mistake

1.2K 116 13
                                    

aku terbangun setelah merasa jika matahari telah naik sepenuhnya di atas sana. rasa sakit disekujur tubuhku membuat aku melenguh pelan disertai ringisan kecil.

mingi masih tertidur disamping ku, wajahnya damai dan polos; persis seperti bayi.

tangan kurusnya masih setia melingkar di pinggangku, memeluk dengan posesif.

mingi itu sangat sulit dipahami. pagi ia berkata tidak, malamnya berkata ia menginginkannya. sungguh, sangat sulit ditebak.

aku masih ingat, kala pertama kali kami bertemu didepan stasiun.

saat itu tengah turun hujan, dengan senyuman memikatnya, mingi menawariku pulang bersama.

"mau pulang bersama?"

aku menoleh dengan kening mengernyit. "pulang bersama?"

mingi mengangguk, matanya menelisik air hujan yang turun dengan brutalnya.

"lagipula, kau sudah disini selama 2 jam. hujan belum juga reda dan aku membawa mobil. mengapa tidak?"

"ah baiklah, terimakasih!"

aku kira itu keputusan yang tepat, namun aku salah menduga.

setelah aku mengiyakan ajakan itu, aku tidak pernah lagi melihat rumahku.

"oh, kau sudah bangun sangie?"

aku menoleh, mingi sudah bangun dan duduk sembari meregangkan tubuhnya.

"siapkan aku air hangat, apa lagi yang kau tunggu?"

aku mengangguk dan bergegas pergi dari kasur.

"dan, jangan lupa yeosangie, jangan pernah berpikir untuk pergi dari sini. atau kau akan tahu akibatnya."

harusnya aku tahu, mingi adalah seorang bajingan gila yang bertopeng manis.















a/n :
apa kabar?

bienvenue ; ateez ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang