48

476 76 128
                                    


" Yak! Na Jaemin! Apa maksudmu?" Tanya Renjun dengan ekspresi dan suaranya yang datar, tetapi tetap terlihat menakutkan. Bagaimana tidak? tadi setelah kalah bermain kertas gunting batu dengan Jaemin untuk menentukan siapa yang menyetir, Jaemin langsung kabur dan masuk ke dalam mobil lebih dulu dengan wajah penuh kemenangannya. Semakin tidak tahu dirinya lagi, pemuda Na itu malah duduk di kursi belakang bersama Hina yang memang sudah masuk lebih dulu.

Ini maksudnya apa?

"Mwo?" Tanya Jaemin dengan wajah tanpa dosanya dengan suara pelan karena sedang diam-diam memotret Hina yang tertidur di kursi sebelahnya.

" Memangnya aku ini supir ?! Pindah sini! duduk depan! " Titah Renjun tak terima. Harap dimaklumi, kesabarannya memang setipis itu.

" Hstt! diam nanti Hina bangun!" Jaemin malah balik mengomel dengan suara berbisik, takut membangunkan Hina yang sudah terlihat mulai menggeliat.

"Kau kan memang supir, kan mau yang menyetir!" Tambah Jaemin lagi.

Renjun menghela nafasnya, berusaha menahan emosinya dengan tersenyum penuh paksaan. " Mau pindah atau tidak,  Na Jaemin-ssi?"

Kalau Renjun sudah mode begini, Jaemin harus waspada, kan?

" Aishh! iya-iya ini aku pindah! " Mau tidak mau akhirnya Jaemin mengalah dan keluar dari mobil untuk pindah ke kursi depan sebelah pengemudi. Renjun juga sudah masuk ke mobil dan bersiap untuk mengendarai mobil itu.

" Eung, sudah sampai?"  Tanya Hina yang terbangun dengan suara khas bangun tidurnya.

Jaemin dan Renjun yang mendengar itu langsung menoleh menatap Hina yang masih bersusah payah membuka matanya.

" Tuh kan! kau sih berisik, dia jadi bangun, kan!" Omel Jaemin pada Renjun.

" Kenapa jadi aku?! Kau tuh yang rusuh saat membuka dan menutup pintu mobil!" Balas Renjun tak terima.

" Belum, kok.  Kau bisa tidur lagi, nanti aku bangunkan. " Ucap Jaemin pada Hina dengan lembut membuat Renjun semakin mendelik.

" Apa- apaan?! Ada apa dengan nada bicaranya itu? Ngomong padaku aku saja pakai urat, giliran ke Hina sok imut begitu?! amit-amit!" Gerutu Renjun dalam hati lalu mulai menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas.

" Yak! pelan-pelan saja!" Omel Jaemin lagi begitu mobil mulai berjalan dan langsung dengan kecepatan tinggi membuat dirinya terkejut.

Renjun sih masa bodo. Siapa suruh pilih kasih?




" Aku mau ke gerai kopi sebentar di ujung sana, kalian masuk dulu saja cari barangnya, nanti aku telfon. " Ucap Hina begitu sampai di salah satu pusat perbelanjaan terdekat di kota itu.

"Oke--"

" Eh, aku ikut!" Ucap Jaemin memotong ucapan Renjun yang tadinya berniat menyetujui saran Hina itu.

" Kau ke dalam duluan! nanti aku dan Hina menyusul, ya. Dah!" Tambah Jaemin lalu berlari menyusul Hina yang sudah berjalan menjauh lebih dulu.

" Hah?! eh?! Yak! Na Jaemin! maksudmu aku sendirian begitu, hah?! Yak!"

Renjun, percuma kau berteriak heboh, Jaemin tak akan mendengarmu (:

" Ini namanya bukan kerja tim! tapi solo! " Gerutu Renjun yang pada akhirnya mau tidak mau menjelajah pusat perbelanjaan sendirian untuk menemukan toko yang menjual sprei dan lain-lainnya.

" Ah, sepertinya masih mending aku masuk tim dua, deh." Gerutu Renjun lagi di sepanjang jalan.

" Apa aku kualat dengan Jeno?" Monolog Renjun.


Love Untold [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang