55. (2)

437 65 12
                                    


play multimedia diatas kalau sudah part yang aku bilang ya.



Sesampainya di kamar mandi wanita yang tersedia di lantai tiga mall itu, Hina langsung bergegas memasuki salah satu bilik yang masih kosong. Ia menunduk dalam saat berpapasan dengan beberapa wanita yang melewatinya. Hina selalu takut dengan tatapan orang-orang disaat keadaannya yang seperti ini. Dari sudut pandangnya, orang-orang itu terlihat mengintimidasi dan menatapnya dengan tatapan menghakimi, padahal sebetulnya tidak juga.

Gadis Gong itu langsung mengendurkan ikat pinggang dan dasi, membuka kancing kemeja paling atas sesampainya ia di dalam bilik kamar mandi. Dengan tangan gemetar, ia membuka tas gendongnya lalu merogoh tas itu untuk menemukan sebotol kecil obat penenang yang memang selalu ia bawa jika berpergian. Ia menuangkan beberapa pil di tangannya sebelum akhirnya meneguknya dengan cepat. Setelah meneguk pil penenangnya itu, Hina tampak berusaha mengatur nafasnya, butuh waktu sepuluh sampai lima belas menit barulah nafasnya mulai teratur kembali.

Hina membuang nafasnya kasar, bersandar pada dinding kamar mandi itu lalu menengadah ke langit-langit ruangan itu. Sudah sekitar tiga tahun lamanya harus menghadapi situasi seperti ini secara sembunyi-sembunyi, sejak akhir 2019. Sejak debutnya terus ditunda dari 2018 sampai akhir 2019, sekitar tiga sampai empat kali ditunda, membuatnya memendam banyak kekhawtiran sendirian.

Apakah ia benar-benar bisa debut?

Apa penantiannya tidak sia-sia?

Apa harapannya nyata?

Ditambah semakin lama, persaingan semakin menyesakkan, ekspetasi orang-orang padanya sebagai salah satu trainee unggulan terlama melambung tinggi seolah ia tak boleh melakukan kesalahan barang setitik pun. Beberapa bulan berturut-turut evaluasi bulanannya terus menurun membuatnya semakin tertekan. Ditambah kepribadiannya yang memang cenderung tertutup membuatnya menanggung itu semua sendirian bertahun-tahun lamanya. Rasa yang awalnya hanya sebuah kekhawatiran itu berubah menjadi cemas yang berkepanjangan, yang membuatnya sesak setengah mati setiap rasa itu datang, yang membuatnya takut, yang membuatnya berdelusi. Hina menahan rasa itu semua, sendirian. Entah orang yang terlalu tak peduli, atau memang dirinya yang terlalu pandai menyembunyikan rasa sakit itu.

Rasanya melelahkan. Ia muak. Ia tak pernah bisa lagi beraktifitas dengan bebas di muka publik tanpa obat penenangnya itu, tapi ia harus tetap terlihat baik-baik saja. Seolah ia selalu menjadi Hina yang sama setiap saat.

Hina menyeka peluh di pelipisnya  lalu hendak memasukkan kembali botol obatnya ke dalam tas, namun terhenti untuk sesaat. Ia tak memasukkan botol obat itu ke dalam tas lagi, tetapi ke dalam saku bagian dalam almamaternya. Hina teringat, Haechan mungkin bisa saja sewaktu-waktu membuka tasnya dan ia tak ingin Haechan dan yang lain tahu. Setelah selesai dengan urusannya itu, akhirnya Hina memutuskan untuk keluar dari bilik kamar mandi dan menyusul yang lainnya.


-Love Untold-



"Hina belum ada menghubungi atau mengirim pesan ke salah satu dari kalian?" Tanya Haechan sembari fokus pada layar monitor di depannya dengan tangan yang sibuk memacu gas pada motor mainan yang ia kendarai.

"Belum. Dia tidak mungkin tersesat, kan ya? " Tanya Renjun dengan ponsel di genggamannya yang terus ia cek setiap menit, mungkin saja ada pesan atau panggilan dari Hina.

"Renjun-ah, coba ambil ponsel di saku almamaterku. Ponselku dalam mode diam, coba cek, siapa tahu ada pesan dari Hina." Ucap Jeno yang posisinya sama dengan Haechan, Mereka sedang adu balapan motor sekarang.

" Eopseo." Sahut Renjun setelah mengambil dan mengecek ponsel Jeno.

Jaemin hanya diam tak besuara, tapi sembari terus mengamati antara ponsel di genggamannya dan pintu masuk arena bermain berharap ada pesan atau presensi Hina muncul dari pintu sana, tapi nihil. Tak ada pesan ataupun kemunculan Hina Bahkan setelah bermenit-menit berlalu. Ini sudah terlalu lama untuk ukuran izin ke kamar mandi, apalagi jaraknya terbilang dekat.

Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang