64. Jatuh

474 54 65
                                    


Hiiii...

Wah aku gak nyangka target kemarin cepet banget nyampenya(": Kalian keren bgt!💜 aku ampe belum kelar ngetik bab ini wkwk makanya baru bisa update sekarang, maaf yaaaa.

Untuk chapter ini gak usah target-targetan dulu, tapi jangan lupa tetep komen, ya!!

Nanti kapan-kapan kita main target-targetan lagi.





2017

"Kim Minjeong," Winter yang duduk merenung di pojok ruang latihan tepat setelah selesainya evaluasi bulanan itu menoleh mendengar namanya di panggil oleh salah satu manager trainee yang cukup ia kenali itu.

"Mari bicara sebentar." Ucapnya lagi masih berdiri di ambang pintu dengan tangan yang ia sandarkan di knop pintu.

Winter seketika merasa sekujur tubuhnya panas dingin. Jantungnya berdegup dua kali lebih kencang. Ada apa lagi ini? Tadi saat evaluasi bulanan, ia sudah cukup menerima kritikan-kritikan pedas. Ia takut, cemas, lelah, bingung.

"Nde," Balas Winter dengan suara lemahnya lalu bangkit berjalan mengikuti kemana managernya itu menuntunnya.

Mereka akhirnya sampai di sebuah lorong pojok dekat pintu keluar belakang gedung. Langkah kaki managernya itu terhenti disana membuat Winter semakin yakin bahwa apa yang katanya akan dibicarakan oleh Winter ini pasti bukan sesuatu yang baik. Karena sesuai rumor yang beredar, kalau trainee dibawa kesini, itu artinya ada sesuatu yang tidak beres dengannya.

"Kim Minjeong," Manager yang sudah menghentikan langkahnya itu berbalik membuat Winter yang tadinya terus menunduk lesu di sepanjang jalan langsung mendongak.

"Y-ya manager-nim?"

"Sudah berapa lama kau disini?" Kan. Benar tebakan Winter. Pasti dibawanya ia kesini bukan sesuatu yang baik. Pertanyaan ini adalah salah satu contohnya. Katanya, kalau staff, pelatih, atau manager sudah mengatakan ini ada dua kemungkinannya. Pertama, kau akan segera debut yang Winter yakini itu sangat mustahil. Kedua, kau akan dimarahi karena kinerjamu buruk, memburuk, atau lebih buruk. Winter rasa opsi kedua lebih masuk akal mengingat bagaimana tadi saja ia sudah mendapat banyak kritikan di evaluasi bulanannya.

" Sembilan bulan." Jawab Winter takut-takut.

"Sudah hampir satu tahun, ya?"

"Iya."

"Tapi," Winter menelan ludahnya gugup mendengarnya.

"Kenapa kau tidak ada perkembangan sekali?"

"Menyanyimu biasa-biasa saja. Tarianmu masih kurang jauh untuk ukuran idol, ekspresimu saat tampil datar-datar saja sama seperti pertama kali kau audisi. Bukankah kau harusnya berkembang walau sedikit saja? Aku melihat adanya potensi padamu saat kau pertama masuk, aku kira kalau kau berkembang pasti akan jauh lebih baik, tapi apa aku ternyata salah, ya?"

"Apa kau benar-benar ingin debut? Ingin jadi penyanyi?"

"Jawab aku, aku sedang bertanya. Bahkan etika dasar seperti ini saja kau tidak tahu." Ucap manager itu dengan kesal kala Winter hanya diam membisu.

"I-iya aku ingin." Jawab Winter pada akhirnya. Gadis ini terus meremat dan menekan kuku-kuku tangannya karena takut dan frustrasi.

"Apa kau lelah? Ingin berhenti saja?" Winter menggeleng ragu. Sejujurnya juga ia ragu pada dirinya sendiri. Akhir-akhir ini pertanyaan itu juga ia tanyakan pada dirinya sendiri.

Apa ini benar-benar maunya?  Apa ia ingin berhenti saja?

"Kau ingin berhenti ternyata. Lihatlah bagaimana kau ragu-ragu itu sudah cukup untuk membuktikan. Kalau mau berhenti, berhenti sa---"

Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang