seumur hidup jeno tak pernah mengira, kalau sebulan yang terdiri dari 30 hari ini akan terasa sangat lama dan berat untuk dijalani tiap hari, jam, menit, bahkan detiknya. Ia juga tak pernah mengira kalau suatu saat ia akan merasa menderita hanya karena sebuah rasa.
jeno sejatinya tak pernah menginginkan cinta dalam hidupnya, sudah cukup masa lalu memberinya pelajaran untuk tak berharap dan menyayangi orang lain selain dirinya. pun jeno bersumpah ia mampu hidup hingga sekarat sendirian, tanpa siapapun yang mendampingi, tanpa seorang pun yang menangisi.
selama bertahun lamanya jeno hidup dalam mati rasa, menutup rapat-rapat sudut hati yang menginginkan kasih sayang. jeno tak butuh, karena pikirnya semua itu adalah percuma.
hari itu adalah hari penutupan masa orientasinya berlangsung. pemuda itu memilih beristirahat sebelum pulang, mencoba mengamati lingkungan sekolah baru sambil mengingat-ingat letak kelasnya.
"shhhh, kenapa harus jatoh sih?! huhuhu maluu."
rengekan dari seseorang mengundang perhatian jeno, gadis itu terduduk memunggungi dirinya di bangku seberang. terdengar meringis sembari memegangi sikutnya yang terluka.
awalnya ia enggan peduli. gila saja seorang harsana jeno akan berbaik hati kepada seseorang, tapi syukurlah sosok junaid mahanipuna hidup di dunia ini. jika bukan karena dia, mungkin sampai hari ini jeno tak akan bisa menjadi manusia normal.
"ck, lu mau nolongin apa kagak?"
juna lalu melirik tangan jeno yang tengah menggenggam sebuah plester luka.
jeno memang selalu membawa benda itu ke mana-mana, karena dia sendiri punya kebiasaan mengelupas pinggiran kuku hingga berdarah. hanya dilakukan saat ia tengah gugup atau menahan amarah.
jeno sadar ia tempramen, makanya tak banyak bicara dan menjadi cuek bahkan terkesan ansos dan autis.
seperti yang orang-orang simpulkan tentang dirinya.
"heh! betina!"
panggilan itu tentu saja membuat si gadis menoleh, sebab di sekitar hanya dia seorang diri.
"gue?"
juna merebut plester itu dari jeno, kemudian berjalan ke arah si gadis yang masih kebingungan.
"pake. sikut lo bedarah noh."
"hah? o-oh makasih ya."
"bukan gue, tapi dia" tunjuknya pada jeno yang masih bergeming menatap keduanya, "namanya jeno."
gadis itu mengangguk kecil, tersenyum tipis ke arah jeno.
"gue luna. makasih ya, jeno."
dari situ jeno tertarik dengan senyum manis dari gadis bernama luna itu. hanya tertarik, tak sampai naksir, makanya jeno tahan-tahan saja tak jadian dengan luna selama hampir tiga tahun. pun tujuannya tetap dekat dengan gadis itu tak lain adalah karena senyumnya yang begitu mirip dengan sang mama. di luar dari itu, jeno tak peduli apapun tentangnya.
sekian lama ia betah dengan senyum itu, sosok lain datang membawa senyum yang berjuta kali lebih manis dan memabukkan. jeno mengaku linglung saat pertama kali melihat auri tersenyum untuknya. senyuman auri membuatnya candu hingga rasanya hanya ingin melihat itu sepanjang hari.
alasan yang sama membuatnya setuju untuk menjadi kekasih gadis itu, pada awalnya. namun bukannya cinta bisa tumbuh karena terbiasa?
begitu yang jeno rasakan, sejak hari dimana ia tega membuat sepupunya babak belur hanya karena perkara peluk membuatnya sadar bahwa kini senyuman itu bukan lagi satu-satunya alasan mengapa jeno menyukainya, ia mulai merasa nyaman pada segala perlakuan auri terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
day until he falls in love with me [✔]
Fanfiction[ ft. lee jeno ] i will call you darlin' and everything will be okay, cause i know that i am yours and you are mine. ©tuesday-eve, 2020. was #1 in nct127.