29. last ceremony

2.7K 459 38
                                    

"pusing banget, gila."

jeno menghela napas untuk kesekian kali, saat ini pemuda itu sedang terduduk di sebelah sang kekasih yang terus-terusan merutuki soal latihan ujian yang ia kerjakan.

"masih belum ngerti?" tanya jeno sembari mengusap lembut rambut panjang auri, gadis itu mencebik keras dan membanting pulpennya.

"kayaknya sampai aku jadi nenek-nenek nggak akan bisa ngerti soal ini."

jeno manggut-manggut, ia paham kalau auri memang agak sulit mengerti tentang perhitungan, sedang bagi jeno jalan dari soal itu hanya tinggal mensubtitusi fungsi rumus kemudian dikalikan lebih dulu setelah itu membaginya dan hasilnya nanti akan dimasukkan ke rumus kedua agar totalnya bisa didapat.

"cuma tinggal dijadiin persen aja."

"persen your eyes!" auri sungguh tak tahan ingin mengumpat. "otak aku ngebul jen! kalau sampai error bisa-bisa aku nggak ikut ujian besok."

jeno lalu berdiri dari kursi, memasang jaketnya beserta hoodie untuk gadisnya.

"ayo jalan."

auri mendadak sumringah. "serius? kali ini nggak cuma sampai minimarket depan, kan?"

jeno mengangguk. "mau sushi, nggak?"

"MAU!" seru auri semangat, lekas menutup buku dan merapihkan meja belajarnya. "ayooo sayangkuuuuu."

keduanya lalu menuju resto sushi favorit auri. kalau dulu gadis itu masih merasa tak enak, maka sekarang ia sudah jadi tak tahu malu.

tidak sih, itu karena jeno sendiri yang bilang. katanya, apalah arti sebuah makanan mahal ada di dunia jikalau tidak disajikan untuk auri?

bucin? jeno jagonya.

"itadakimasu!"

auri menyantap dengan lahap, jeno sendiri sebenarnya tidak lapar. jadi dirinya hanya memandangi auri yang sedang tersenyum riang dengan sebelah mulut yang menggembung.

"besok berangkat sama siapa?"

"dijemput semesta."

"harus banget si mesta?"

"kayaknya iya. soalnya sama asahi nggak satu ruangan." jawab auri. "kamu kenapa nggak makan? sini aku suapin..."

tentu saja jeno menerima dengan senang hati, walau hubungan mereka sebentar lagi berjalan dua tahun tapi rasa kasmarannya jeno belum juga hilang.

ia masih suka deg-degan kalau dipeluk auri, apalagi kalau gadis itu sedang iseng menciumnya. wah, rasanya dengkul jeno melemas hingga melebur.

tapi kalau jeno yang cium, itu beda cerita.

"oh iya, kampus kamu buka pendaftarannya kapan?"

jeno mengerjap. "bentar." setelah itu mengecek ponselnya untuk menunjukkan posternya pada auri.

"dua minggu setelah kamu selesai ujian."

auri manggut-manggut, masih sambil mengunyah. "test-nya, gimana? susah?"

"lumayan." angguknya singkat. "tapi kamu kan pintar."

"ishhhh ngeledek aja terus!"

desis auri, jeno tergelak. "serius. kalau kamu bisa ngerjain setengahnya, udah besar kemungkinan kamu lulus tes ujian."

"hufff, soal ujian sekolah aja susahnya minta ampun. apalagi masuk kuliah?"

"semangat, cantik."

day until he falls in love with me [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang