jika mingi memiliki catatan jadwal harian, mungkin dalam urutan pertama akan tertulis : beli latte di coffeeshop perempatan jalan dekat kampus.
pasalnya, mingi tak pernah absen mengunjungi tempat itu. selain terdapat jaringan wifi gratis, tempat itu menyediakan barista tampan yang membuat mingi ketagihan datang.
"latte, gulanya sedikit aja, iyakan?" mingi menyengir dan mengangguk pasti. "masnya kok bisa hapal?"
si barista mendengus dan tertawa pelan sembari mencatat pesanan mingi. "kamu kesini hampir setiap sore dan yang kamu pesan selalu itu."
mingi suka memperhatikan senyum manis cowok bersurai coklat gelap itu. tampan, katanya.
dari balik kacamata bulatnya, mingi melihat tatanan pakaian barista itu hari ini terlihat ganteng dimatanya. sweter coklat muda yang dipadu celana jeans hitam yang robek dibagian lutut, serta dengan apron coklat tuanya. simple look tapi mingi ingin berteriak memuji ketampanan pria itu yang sangat natural.
"kamu udah tau harganya," si barista meletakkan pesanan mingi di meja kasir.
mingi memberi uang pas dan ia mendapat latte serta struk belanjanya. "makasih, mas!"
pria dibelakang meja kasir hanya mengangguk dan tersenyum teduh.
setelah mingi pergi, barista itu kembali ke dapur dan menemukan san yang sepertinya sudah mengintip dirinya sedari tadi.
"kayaknya dia selalu dateng pas kamu jaga, yun," cowok itu — yunho, berpikir sejenak sebelum mengangguk. "mungkin."
"eh tuh orangnya balik lagi," san menunjuk mingi yang kembali memasuki coffeeshop.
"bentar."
yunho kembali ke meja kasir dan menghampiri mingi yang celingak-celinguk sendirian.
"ada yang ketinggalan atau kurang?"
mingi tersenyum kikuk. "eh, iya, ini."
yunho menerima struk belanja milik mingi tadi yang telah terlipat rapi membentuk sebuah pita.
belum sempat yunho bertanya apa maksudnya, cowok dengan kacamata bulat itu sudah terburu-buru pergi dan hilang dari hadapannya.
"apaan tuh?"
san muncul dari balik tubuh yunho dan melihat apa yang diberi cowok tinggi itu pada sahabat karibnya.
yang ditanya menggidikan bahunya dan segera membuka lipatan kertas tersebut hati-hati.
"WAH NOMOR HAPE ANJIM!"
san bersorak heboh sedangkan yunho hanya tersenyum tipis karena mingi ternyata punya keberanian yang tak terduga.
.
.