian dan kehilangan banyak hal yang berarti untukmu.

Koeun menarik nafasnya dalam-dalam lalu menatap Lami dan Hina secara bergantia, "Jika mereka tidak bisa melakukannya, maka kita lah yang harus melakukannya."

"Kita hanya harus terus membentangkan jarak. Kita bisa melakukannya,kan?"  Meski berat untuk ketiga gadis itu, mereka akhirnya menyetujuinya. Bagaimanapun ini memang konsekuensinya.

Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang