(kisah minsan kesayangan kita semua masih berlanjut say)
Mungkin, ada 2 bunyi kebahagiaan bagi anak sekolahan. Yang pertama, bel pulang sekolah : terlihat dari Wooyoung yang langsung bergerak reflek—masukin bolpen dan buku yang cuma satu biji, ketika bel pulang sekolah berbunyi dan menggema diseluruh penjuru sekolah.
Yang kedua, bel istirahat : terlihat dari San yang sudah berdiri dengan dompet yang sudah disiapkan sejak 5 menit yang lalu.
“Gua mau jajan soto, tapi istirahat cuma lima belas menit,” Wooyoung mengumpat sembari menendang batu kerikil yang sama sekali tidak bersalah.
“Gua mau beli roti aja dah yang cepet.” Ini suara Yeosang yang ikut berjalan beriringan sembari matanya fokus menatap layar, sesekali terdengar kata legendary.
San tidak peduli dengan kedua temannya yang sibuk memikirkan jajanan apa yang dapat dibeli dalam waktu singkat tapi dapat membuat perut kenyang pula. Dia lebih memperhatikan jalan yang akan ditempuh saat ini.
“Eh, lewat sini aja."
Wooyoung dan Yeosang berhenti berjalan dan menatap San yang menunjukkan jalan yang akan lebih jauh ditempuh untuk sampai ke kantin.
“Ngapain? ngelama-lama in aja ah.”
“Tau nih anjim, udah laper gua, delapan menit lagi pak Priyo dateng. Mana tuh orang jalannya cepet banget, kaya sprint. Nih ya, gua juga yakin sekarang dia udah siap-siap start jongkok!” Ucap Wooyoung menggebu-gebu.
Yeosang terkekeh sambil melanjutkan kegiatan gaming-nya, sedangkan San sudah menekuk wajahnya. yah bete dia.
San cuma mau lihat Mingi mabar doang padahal. Iya, San ngajak lewat jalan lain yang ngelewatin beberapa ruang kelas IPS, termasuk kelas Mingi, 12 IPS 2. Dia tau sih, jalan itu bakal ngabisin lebih banyak waktu, tapi kan kesempatan jangan disia-siain.
“Yaudah! gue aja yang lewat sini.”
.
.
.
San sekarang merutuki dirinya sendiri yang mengambil jalan di antara lokal IPS, sendirian. Dia tidak rasis yang membanding-bandingkan jika jurusan IPA lebih kompeten, tapi badge 'XII IPA' yang tersemat di lengan kirinya membuat beberapa pasang mata melirik kearahnya.
San ingin sekali mencolok mata orang-orang yang melihatnya seakan dia adalah orang aneh yang sekolah memakai topi sombrero, tapi dia hanya dapat tersenyum canggung sesekali menyapa—padahal tidak kenal.
“SAN!”
Doyeon menghampirinya dan San mengucap banyak terimakasih pada eskul taekwondo yang telah membuat nya mengenal salah bagian dari jurusan IPS.
"Eh, Yeon,”
“Mau kemana? tumben ke IPS,”
Yang ditanya cuma nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. “Kantin, Yeon.”
“Oh, bareng yuk!”
San mengangguk sebelum terdengar suara yang menggelegar dari samping kanannya, ruang kelas 12 IPS 2.
“DOYEON GOCENG GUA WOI SIALAN!”
Doyeon menggandeng tangan San secara tiba-tiba, membuat si pemilik tersentak kaget. Lalu, gadis tomboy itu belari sambil menggeret San bersamanya.
“PINJEM DULU MING!”
San terlalu malas untuk berdebat dengan Doyeon agar melepaskan tangannya, jadi ia mengikuti gadis itu berlari. Dia menoleh, ternyata Mingi ikut berlari dibelakang nya. San lupa satu hal, Doyeon itu anak kelas 12 IPS 2.
“DOYEON ANAK ORANG ITU MUKANYA BINGUNG JING!”
.
.
.
a/n :
fyi aja, dulu aku penulis straight sebelum kenal ateez. tapi, terjerumus lingkaran setan bxb ini pas sesudah kenal ateez kqkqkq. ada yang tau jalan pulang gak?