54. (2)

394 58 8
                                    




Bacanya dari yang 54. (1) yaaa

Jisung mengedarkan pandangannya ke seisi gerbong kereta yang kini sudah mulai melaju. Ah, jadi begini ya rasanya berangkat atau pulang sekolah naik kereta , pikirnya. Karena jujur, dulu selama ia 'masih bisa' bersekolah, Jisung memang tak pernah yang namanya berangkat atau pulang sekolah naik kendaraan umum--seperti kereta ini. Ia selalu diantar jemput oleh ayahnya atau managernya. Saat masih terus menatap sekelilingnya dengan penasaran--karena ini pertama kali untuknya, pandangan Jisung tiba-tiba berhenti pada satu titik, seorang lelaki, mungkin berusia sekitar akhir dua puluhan yang duduk di kursi sebrangnya.

Jisung semakin menatap laki-laki itu penuh selidik karena melihat gerak-gerik aneh dan mencurigakan yang lelaki itu lakukan. Ia terus menatap Lami. Awalnya Jisung kira, mungkin orang itu hanya mengagumi kecantikan Lami, yaa itu memang sudah biasa. Sejak mereka kecil, saat berada di tempat ramai, Lami memang selalu menarik perhatian orang-orang karena kecantikannya. Tapi Jisung rasa, setelah terus mengamati orang itu, ia tidak terlihat hanya sekedar mengagumi kecantikan Lami saja.

Orang itu terlihat aneh.

Ia terus menatap Lami dengan seringai tipisnya. Jisung juga bisa melihat lelaki itu terus memperhatikan Lami dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan nakalnya. Jisung masih diam, tidak ingin gegabah walaupun dalam hati sudah merasa ada yang tidak beres, dan saat lelaki itu terlihat mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan terlihat gerak-gerik seperti ingin memotret Lami diam-diam, Jisung langsung bangkit, berdiri tepat di depan Lami duduk.

"Ada apa?" Lami yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu Ningning mendongak, menatap Jisung yang tiba-tiba berdiri di depannya padahal tidak ada orang lain yang lebih di prioritaskan untuk duduk datang.

Ketiga orang yang lain, Ningning, Herin dan Chenle juga ikut menatap ke arahnya dengan tatapan bingung mereka membuat Jisung berdeham pelan.

"Kakiku keram." Ucapnya beralasan yang untungnya langsung di percayai oleh Lami, Ningning dan Herin. Mereka mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

Kecuali Chenle.

Pemuda itu masih menatap Jisung dengan heran, dan saat Jisung tanpa sadar menoleh ke arahnya dan kedua pandang mereka bertemu, Chenle seolah menuntut penjelasan jujur lewat tatapan matanya.

Jisung membuang nafasnya pelan, tahu bahwa ia tak akan bisa menutupi apapun dari Chenle. "Pinjam ponselmu." Tanpa banyak bertanya lagi, Chenle langsung menyerahkan ponsel yang sebelumnya ia mainkan pada Jisung, tahu bahwa lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya itu ingin mengespill sesuatu.

Herin memandang kedua lelaki yang tampak sedang menyembunyikan sesuatu itu dengan curiga. Seperti ada yang disembunyikan oleh mereka, tapi Herin memilih untuk bungkam saja, mungkin itu memang rahasia diantara keduanya saja.

Chenle mendongak, menatap Jisung dengan tatapan terkejut sekaligus sedikit tak percaya sesaat setelah membaca pesan yang dituliskan Jisung di ponselnya yang langsung dibalas Jisung dengan tatapan yang seolah berkata, "iya. sudah. kontrol ekspresimu."

Isi pesan yang ditulis Jisung, yaitu,

Lelaki yang memakai topi hitam yang duduk di sebrang tampak aneh dan mencurigakan. Kuperhatikan dari tadi, ia terus menatap Sungkyung seperti tatapan orang cabul. Terakhir gerak-geriknya menunjukkan seperti ia ingin memotret Sungkyung diam-diam, makanya aku langsung berdiri menutupinya. Coba diam-diam kau awasi dia. Barangkali dia masih berulah. Jangan beritahu yang lain, nanti mereka cemas.

Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang