Wooyoung sangat mencintai sosok itu. Si pria tampan dengan dua lesung pipi yang timbul tatkala ia tersenyum.
Begitu sakit sanubarinya, melihat sosok yang sangat dicintainya itu menangis.
San. Pria itu menangis disamping bangsal rumah sakit, menggenggam tangan pucat yang tak lagi dapat bergerak.
Wooyoung hanya diam menatap San. Disana juga terdapat Ibunya yang juga menangis sambil memeluk Ayahnya.
San terlihat berbeda dari sebelumnya. Terakhir kali Wooyoung bertemu dengan San, pria itu selalu tersenyum. Senyuman yang tak pernah luntur dari bingkai wajahnya.
Wooyoung tahu segala arti senyuman itu. Walaupun, semuanya terlihat sama.
Pintu ruang rawat terbuka, membuat Wooyoung dan yang lainnya menoleh memperhatikan seorang dokter dan beberapa perawat memasuki ruangan.
"Maaf sebelumnya, pasien atas nama Jung Wooyoung harus dipindahkan untuk dikremasi."
San tersenyum samar dan Wooyoung meringis melihatnya.
Wooyoung masih ingat, senyuman manis itu terpatri di paras tampan San ketika mendorongnya dari balkon kamar beberapa hari yang lalu.
"Tidak bisakah kami meminta waktu sedikit lagi?"
San pandai berbohong dan Wooyoung tetap mencintai pria gila itu.
.
.